Bagian Satu

469 11 0
                                    

"Bil, lagi dimana?" Aku terlonjak ketika baru saja mendekatkan -kotak kecil canggihku- pada telinga. Suaranya sedikit memekakkan telingaku. Aku hafal sekali dengan suara maskulin dari orang disebrang sana. Dia selalu seperti ini jika sedang ada sesuatu yang terjadi padanya.

"Ya ampun Nal, selalu aja deh. Coba tu ucapin salam dulu kek? Maen nyambar aja kaya petasan." semburku langsung

"Ah, iya iya maaf. Assalamu'alaikum Bil."

"Wa'alaikumsalam warahmatullah.. Gitu dong dari tadi. Kenapa sih kamu kayak orang kebakaran jenggot gitu?"

"Kamu lagi dimana sih? Aku perlu ngobrol sama kamu"

"Tentang?" seruku cepat.

"Tentang perjodohan gila Mommy. Ahh aku bisa gila kalau lama-lama begini terus Bil. Aku harus gimana dong? Kita harus ketemu sekarang!" balasnya.

"Aduh kalo sekarang aku ngga bisa Dinal. Aku mesti cek beberapa pesanan dan juga aku masih ada
meeting jam 2 ini dengan klien-ku" keluhku. Terdengar helaan nafas panjangnya ketika aku tak bisa memenuhi permintaan untuk menemuinya.

"Yasudah begini saja, selesai aku meeting nanti aku sms. Kita ketemuan di Cafe-ku aja." Tak sampai hati jika aku menolak bertemu dengannya. Jujur saja aku merindukan dirinya. Setelah selama seminggu ini kami tidak bertemu karna kesibukan kami masing-masing.

"Okedeh ntar kamu sms aja kalo sudah selesai ya Bil." serunya senang. "Yaudah sampai ketemu nanti Bil. Wassalamu'alaikum cantik" lanjutnya menutup pembicaraan kami.

"Wa'alaikumsalam warahmatullah." sahutku cepat sebelum menekan tombol merah pada -kotak kecil canggihku-

-Ck kapan sih dia bisa berubah?- batinku. Aku menghela nafas panjang.

**********

Herdinal Devryo Prasetyo. Dia satu-satunya sahabat laki-laki yang ku-miliki di sepanjang umurku yang hampir seperempat abad ini. Kami bersahabat sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan.

Sebenarnya tante Elisa -Mommynya Dinal- dengan Bundaku sudah berteman lama sejak SMP. Itulah yang membuatku juga bisa bersahabat dengannya. Tapi semenjak kelas 3 SMP sampai lulus kuliah keluarga Dinal pindah ke Aussie mengikut om Pras -Daddynya Dinal- yang pindah tugas ke negara Aborigin tersebut.

Meskipun kami terpisah benua, keluargaku dan keluarga Dinal tetap menjalin komunikasi yang telah terbangun selama ini. Biasanya Dinal dan keluarganya selalu mengunjungi kami di Indonesia tiap tahunnya. Tak jarang Ayah dan Bunda mengajakku liburan mengunjungi mereka disana.

Aku sudah tak kaget lagi mendengar Dinal yang sudah beberapa kali ini mengeluh tentang masalah perjodohannya itu. Yap! Tante Elisa selalu menuntut Dinal untuk segera menikah. Alasannya sih karna Mommy-nya pingin segera nimang cucu.

Dinal selalu saja protes pada Mommy-nya, padahal ada Mas Bayu -kakak pertama Dinal- juga belum menikah. Maksud Dinal kenapa tidak Mas-nya itu saja yang diuber uber buat nikah. Haha

Tante Elisa pernah cerita padaku, mengapa ia lebih memilih Dinal daripada Mas Bayu. Yang pertama karna Mas Bayu masih sibuk ngurusin kerjaannya di Aussie menggantikan om Pras yang kembali lagi ke Indonesia, mengurusi kantor pusat disini. Sedangkan Mas Bayu ngurusin kantor cabang disana.

Yang kedua karna Mas Bayu memang masih suka 'main-main' sama hampir setiap wanita yang dikenalnya. Memang dulu Mas Bayu terkenal playboy disini. Lagipula Tante Elisa merasa Dinal sudah cukup mapan di usianya sekarang ini.

Dinal sudah bekerja di salah satu Rumah Sakit ternama di wilayah Jakarta Selatan. Dinal memang hebat, diusianya yang hampir sama sepertiku -ya beda setahun lah ya- dia sudah menjadi dokter muda.

Cinta BeginiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang