Aaron dan Theresa tiba di basement apartemen dimana mobil BMW dinas Aaron berada. Pria tampan dengan stelan jas hitam itu pun segera membukakan pintu mobil untuk Theresa. Dia bahkan tersenyum manis untuk wanitanya itu.
"Nyonya!"
Baru saja Theresa hendak memasuki mobil, tiba-tiba Bianca datang bersama empat orang bodyguard. Wanita itu berlari dengan wajah cemas menuju pada Theresa dan Aaron.
"Nyonya, Anda baik-baik saja? Presdir sangat mencemaskan Anda. Beliau mengutus kami untuk menjemput Anda," tukas Bianca setelah berdiri di hadapan Theresa dan Aaron. Napas wanita itu terengah-engah karena habis berlari tadi.
Theresa terdiam sejenak. Omong kosong Charles mencemaskan dirinya. Bahkan suami kejam itu meninggalkan dia saat kekacauan di pesta semalam. Bianca pasti datang karena inisyatifnya sendiri, pikir Theresa kemudian.
"Aku baik-baik saja. Jangan cemaskan aku selama Aaron bersamaku," tukas Theresa sembari melipat kedua tangannya di depan da-da. Dia memasang wajah bosan pada Bianca.
"Syukurlah. Kalau begitu ayo kita pulang. Presidir sudah menunggu Anda, Nyonya." Bianca tersenyum pada Theresa.
Ekor matanya menangkap sesuatu yang aneh. Sebuah tanda merah pada ceruk leher wanita itu. Sebuah kiss-mark? Apakah dia tidak salah lihat? Bianca mempertegas tatapannya pada ceruk leher Theresa yang putih mulus. Membuat tanda kecil berwarna merah itu terlihat begitu jelas.
Theresa yang tidak nyaman atas pandangan Bianca padanya segera melingkarkan syal hitam yang berada di lehernya.
Oh, sh-it! Jangan sampai Bianca melihat hasil karya Aaron pada lehernya. Semalam Aaron sangat buas. Pria itu meninggalkan banyak tanda merah di beberapa titik tubuhnya. Namun Theresa menyukainya. Sangat!
"Aku akan pulang bersama Aaron. Kalian juga pulanglah." Theresa segera memasuki mobil. Dia tak ingin berlama-lama dipandangi oleh asistennya itu.
"Baik Nyonya."
Bianca dan beberapa bodyguard itu pun membungkuk hormat pada Theresa yang sudah duduk di dalam mobil. Kemudian Bianca melirik pada Aaron yang baru saja menutup pintu mobil. Dia berpikir; apakah bodyguard tampan itu pelaku tanda merah pada leher Nyonya Bosley?
Ah, Bodoh! Kenapa dia jadi memikirkan hal itu berlebihan. Bukan urusannya jika Theresa menghabiskan malam dengan Aaron. Lagi pula dirinya cukup tahu, seperti apa pernikahan Nyonya Bosley dan Presdir Bosley.
Aaron tersenyum tipis pada Bianca sebelum memasuki mobil. Bianca dan beberapa bodyguard itu segera berjalan menuju mobil mereka. Diam-diam Bianca melirik ke arah Aaron. Pria itu sangat tampan! Jantungnya jadi berdebar-debar tak karuan karena senyuman Aaron tadi.
"Nyonya, apa Anda baik-baik saja?" Aaron menoleh ke belakang dimana Theresa sedang duduk sendiri di bangku mobil.
"Jalankan saja mobilnya," balas Theresa tanpa ekpresi hangat pada Aaron.
"Baik."
Aaron mengangguk dan segera melajukan mobil. Dia tak mengerti, kenapa tiba-tiba Theresa berubah dingin padanya. Apakah hubungan mereka hanya sebatas teman di atas ranjang saja? Aaron melihat siluet Theresa dari kaca spion di atasnya. Wanita itu tampak murung.
Kedatangan Bianca membuat mood Theresa menurun. Baru saja dirinya merasa menjadi seseorang yang berharga karena cinta dan perhatian Aaron. Namun kini dirinya harus kembali sadar pada kenyataan, bahwa dirinya adalah Nyonya Theresa Bosley, istri dari Presiden Direktur Charles Bosley.
Kenyataan ini sangat menyebalkan baginya. Ah, apakah dia berpisah saja dengan Charles. Tapi itu tidak mungkin!
Jika dirinya menggugat cerai pada Charles maka dia akan kehilangan seluruh hartanya. Mendirikan perusahaan besar adalah mimpinya. Dia tak ingin kehilangan EXO Company Group.
Dan lagi, jika dirinya mundur pasti Charles akan sangat senang karena bisa menguasai EXO sepenuhnya. Tidak, itu tak boleh sampai terjadi! Theresa menggelengkan kepalanya lalu memalingkan wajahnya pada jendela mobil.
Setibanya di mansion, Aaron segera membukakan pintu mobil untuk Theresa. Dia membungkuk pada Theresa saat wanita itu melangkah keluar dari mobil.
Theresa tampak acuh dan segera melangkah memasuki mansion. Bianca meminta para pelayan menyiapkan sarapan untuk Theresa. Sementara Theresa hanya melangkah menuju kamarnya. Dia tak ingin sarapan pagi ini.
"Nyonya," tukas Aaron yang berdiri di belakang Theresa. Dia mengikuti wanita dengan balutan dress hitam itu menuju kamarnya. Dia yakin Theresa sedang tidak baik-baik saja saat ini.
"Kembalilah ke asrama. Aku ingin beristirahat," balas Theresa tanpa mau menoleh pada Aaron. Dia lantas meraih knop pintu kamarnya, mendorongnya hendak masuk.
"Theresa." Aaron segera mencekal lengan Theresa dan menyeretnya masuk kamar. Dia lantas menggiring wanita itu merapat pada dinding di samping pintu.
"Aaron?" Theresa menatap pria tampan di hadapannya itu dengan perasaan kaget.
"Jangan seperti ini. Aku tak tahan melihatnya." Aaron memenjarakan Theresa dengan kedua tangannya yang bertumpu pada dinding. Dia menatap dalam-dalam ke manik wanita itu.
Theresa masih terdiam menatap Aaron. Jantungnya berdebar-debar melihat cara pria itu menatapnya.
"Aku mencintai kamu, Theresa." Aaron pun mulai menempel pada Theresa. Tatapannya kian melembut. Dia mendekatkan wajahnya mengincar bibir kemerahan wanitanya itu.
Theresa hanya terdiam sembari memejamkan matanya saat bibir padat Aaron menyentuh bibirnya. Perlahan pria itu menyapu dengan lembut.
Hasrat dan gairah pun mulai mengambil alih segalanya. Theresa memindahkan kedua tangannya pada tengkuk Aaron. Dia mengusapnya gemas sembari membalas ciuman itu. Keduanya pun terus berciuman penuh hasrat.
Perlahan Theresa mulai membuka matanya. Wajah tampan Aaron tersenyum melihatnya. Kemudian Aaron mengusap bibir basah Theresa akibat ulahnya tadi. Theresa hanya tersenyum tipis dengan pipinya yang bersemu merah. Aaron pun segera memeluknya.
"Istirahatlah. Aku akan berjaga di luar." Aaron melepaskan genggaman tangan Theresa sembari menatapnya lembut. Dia sangat mencintai wanita ini. Per-se-tan Theresa adalah istri bosnya.
Theresa hanya mengangguk sembari tersenyum tipis. Aaron pun membalas senyum sebelum berlalu meninggalkan kamar Theresa. Sementara Theresa segera berjalan menuju ranjangnya. Dia ingin beristirahat sekarang.
"Sedang apa kamu di sini?" tanya Charles pada Aaron saat dirinya melihat bodyguard itu sedang berdiri di depan pintu kamar Theresa.
"Aku sedang berjaga," jawab Aaron apa adanya. Dia menurunkan wajahnya dari tatapan intens Charles.
"Jadi kamu adalah bodyguard yang aku pesan untuk Nyonya Bosley?" Charles kembali bertanya pada Aaron. Dia terus memandangi pria muda di hadapannya itu.
"Benar," jawab Aaron singkat.
"Oh, kenapa mengirim pengawal setampan ini? Bagaimana jika istriku jatuh cinta padanya nantinya?" Charles berkata pada pria di sampingnya. Dia bahkan tertawa renyah kemudian.
"Anda benar, Presdir. Pemuda ini lebih pantas menjadi seorang aktor daripada seorang pengawal," sambut pria di sampingnya itu. Dia adalah asisten Charles. Mereka pun tertawa bersama.
Dasar sinting! Aaron mengangkat sepasang matanya pada Charles yang masih tertawa.
"Buka pintunya! Aku ingin menemui istriku," tukas Charles pada Aaron setelah tawanya mereda.
Aaron hanya mengangguk dan segera membuka pintu kamar itu untuk Charles.
"Tunggulah di bawah! Aku sedang kangen dengan istriku." Charles tersenyum smirk sebelum menutup pintu kamar itu.
"Silakan, Presdir. Tentu saja. Ayo kita pergi." Asisten Charles segera mengajak Aaron meninggalkan kamar. Pria itu terkekeh sembari menggelengkan kepalanya.
Sementara Aaron merasa kesal mendengar ucapan Charles tadi. Apakah itu artinya Charles sedang ingin bercinta dengan Theresa? Dia menoleh ke arah pintu kamar Theresa yang sudah tertutup rapat. Oh, sh-it! Kenapa dia rasanya tidak rela jika Charles menjamah Theresa.
Ah, Theresa. Dia ingin hanya dirinya saja yang boleh bercinta dengan wanita itu. Meski Charles adalah suami Theresa, namun dia sungguh tak rela. Dengan perasaan tak karuan Aaron pun menuruni anak tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELENGGU HASRAT ISTRI BOSKU
Romansa(sangsi berat buat yang coba plagiat) Warning (21+) Theresa putuskan untuk berselingkuh dengan bodyguard tampan bernama Aaron Parker. Ini semua dirinya lakukan demi membalas sakit hatinya pada sang suami, Charles Bosley. Sementara Sean Dalbert adal...