Chapter 08: Provoking Desire

6.5K 612 79
                                    

Sakura menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, berdecak kagum melihat betapa luasnya tempat dimana Sasuke tinggal. Sakura menyadari jika Sasuke adalah orang kaya dari gayanya namun ia tak menyangka jika laki-laki itu sekaya ini. Hunian seluas 6,000 meter dengan halaman yang luas dimana kini keduanya berada.

"Ayo," ajak Sasuke membuat Sakura menatapnya, buru-buru menyusul laki-laki itu yang sudah terlebih dahulu berjalan ke arah pintu besar rumahnya.

Pintu besar itu terbuka menampilkan sebuah aula megah dengan lantai marmer yang indah. Berhasil membuat Sakura menutup mulutnya tak percaya.

"Tuan Muda Kedua." Kakashi menyambut kedatangan mereka, menghampiri Sasuke dan tanpa sengaja melihat Sakura. Laki-laki itu pun tampak mengerutkan keningnya, merasa tak asing dengan perempuan itu.

Sakura menatap laki-laki itu, tersenyum ramah membuat Sasuke mendecih pelan. Sasuke kemudian menarik tangan Sakura, mengajaknya melewati Kakashi tanpa suara.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Sakura melepaskan tangannya dari cengkeraman Sasuke. Menatap laki-laki itu yang berjalan di depannya dengan tatapan penuh tanya.

"Jangan tersenyum sembarangan," ucap Sasuke.

"Memangnya kenapa? Ada peraturan di sini tidak boleh tersenyum?" Pertanyaan perempuan itu membuat Sasuke menghembuskan nafasnya kasar, ia pun hanya terdiam, mengabaikan Sakura yang kini menggerutu di belakangnya.

Keduanya pun tiba di sebuah kamar yang begitu luas. Kamar dengan lantai marmer putih dengan sedikit detail kuning keemasan dan dinding hitam. Benar-benar kamar yang terkesan mewah sekaligus suram.

Sakura menolehkan kepalanya, menatap Sasuke yang tengah menutup pintu. Laki-laki itu pun hanya menatapnya dan melewatinya hingga ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuk berukuran king size di sana.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Sakura.

Sasuke mendudukkan dirinya, menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang lalu menatap Sakura. Laki-laki itu lantas menaikkan satu alisnya. "Apa maksudmu?"

"Aku tidur di mana jika kau tidur di sana?" tanya Sakura, melipat kedua tangannya di depan dada membuat dadanya terlihat lebih besar.

"Ah itu." Sasuke menepuk pelan sisi ranjang di sampingnya membuat Sakura memelototinya.

"Tidak-tidak, perjanjiannya tidak seperti itu. Berikan aku kamar yang lain," ucap Sakura namun Sasuke malah mengabaikannya.

"Hei Tuan." Sakura memanggilnya dengan kesal, menghampiri laki-laki itu yang tampak begitu cuek.

"Ada banyak kamar di tempat ini, setidaknya berikan aku satu," pinta Sakura membuat Sasuke kembali menatapnya.

"Tidak ada kamar lain," sahut Sasuke.

"Omong-omong apakah kau takut tidur di sampingku?" tanya Sasuke menaikkan satu alisnya membuat Sakura terdiam selama beberapa saat, memperhatikan laki-laki itu lalu memalingkan wajahnya.

"Itu tidak benar," sahut Sakura.

"Kalau begitu tidurlah," ucap Sasuke sambil melepaskan sepatunya dengan cara melemparnya. Laki-laki itu lantas berbaring dengan nyaman.

Sakura menatapnya ragu-ragu, mempertimbangkan baik-baik situasinya. Sudah terlambat jika ia ingin pergi sekarang lagipula hunian itu terlalu besar, bahkan Sakura tak hapal jalannya. Namun laki-laki itu terlalu seksi bagaimana jika terjadi sesuatu yang panas seperti malam itu? Memikirkannya saja sudah membuat Sakura gila.

"Kau tidak tidur?" tanya Sasuke membuat Sakura menatapnya, menatap laki-laki yang kini melepaskan satu kancing kemejanya.

Sakura memalingkan wajahnya. "Apa yang kau lakukan? Dasar m-mesum."

"Aku tak bisa tidur jika panas. Lagipula kenapa? Apakah kau takut? Kau pernah mengatakan bahwa tubuh ini begitu bagus," ucap Sasuke dengan suara beratnya, mengusap perutnya yang masih dibalut kemeja hitamnya.

"Kau pasti berhalusinasi. Bagus? Bagus apanya," ucap Sakura gelagapan membuat Sasuke tersenyum miring.

"Baiklah kalau begitu," ucap Sasuke membuka semua kancing kemejanya, memperlihatkan tubuh atletisnya membuat Sakura mau tak mau meliriknya sesekali.

Sasuke melemparkan kemeja, berbaring dengan posisi miring sambil menopang kepalanya, menatap Sakura lalu merapihkan sisi kasur di sampingnya. Sakura menatapnya hingga laki-laki itu menepuk pelan kasur itu. "Silahkan."

"A-aku mau mandi, aku tak bisa tidur tanpa mandi. D-dimana kamar mandinya?" tanya Sakura gugup membuat Sasuke tertawa dalam hati.

Sasuke mengangkat tangannya menunjuk ke arah di mana sebuah shower berada di ruangan itu tanpa pembatas apapun. Sakura melongo melihatnya. Jika ia mandi di sana maka ia akan menjadi tontonan yang begitu indah bagi Sasuke.

"Itu bukan kamar mandi," ucap Sakura.

"Itu terlihat seperti tempat untuk mandi. Kenapa? Ada masalah? Lagipula aku sudah melihat semuanya, haruskah aku merincikan tubuhmu? Harus mulai dari mana?" Sakura memelototi Sasuke yang dengan kurang ajar mengatakan hal itu.

"Dasar mesum!!" Sakura memukul Sasuke menggunakan bantal sementara Sasuke hanya pasrah dipukuli meksipun hanya satu kali.

"Mau mandi tidak?" tanya Sasuke kembali duduk, mencari posisi paling tepat untuk melihat Sakura mandi secara langsung di depan matanya.

"L-LUPAKAN?!" teriak Sakura yang kemudian masuk ke dalam selimut itu. Sasuke pun mendengus geli melihat tingkahnya.

Sakura berbaring dengan kaku, menatap langit-langit kamar megah itu hingga tiba-tiba Sasuke malah berada di atas tubuhnya.

"A-apa yang kau l-lakukan?" tanya Sakura takut-takut meskipun harus ia akui, ia mengagumi keindahan laki-laki yang berada di atasnya itu.

Sasuke mendekatkan wajahnya membuat Sakura memejamkan matanya. Namun sekian detik kemudian tak terjadi apa-apa hingga ia membuka matanya, menyadari Sasuke mengambil sesuatu dari bawah bantalnya. Laki-laki itu kemudian tampak memegang sebuah pistol yang berasal dari bawah bantalnya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Sakura membuat Sasuke yang masih berada di atas tubuhnya menatapnya. Laki-laki itu lantas memperlihatkan pistolnya tanpa suara lalu menyingkir dari atas tubuhnya.

Wajah Sakura memerah bersama detak jantungnya yang tak berhenti berdetak. Hingga ia melihat Sasuke bangkit dari kasur, menatap Sakura yang menyembunyikan wajah dari balik selimut.

"Ayo ikut aku," ajak Sasuke.

"Kemana?" tanya Sakura berpikir jika Sasuke akan membawanya ke sebuah tempat menarik untuk bermain.

"Kamar mandi," ucap Sasuke membuat Sakura mengerutkan keningnya.

Sakura pun bangkit dari tidurnya tanpa bertanya, mengikuti Sasuke menuju sebuah pintu yang berada di dalam kamar itu. Sasuke kemudian membuka pintu itu membuat Sakura melihat kamar mandi yang ia cari.

"Katanya tidak ada," ucap Sakura menatap tajam Sasuke yang hanya menatapnya sejenak.

"Itu, kau mengingatnya?" tanya Sasuke menunjuk sebuah bathub di dalam sana. Seketika ingatan Sakura tentang seberapa gilanya ia malam itu kembali terlintas di otaknya.

"Aku mengatakan bahwa kau tahu caranya bersenang-senang," bisik Sasuke tepat di leher Sakura hingga hembusan nafas laki-laki itu terasa di leher Sakura, membangkitkan gairahnya.

Sakura menolehkan kepalanya, menatap wajah Sasuke yang kini begitu dekat dengan wajahnya. Sasuke tersenyum miring, mengusap bibirnya yang sedikit kering. "Mandilah."

Usai kalimat itu Sasuke meninggalkannya, kembali ke atas kasurnya. Sementara Sakura berdiri mematung di tempatnya, bersama hasrat seksualnya yang kini menggebu-gebu bahkan berpikir jika ia ingin menyerang laki-laki itu. Sialan, apakah laki-laki itu sengaja memprovokasinya?

Turn On: Just Want Her BodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang