"saya tak ingin punya anak yang tidak sempurna, apalagi dari segi otak! Belajarlah dari kesalahanmu sebelumnya jika kau masih ingin tinggal bersama kami! Nilaimu harus di atas teman-teman. Perfect! Itu harus! Jika nilai mu menurun, kamu taukan akibatnya?" Hendrick berbicara sembari menatap tajam ke arah Syakha yang tertunduk sembari mengunyah makanan yang ia makan. Ingin rasanya ia menghilangkan semua rasa sakit yang sering di berikan ayahnya kepadanya. Tapi, Syakha juga paham semua yang di tuntukan oleh ayahnya itu demi untuk kebaikan dirinya.
"Siap yah," jawabnya sembari tersenyum sangat manis ke arah ayahnya.
"Ck, tidak usah tersenyum seperti itu bajingan, aku membencinya!" Hendrick melayangkan sebuah tamparan yang cukup keras ke arah Syakha membuat sudut mulutnya sedikit sobek dan mengeluarkan darah. Namun, Syakha hanya menyekanya sembari menunduk menyembunyikan senyum getirnya.
"Pagi yah!" Sebuah sapaan membuat Syakha refleks menoleh ke arah sumber suara. Di sana, ada Reno adiknya yang sedang berjalan ke arah meja makan sembari menyapa riang ayahnya.
"Pagi gantengnya ayah, kok telat bangunya?" Tanya Hendrick menatap penuh sayang ke arah Reno.
"Semalam Reno abis main game yah, makanya bangunnya telat, heheh," jawab Reno.
"Ooo, yaudah, sini sarapan bareng!" Ajak Hendrick. Reno tersenyum hangat kemudian berjalan menuju ke arah Syakha berniat menyapanya. Namun, baru saja ia ingin menyapa saudaranya itu, sebuah dehaman membuatnya mengurungkan niat, ia takut ayahnya marah jika ia menyapa Syakha. Ia jadi langsung duduk dengan tenang di sebelah ayahnya dan ibunya.
"Kau sudah selesai makan?" Tanya Elina, Bunda Syakha dan Reno. Saat Syakha tiba-tiba berdiri dari meja makan dan meraih tasnya.
"Sudah tante bunda, aku mau berangkat sekarang takut telat, soalnya itu juga bisa mempengaruhin nilai aku, akukan masih ingin bersama kalian," jawab Syakha, sopan. Kemudian menyalami tangan Bundanya. Ia tak menyalami Ayahnya karena tau, hal itu akan sia-sia, uluran tangannya tak akan di terima.
"Hati-hati!"
🎭🎭🎭
"Woy, Sya belajar mulu lo perasaan, ngantin yuk!" Ajak Aaric yang merupakan satu-satunya teman Syakha semasa ia bersekolah. Tak heran, karena Syakha terkenal sebagai anak ambis yang sukanya belajar terus-menerus. Makanya, sangat jarang ada yang ingin menemaninya.
"Pergi aja, gue nggak laper!" Ujar Syakha menatap ke arah Aaric yang berada di sebelahnya sekilas kemudia kembali lagi berfokus pada kertas-kertas membingungkan yang sedang di pegangnya.
"Yah jangan gitulah my bro, ini udah hampir jam 10, dan lo nggak laper? Gue nggak percaya, gua aja yang sarapannya, lima piring merasa laper," protes Aaric tak terima dengan penolakan dari Syakha.
"Emang ngurus apaan sih? Sibuk bener fah," Aaric mencoba untuk mengintip seluruh kertas yang di baca oleh Syakha dengan membukanya secara pelan dengan menggunakan jari telunjuknya.
"Ini tentang osis," balas Syakha, membuat Aaric langsung mengangguk paham. Pasalnya, temannya ini memanglah seorang ketua osis. Jadi, wajar jika ia begitu sibuk dengan persiapan MOS.
"Ya udah gue ke kantin duluan dah," putus Aaric tak ingin menganggu Syakha lagi, ia akan ke kantin dan membelikan makanan untuk Syakha setelah pulang dari sana agar Syakha bisa makan tanpa harus jalan ke kantin dan meninggalkan urusannya.
"Iya!" Balas Syakha, mengangguk.
Setelah kepergian Aaric, Syakha terus membaca semua proposal MOS yang di buatnya dan memastikan tidak ada yang salah dengan proposalnya itu, dia memastikan semua kegiatan yang di buatnya bisa aman dan tidak mengakibatkan masalah nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mask of Aysyakha
Fiksi RemajaJika kalian berfikiran, sosok Alkana Lintang Aysykha adalah sosok bad boy yang sukanya urak-urakan, berarti kalian SALAH!. Aysykha adalah lelaki dengan segala derita yang di tanggungnya sendiri, bukan ia tak ingin berbagi cerita lukanya, tapi ia tak...