4.||Aysyakha||🎭

6 1 3
                                    

Baru saja Syakha melangkahnlkan kakinya untuk masuk kedalam rumah, ia telah mendapatkan bentakan. Syakha yakin betul itu adalah suara dari ayahnya.

"DARI MANA SAJA KAMU?! JAM SEGINI BARU TIBAA??" Tanya Hendrick dengan menatap Syakha nyalang.

Syakha meremas tangannya, seketika keringat dingin mulai membanjiri wajahnya. Ia takut? Tentu saja. Karena kali ini ayahnya sangat marah padanya. Itu dapat di tebak dari sorot matanya yang memancarkan kemarahan yang amat, hingga terlihat memerah.

"Ha ... Habis ngantar teman yah,"jawabnya gugup.

"Kamu lebih peduli kepada temanmu daripada nyawamu sendiri ternyata,"cibir Hendrick, sembari menepuk pundak Syakha dengan keras, membuat sang empu meringis dalam diam.

Syakha hanya diam tak menanggapi, ia tak ingin memancing emosi ayahnya.

"Kalau begitu_"

-Bugh-

Hedrick memberikan pukulan keras dan tepat mengenai wajah Syakha. Membuatnya langsung tersungkur ke lantai dengan darah yang mengucur di pelipisnya. Tak menyia-nyiakan waktu, Hendrick kembali memberikan tendangan yang kuat yang membuat Syakha langsung terpelanting dan kepalanya yang mengenai sudut meja.

Meski begitu, Syakha tetap tak melawan dan hanya menyeimbangkan tubuhnya saja.

Hendrick kembali melancarkan serangannya dengan menendang dada Syakha dan membuatnya langsung batuk darah.

"Kau melanggar perintahku sialan! Anak macam apa kamu ini! Tak tau di untung. Kamu sama saja dengan ibumu sama-sama pembawa sial!"

Mendengar ibunya di bawa-bawa membuat emosi yang Syakha pendam tiba-tiba mencuat, ia tak suka jika ibunya di sangkut pautkan dengannya. Meskipun ia tak mengingat bagaimana rupa ibunya, karena beliau meninggal saat Syakha masih berumur 7 bulan. Tapi, Syakha yakin bahwa ibunya adalah perempuan baik-baik.

-bugh-

Syakha memberikan serangan balik dengan membabi buta. Ia sakit hati saat ayahnya menyangkutkan dan mengatai ibunya.

"Jangan bawa-bawa ibuku!" Ujar Syakha dengan kilat kemarahan.

"Cih, kau ternyata memang pembangkang, saya menyesal telah membesarkanmu! Harusnya kubunuh saja kamu dari dulu sialan!" Ujar Hendrick mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah akibat pukulan yang di layangkan oleh Syakha kepadanya.

"Ayah bisa memakiku sepuas ayah, tapi jangan pernah membawa-bawa nama ibu, Syakha salah dan melanggar perintah ayah itu karena Syakha sendiri bukan karena ibu!" Sorot mata Syakha terlihat tajam, namun menyimpan kesakitan di dalamnya. Ia sangat sakit.

-plak-

"Siapa kamu berani memerintah saya?!huh?" Hendrick melayangkan tamparan dengan sangat keras.

"Stop!!! Hendrick apa yang kau lakukan? Dia anakmu!" Elina yang baru saja tiba dari pasar langsung berteriak kepada suaminya saat melihat kondisi menggemaskan dari putranya. Meskipun bukan putra kandungnya, tapi Elina benar-benar menyayangi Syakha layaknya ia menyayangi Reno. Tak ada perbedaan di antara keduanya.

"Anakku? Ck setahuku anakku tidak pernah membangkang," ujar Hendrick.

"Hendrick! Kau sadarlah, dia anakmu. Jika mendiang ibunya melakukan kesalahan itu tidak ada hubungannya dengan putramu ini,"

"Ck merepotkan saja, sudah berapa kali ku katakan dia itu bukan anakku! Camkan itu!" Ujar Hendrick kemudian berlalu pergi dari sana.

Lepas kepergian Hendrick, Elina langsung menghampiri putranya yang telah tersungkur di lantai. Elina mengusap surai hitam milik putranya dengan lembut takut akan menyakitinya.

Mask of AysyakhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang