TRAUMA
BAGIAN KEDUA
Jeongguk duduk tenang sambil menunggu ibunya berbicara dengan kepala sekolah. Sebenarnya meskipun duduknya tenang, tapi hatinya tidak. Ia gugup. Jeongguk menenangkan diri dengan mengemut permen-itu adalah salah satu cara untuk mengurangi gejala paranoidnya.
"Hello. You must be Jeon Jeongguk. Madam Jeon's told me all about you."
Seorang pria paruh baya keluar dari ruang kepala sekolah. Jeongguk berdiri lalu membungkuk sopan. Kebiasaan Koreanya masih melekat erat di dalam dirinya.
" Hallo, sir," jawabnya pelan.
"Jeongguk, pergilah bersama Mr. Justin. Beliau akan menunjukkan kelas barumu," kata ibunya sambil mengelus surai anak bungsunya.
Sesaat, Jeongguk bisa melihat ada kecemasan dalam mata ibunya-seolah-olah wanita anggun itu dapat merasakan kecemasannya. Karena hal itulah, Jeongguk mencoba tegar.
Ia memeluk ibunya selama lima detik-lalu mendongak kepada wanita yang telah melahirkannya itu.
"Jangan khawatir. Aku akan segera menyesuaikan diri. Aku akan jadi anak baik."
Nyonya Jeon tersenyum, ia mengacak rambut Jeongguk sekilas lalu memberi isyarat pada Mr. Justin. Mr. Justin mengangguk, ia lalu mengarahkan Jeongguk untuk mengikutinya.
Mereka berdua lalu berjalan dengan langkah pelan menuju kelas baru Jeongguk. Butuh waktu sekitar satu menit yang cukup panjang; bagi Jeongguk, untuk kemudian mereka sampai di tempat tujuan.
Jantung Jeongguk berdegup kencang saat Mr. Justin membuka pintu kelas barunya. Seperti adegan slow motion dalam film, di mata Jeongguk scene ini cukup membuatnya tegang sekaligus cemas secara bersamaan.
"Everyone..."
Mr. Justin menempatkan dirinya di depan kelas sambil membimbing Jeongguk."We have a new student joining us today," katanya tenang, ucapannya terukur. Mr. Justin kembali melanjutkan ketika anak-anak muridnya telah fokus padanya. "His name is Jeon Jeongguk and he came here all the way from The South Korea. Treat him kindly, okay?"
Hening sejenak.
"Oh, please, Jeongguk, Introduce yourself."
Mr. Justin mengarahkan Jeongguk lebih maju ke depan-agar ia mendapat fokus dari teman-teman sekelasnya.Salah satu anak laki-laki bertubuh agak tambun mengerutkan kening, bersamaan dengan semua teman yang mendapati anak yang bernama Jeon Jeongguk itu tak kunjung membuka suara untuk perkenalan diri. Ia hanya terus menunduk dan memainkan jari-jari tangannya dengan gelisah.
"Hey, boy, why dont you introduce yourself?"
Jeongguk mendongakkan wajahnya dan berkedip ketika pertanyaan tiba-tiba menyerangnya. Ia panik. Jeongguk memang selalu mendadak gagap ketika berada di depan publik, seperti saat ini.
Hening.
Tidak ada jawaban dari Jeongguk.
Sifat pemalu Jeongguk tampaknya cukup mengganggu beberapa siswa sekolah dasar itu. Bukannya mereka rasis atau bagaimana tapi mereka terbiasa dengan sifat berani mengungkapkan pendapat. Budaya mereka mengajarkan sedikit banyak untuk tampil mencolok, dan bukan sebaliknya."Apakah kamu tidak bisa berbahasa Inggris?"
Jeongguk menatap bocah laki-laki yang tengah mengacungkan tangannya. Dengan pertanyaan menggunakan bahasa nenek moyangnya, bahasa Korea.
'Woah, apakah dia orang Korea sama sepertiku?'
Jeongguk terpana.
Berkedip perlahan, ia melihat wajah bocah itu lebih jelas. Wajahnya cantik, hidungnya mancung dengan bibir berwarna plum dan pipi kemerah-merahan seperti buah peach-mungkin efek musim dingin. Matanya tidak terlalu sipit untuk ukuran orang Korea tapi juga tidak terlalu besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRAUMA [Kookv]
RomanceTentang Jeon Jeongguk, bocah berusia delapan tahun yang harus pindah ke Los Angeles, mengikuti orangtuanya. Hidupnya yang sepi, penuh dengan penindasan, berubah ketika ia bertemu dengan Kim Taehyung. Bocah cantik dan lucu, yang selalu menolongnya...