Bab 13

1.4K 149 31
                                    

BAGIAN KETIGA BELAS.

Jeongguk terbangun pada pukul enam pagi saat jam wekernya berbunyi. Jeongguk mengumpat. Ia hanya tidur beberapa jam—karena kemarin malam dihabiskannya dengan memukul samsak tinju dan berolahraga.

Jeongguk mengambil jam wekernya, kemudian melemparkannya ke dinding. Pecah, tidak apa. Dia suka menghancurkan. Itu menyenangkan.

Jeongguk turun dari ranjang dan berjalan menuju lorong kamar mandi. Ia harus bergegas karena ada sesuatu yang harus ia kerjakan pagi ini.

Jeongguk membiarkan air panas mengalir ke tubuhnya. Selama semenit dia hanya berdiri—di bawah pancuran dan merasakan air mengalir di rambutnya. Jeongguk sedang berfikir.

Dia tahu betul mengapa dia tidak bisa tidur malam sebelumnya—dan berakhir dengan boxing dan olahraga gila-gilaan. Dan menurut Jeongguk, itu adalah sesuatu yang tidak bisa dia abaikan begitu saja.

Karena yang membuatnya tidak bisa tidur adalah Kim Taehyung. Sudah dua minggu sahabatnya itu menghindarinya. Dia selalu mengunci diri di kamar ketika Jeongguk berkunjung ke rumahnya. Bahkan puluhan pesan singkat dan telepon selalu diabaikan. 

Jeongguk menemukan seluruh hal itu cukup membuatnya frustrasi. Pikirannya terus melayang, dan terus pada subjek yang sama.

Jeongguk bukannya tidak berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran itu, dia berusaha. Tapi, semakin ia berusaha acuh, Jeongguk mendapati usahanya itu sia-sia.

Jeongguk menyadari bahwa ini salah. Bukan hanya karena ini mengganggu jam tidurnya. Tapi, karena hal ini mampu membuatnya frustasi. Bahkan memiliki emosi yang buruk setiap harinya. Dan Jeongguk menyadari—ini hampir seperti obsesi.

Mematikan air, Jeongguk kemudian melangkah keluar dari kamar mandi. Melilitkan handuk di pinggang dan mulai berjalan menuju ke meja rias.

Disana, Jeongguk menatap ke arah foto-foto dirinya dan Kim Taehyung yang memang Jeongguk tempel di meja rias. Sambil menyeringai, mata hitam pekatnya memindai satu demi satu foto-foto itu. 'Kau tidak akan bisa lari dariku. Lihat dan tunggu. Aku akan kembali menangkapmu, Kim Taehyung.'

***

"Selamat pagi adikku." Dong Geon menyapa, dengan riang seperti biasa. Matanya memancar dengan gembira saat Jeongguk menatapnya balik. Tapi, meski mata itu menyambutnya, tidak ada kilau disana. Dong Geon tersenyum miris: adiknya memang telah banyak berubah.

"Kau tidak membalas sapaanku? Wah, kejam sekali."

"Selamat pagi," jawab Jeongguk terdengar kosong. Tidak ada kegembiraan; hanya melodi monoton dan sebuah formalitas belaka. Laki-laki yang lebih tua dengan lembut mengelus helai hitam adiknya.

Dong Geon melihat ke arah Jeongguk yang masih dengan ekspresi kosongnya. "Pagi ini mau kemana? Kok sudah rapi?"

"Ada urusan."

"Sedang sedih ya?" tanya Dong Geon khawatir. Jeongguk tidak mendongak untuk menatap kakaknya. Ia hanya menggeleng, lalu mengambil ponsel.

Jeongguk menghela nafas saat menyadari bahwa puluhan pesan singkatnya masih belum dibalas. Wajah Jeongguk yang awalnya tanpa ekspresi, mulai berubah murung.

Melihat itu, Dong Geon pun makin bertanya-tanya: apa yang membuat adiknya frustasi seperti itu? Karena penasaran—mengapa suasana hati adiknya begitu buruk, Dong Geon pun bangkit dan berjalan untuk melihat apa yang tengah dilihat oleh Jeongguk.

Dan yah—adiknya hanya terus menatap ke ruang obrolannya dengan Kim Taehyung. Tampak tidak ada balasan dari yang bersangkutan.

"Kau kesal karena Taehyung tidak membalas pesanmu?" tanya Dong Geon. Tidak ada jawaban, jadi Dong Geon pun melanjutkan. "Jadi biarkan aku meluruskan ini, kalian berdua bertengkar, ya?"

TRAUMA  [Kookv] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang