This Story Written By jeonasaa
[Romance]
Sang surya masih menunjukkan tahtahnya saat pemuda tampan nan manis itu mendudukan diri di salah satu tempat kosong sebuah café. Sesekali ia tersenyum melihat ponsel dengan kedua ibu jari yang sibuk menekan keypad untuk menuliskan beberapa pesan yang ingin ia kirimkan pada sang penerima.
Dirasa cukup, pemuda tersebut meletakan ponselnya. Melihat sekeliling mencari pelayan yang ada, dan memanggilnya untuk memesan sesuatu. Ada beberapa menu yang menarik perhatiannya, tetapi ia hanya memesan menu yang sekiranya sang penerima pesan yang ia kirim tadi menyukainya. Tidak lupa juga, ia memesan hidangan utama dimana itu yang menjadi alasan ia berada disini.
“Oke, sudah cukup. Terima kasih.” ucap Taeyong, pemuda tersebut tersenyum saat waiter mengulang hidangan yang ia pesan.
Perkiraannya, seseorang yang bertukar pesan dengannya tadi akan sampai dalam tiga puluh menit kedepan. Jadi ia masih punya waktu untuk mempersiapkan segala sesuatu yang ia butuhkan sebagai kejutan ulang tahun sekaligus merayakan hari valentine untuk mereka. Omong-omong orang yang bertukar pesan dengan Taeyong tadi tidak lain adalah kekasihnya.
Satu persatu hidangan yang telah ia pesan sudah memenuhi meja yang ia tempati. Hanya tinggal menunggu kue yang ia pesan saja yang belum tersedia, memang itu adalah permintaannya sendiri untuk mengeluarkan kue yang ia pesan saat sang kekasih telah datang. Taeyong kembali tersenyum, melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya untuk memastikan berapa lama lagi sang kekasih datang.
Sudah tiga puluh menit berlalu, kekasihnya belum menampakkan diri ataupun mengiriminya pesan lagi sekedar mengabari jika akan terlambat. Taeyong masih berpikir jika sang kekasih sedang sibuk dan lupa untuk mengabarinya. Hingga tepat dua jam lamanya ia menunggu, ponselnya berdenting menandakan adanya notifikasi pesan masuk.
Taeyong bergegas melihat ponselnya, tetapi yang ia dapati adalah pesan dari sang teman yang berisi foto kekasihnya dengan orang lain sedang berpelukan mesra dan terlihat sangat bahagia. Hatinya hancur, mata jernihnya perlahan menimbulkan cairan bening yang kapan saja siap untuk menetes.
“Permisi tuan, apakah kuenya bisa dikeluarkan sekarang?” salah seorang pelayan menghampirinya, Taeyong mengusap kasar air mata yang menetes pada pipinya.
Taeyong mengedarkan pandangan, lalu mendapati satu pemuda yang sedang menikmati hidangannya, “Berikan saja pada dia.” Taeyong menunjuk pemuda tersebut, lalu setelahnya ia berdiri dari duduknya dan memilih pergi.
Pelayan tersebut mengernyitkan dahinya pertanda ia bingung dengan sikap Taeyong, tetapi setelahnya menuruti perkataan dari pelanggannya tersebut. Pelayan tersebut berjalan mendekati meja yang tak jauh dari tempat Taeyong sambil membawa kue yang telah di pesan.
“Permisi, ini cake untuk anda. Saya ucapkan happy birthday and happy valentine’s day.” Pelayan itu tersenyum pada pemuda yang telah ditunjuk oleh Taeyong.
Pemuda itu mengernyit, pasalnya ia tidak memesan kue itu, “Maaf, tapi saya tidak memesannya.”
“Kue ini dari tuan yang tadi duduk disana.” Pemuda tersebut menoleh mengikuti arah tunjuk sang pelayan.
“Lalu, orangnya kemana?”
“Ia baru saja pergi, tuan.” Kini arah pandangnya ia tolehkan pada pintu keluar, pintu itu masih sedikit bergoyang menandakan seseorang baru saja membukanya. Tidak menunggu waktu lama, ia beranjak dari duduknya dan bergegas mengejar seseorang yang memberikannya kue tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada pelayan tersebut.
Beruntungnya, saat ia keluar ada satu orang yang berdiri didepan café dan ia rasa seseorang tersebut adalah orang yang memberikannya kue tadi, “Hei, tunggu.”
Pemuda tersebut menoleh, pertama kali yang ia lihat adalah pandangan mata yang kosong tersirat kesedihan, “Maaf apa kau yang memberikanku kue?” hanya angukan yang ia dapat sebagai jawabannya, lalu tanpa kata lagi Taeyong, pemuda yang memberikannya kue itu berbalik dan ingin meninggalkannya.
“Hei tunggu, jika tidak keberatan. Kau mau menemaniku?” ia menjeda kalimatnya saat Taeyong berbalik kearahnya, “Omong-omong ini hari ulang tahunku, dan terima kasih untuk kuenya.”
Ia tersenyum, “Aku Jaehyun, Jung Jaehyun.” Mengulurkan tangannya sambil tersenyum berharap jabatan itu disambut hangat oleh Taeyong.
“Lee Taeyong.” Jabatan tangan mereka menyatu, menimbulkan efeksi yang tidak biasa untuk keduanya. Hari itu, hari dimana kedekatan keduanya bermulai. Berjalan tanpa tahu arah diiringi candaan yang menimbulkan gelak tawa dan tanpa terasa menghilangkan semua beban dan kesedihan dari masing-masing persona.
Hari itu, yang orang anggap sebagai hari kasih sayang Jung Jaehyun dan Lee Taeyong berakhir dengan rasa yang membuncah dihati mereka. Semua rasa yang ada di alam semesta, seakan menjadi satu untuk mengungkapkan bagaimana rasa yang keduanya rasakan.
END.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIMERENCE 《Jaeyong》
FanfictionJaeyong oneshoots collection by Excelentjy team. Special Jaehyun Brithday. • BXB || YAOI || HOMO || GAY • Rate : G - M • Jaehyun x Taeyong • Don't read if u don't like!