Kebohongan Lagi!

29 1 0
                                    

"Akupun tau bahwa satu kebohongan akan mendatangkan kebohongan yang lain. Namun, ini sulit untukku, sehingga dengan teganya aku membohongimu"

                                   By : M Fahzi

                   _________________

Ini adalah hari ke 25 dari kurun waktu yang Fahzi janjikan. Mungkin keadaan sekarang sudah berubah, sedikit demi sedikit, perlahan namun pasti. Fahzi mulai melabuhkan hatinya kepada sang istri. Itulah Allah yang maha membolak-balikan hati makhluknya.

Allah adalah Al-'adlu yang maha adil. Allah tidak pernah pilih kasih terhadap hambanya yang mau berusaha dalam mendapat ridha-Nya.

Lantuna ayat suci yang Fahzi baca membuat hati sejuk. Fahzi sengaja bangun lebih awal, ia tidak membangunkan Reta terlebih dahulu, karena sangat terlihat kelehan.

Fahzi bangkit dari sajadahnya, menghamriti Reta yang masih terlelap.

"Sayang bangun.. Udah jam setengah empat" dengan sayangnya Fahzi menguncang bahu Reta  lembut. Namun reta masih tetap terpejam.

"Astagfirullah ... Kamu demam" pekik Fahzi saat menempelkan punggung tangannya di keening Reta.

"Sayang kamu sakit? Pusing nggak?" gini nih kadang nggak pekanya laki-laki, udah tau demam masih ditanya.

Fahzi bergegas mengambil tas kerjanyadan mengelurka termometer dengan perlahan Fahzi menggunakan alat tersebut.

"38, 5 derajat" selorohnya, Fahzi langsung mengambilkan kompresan.

Pasti itu sangat pusing bagi reta, apalagi demamnya tinggi banget.

Fahzi kembali lagi turun ke dapur untuk mengambilkan air hangat. Saat Fahzi kembali Reta tidak ada di tempat tidurnya. Mata Fahzi membulat memonitor seisi ruangan.

Terdengar suara guyuran air di kamar mandi, tamnpa pikir panjang Fahzi langsung menghampirinya.

"Sayang kok ke kamar mandi nggak nunggu abang?" tanya Fahzi yang hanya di respon dengan senyum samarnya.

"Astagfirullah" pekik reta kaget, saat Fahzi datang tiba-tiba dan menyentuh bahunya.

"Kaget ya? Maaf sayang" Reta hanya mengangguk sebagai tanda bahwa dia telah memaafkan Afahzi.

"Masih pusing?"

"Sedikit, sama mualnya, kayanya asam lambung aku kambuh deh bang" jawab reta lalu kembali membasuh wajah pucatnya dengan air.

"Yaudah sekarang ambil wudhu terus kita shalat subuh berjama'ah"

Karena memang adzan subuh sudah berkumandang. Untuk kali ini Fahzi tidak akan pergi ke mesjaid, karena takut terjadi apa-apa pada Reta.

"Abang nggak ke mesjid?" tanya Reta dengan suara pelan.

"Nggak sayang. Abang mau jaga kamu di sini"

                        ------------------

"Ada apalagi sih  Sind? Istri aku sedang sakit, bisa nggak kamu nggak ganggu aku sehari saja?!" bentak Fahzi saat Sindy dengan santainya mengajak Fahzi bertemu.

"Kalau bisa jangan ganggu akau selamanya"

"Sabar dong yang, kan aku cuma mau ketemu kamu" perkataan Sindy membuat Fahzi muak.

"Kamu sudah gila Sin!" bentak Fahzi.

"Aku giala karena kamu ninggalin aku. Sekarang tinggal pilih aja, kamu mau liat Reta istri kuno kamu yang labil itu menderita atau tinggalin dia" ancam Sindy di sebrang sana.

"Kamu jangan macema-macem aya!"


"Bukannya kita kenal sudah lama, kamu pasti tau kalau aku Sindy Fatika Sari tidak pernah main-main dengan ucapannya"

Fahzi terdiam cukup lama. "Gimana atau akan aku kirim anak bu-"

"Kirim alamatnya, aku akan ke sana" Potongnya membuat Sindy tertawa penuh kemenangan.

"Gitu dong sayang itu baru Fahzi ku"

Fahzi langsung memutuskan sambungannya.

Ya Allah hamba harus gimana?

                   -------------------------

Fahji melirik benda yang melingkar di tangannya. Sudah jam delapan pagi.

Fahzi bangkit dari sofa yang ada di kamarnya lalu duduk di tepi ranjang yang Reta tiduri.

Dengan perlahan Fahzi menggerakan tangannya mengelus pipi Reta lembut, wajahnya terlihat meraha karena demamnya belum turun.

"Sayang bangun yuk. Siap-sipa kan mau priksa ke dokter"

"Hmm...." Reta masih memejamkan matanya dengan gemingan tak jelas.

"Ayok sayang" perlahan Reta membuka matanya, sangat terlihat sayu.

"Maaf ya sayang, abang nggak bisa anter kamu, abang ada dinas di luar kota, abang udah minta bu Inah kok buat nemenin kamu, nggak papakan?" kata Fahzi to the point.

Reta terlihat sedikit kecewa. "Maaf ya, abang nggak bisa nganter, abang di tugasin di makasar, nggak lama kok cuman tiga hari" lanjutnya membuat Reta semakain kecewa. Tapi, Reta harus bijaksana, punya seami Dokter, mau nggak mau Reta harus memaklumi jika tiba-tiba hal seperti ini tetjadi.

"Nggak papa kok bang, kan aku bisa berangkat sama bu Inah" jawab Reta. Sekuat mungkin ia menyembunyikan kesedihannya.

"Abang juga udah bialang ke atasan yang ada di Rumah Sakit tapi, ini sangat penting"

Maaf sayang aku berbohong lagi.

"Aku juga ngerti bang, nggak apa-apa kan itu udah kewajiban abang sebagai dokter, harus bisa menjalankan amanah dengan baik" perkataan reta membuat Fahzi sangat lega dan semakin membesarakan rasa bersalahnya.

"Yaudah abang beresin baju abang dulu ya"

"Abang maaf aku nggak bantu abang beresin baju"

"Nggak apa sayang"

Kenapa aku melihat ada yang naeh dari kamu bang. Semoga saja hal yang aku takutkan tidak tetjadi.

Kesabaran CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang