Akan ada yang pergi dan tak lagi kembali.
Ada yang hilang namun akan terlupakan.
Ada penantian yang berujung duka.
Ada yang datang namun bukan cinta.
Setelah fase-fase itu berlalu,
...kini, esok, dan kemudian hari, apakah kamu dan aku akan menjadi kita?
Hari ini katanya kamu akan pulang. Di sudut kecil hatiku yang masih kumiliki entah kenapa terasa begitu hampa. Sudut kecil yang itu tolong jangan diambil juga, ya. Karena jika kamu ambil, nanti aku tak punya apa-apa.Setelah melakukan perjalanan dinas yang melelahkan aku yakin kamu perlu waktu untuk menenangkan diri dari penatnya tekanan. Kuputuskan untuk menginap di tempat bibinya Yoongi agar kamu punya waktu untuk dirimu sendiri dan mungkin isi kepalamu yang berantakan. Kuyakin semua ini juga tidak mudah bagimu.
Aku sudah menyiapkan satu koper kecil di sisi kiri pintu. Duduk di teras rumah seperti biasa dengan secangkir teh tawar untuk mengakhiri hariku yang melelahkan. Untungnya hari ini aku sudah tak demam seperti kemarin-kemarin. Aku menunggu Yoongi di senja yang berbeda namun masih memikirkanmu di dalam kepalaku. Lucu, ya.
Yoongi dan Seokjin sepertinya sangat ingin berdebat denganku. Mereka terkadang menghela napas panjang karena harus menahan semua hal yang ingin mereka katakan padaku karena kondisiku yang cukup lemah. Aku tahu bahwa mereka sangat khawatir. Apalagi sepertinya mereka sudah tahu apa yang terjadi dengan rumah kita yang rapuh ini.
Karena kamu bilang akan pulang di malam hari, aku akan pergi sebelum kamu datang. Hanya beberapa saat lagi Yoongi akan datang dan mengantarkanku ke rumah bibinya. Aku merekam jingga yang berpendar indah di ujung cakrawala sembari mengelus perutku yang tak lagi rata. Kalau Tuhan mengizinkan, aku ingin pergi menemuinya di saat senja sedang terhampar luas di ujung sana seperti hari ini. Rasanya pasti akan sangat damai.
Dulu sekali ketika aku jadi orang yang paling egois karena ingin memilikimu seorang diri tak pernah berpikir jika ternyata aku hanya akan menyakitimu untuk waktu yang lama. Kupikir akan ada masa di mana kamu akan menatapku seperti kamu menatapnya dahulu. Hal nihil seperti itu memang tidak akan pernah bisa terjadi ternyata.
Sudah sedari dulu aku mampu merasakan rasa sakit yang kamu miliki. Tetapi, anehnya aku tidak pernah mampu merasakan perasaan bahagia yang kamu punya. Karena ternyata perasaan bahagia semewah itu hanya bisa dibagi dengan orang yang kamu cintai. Dan aku tidak termasuk di dalamnya.
Aku berusaha menjadi bagian dari dirimu. Aku mencintai orang yang kamu cintai, berusaha membahagiakan Haemin agar kamu bisa tersenyum meskipun hanya sekilas saja. Tetapi, Tuhan ternyata menyayanginya lebih dari kamu dan aku. Dia pergi dan meninggalkanmu sendirian. Saat itu mana mungkin aku membiarkanmu menanggung rasa sakit itu sendirian, aku selalu berada di belakangmu ketika kamu menangis. Walaupun kamu tidak pernah ingin bersandar padaku. Tapi, hanya dengan berada di sekitarmu aku sudah merasa sangat bangga pada diriku sendiri. Karena Haemin menitipkanmu padaku.
Dan sekarang, kupikir akan ada saatnya nanti aku bertemu Haemin dan meminta maaf kepadanya. Tentu saja karena aku tidak pernah bisa menjagamu dengan baik. Aku adalah orang yang paling menyakitimu dan baru sadar akan hal itu.
Teruntuk Haemin-ku sayang, apakah di sana kamu bahagia? Aku juga tidak bisa membuatmu bahagia saat kamu masih ada di dunia ini karena waktu yang sangat singkat. Membawa mainan yang kamu inginkan atau membawa hyung-hyung yang tidak ramah sepertinya tidak akan pernah cukup untuk mengurangi rasa sakitmu. Kini, apa yang harus kulakukan pada hyung kesayanganmu? Aku tidak ingin melihatnya menderita lebih lama. Sungguh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second | Jung Hoseok
FanfictionSiapa yang kedua? "Entahlah-" Jung Hoseok. ❤Gorgeous cover by @GENIUS__LAB