PROLOG

20.6K 741 466
                                    

DON'T BE SIDERS PLEASE!

"Gue ke toilet dulu ya?" ijin Milsha.

"Mau aku anterin gak?" tawar Cyla.

Milsha menggeleng pertanda ia menolak. Cewek itu pergi setelah memberitahu ketiga temannya. Melangkahkan kakinya menuju toilet. Namun, banyaknya orang di tempat ini membuat ia harus pintar menghindar ketika ada lelaki berhidung belang yang mencoba menyentuhnya.

"Sshh.. pusing," racaunya ketika merasakan pening.

Suara dentuman musik menggema di seluruh ruangan, orang-orang asik berjoget menggerakkan badannya kesana kemari mengikuti irama musik. Cahaya yang remang-remang membuat penglihatan Milsha tidak jelas.

Cewek itu menyentuh kepalanya ketika pusing semakin menyerangnya. Milsha mengerjapkan matanya berkali-kali berusaha tetap sadar dan dengan segera melangkahkan kakinya sedikit cepat menuju toilet.

Milsha membuka pintu toilet dan segera masuk, cewek itu memuntahkan isi perutnya. Rasa mual sedari tadi terus ia rasakan, mungkin karena kebanyakan minum. Setelah selesai, Milsha membasuh wajahnya dan menghela nafas lega.

Cewek itu menyandarkan tubuhnya ke dinding toilet lalu melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 12 lebih. Artinya sudah lumayan lama juga ia dan teman-temannya berada di club ini.

"Ck, mati lagi!" decaknya ketika melihat handphone nya mati.

Milsha menatap penampilannya di depan cermin, tangannya terulur merapikan rambut yang sedikit berantakan. Setelahnya cewek dengan dress hitam ketat tersebut keluar dari toilet.

Di sisi lain, cowok dengan jaket hitam dan rambut yang acak-acakan beberapa kali terlihat menghela nafas gusar. Matanya terpejam ketika merasakan panas di sekujur tubuhnya.

"Lo kenapa?" tanya Dipo yang melihat gelagat aneh temannya.

Gevano menggeleng, tangannya mencengkram kuat ujung jaketnya. Wajah dan matanya memerah seperti menahan sesuatu. Cowok itu mengepalkan tangannya ketika sadar ia di beri obat perangsang.

Gevano mengangkat gelas yang sudah tandas lalu membantingnya kasar membuat Dipo berjengit kaget. "Sialan." umpatnya.

Cowok itu mengambil kunci motor dan handphonenya lalu beranjak dari duduknya. "Gue balik," pamitnya. Dan tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya, Gevano langsung melenggang dari sana mengabaikan teriakan Dipo.

Gevano dengan cepat melangkahkan kakinya tidak ingin berlama-lama di tempat biadab ini. Demi Tuhan, tubuhnya sangat panas dan ingin melampiaskan nafsunya.

"Bangsat." makinya ketika tidak sengaja menabrak tubuh seseorang.

Milsha tersentak kaget mendengar umpatan itu, ia mendongakkan kepalanya melihat siapa yang tidak sengaja ia tabrak. Cewek itu meneguk salivanya susah payah ketika mengetahui siapa yang baru saja ia tabrak.

"Sorry, gue gak sengaja."

Gevano menggeram tertahan, iris matanya menatap Milsha dengan tajam. Gevano maju mengikis jarak antara keduanya, tangannya mengurung tubuh Milsha di dinding.

"Lo mau apa?!" tanya Milsha panik.

Gevano semakin menghimpit tubuh Milsha membuat cewek itu semakin ketakutan. Gevano mengendus leher Milsha dan menggesekkan hidungnya di sana membuat bulu kuduk Milsha meremang.

"I want you" bisiknya lalu mencium bibir ranum Milsha.

Gevano menarik tengkuk Milsha semakin memperdalam ciumannya. Cowok itu memejamkan matanya merasakan rasa manis bibir tipis itu. Lidahnya menerobos masuk mengabsen deretan gigi Milsha.

Milsha memukul dada bidang Gevano, matanya sudah berkaca-kaca karena first kiss nya di rebut paksa oleh kakak kelasnya. "Brengsek!" makinya ketika Gevano melepaskan tautannya.

Gevano menarik tubuh Milsha semakin dekat dengannya. Matanya menatap Milsha dengan teduh, tangannya terulur menghapus air mata yang mengalir di pipi mulus cewek itu.

"Help me, please .." mohonnya dengan suara berat.

Rasanya Gevano ingin menangis karena tidak kuat menahan sesuatu di dalam tubuhnya. Rasa panas sungguh menyiksa dirinya, terbukti dengan matanya yang memerah.

"Lepasin!" berontak Milsha.

Gevan menggeleng lalu dengan cepat ia mencium Milsha kembali. Kali ini ciuman Gevano semakin menuntut dan sedikit kasar membuat Milsha terisak. Rasanya ingin teriak meminta bantuan, namun tidak ada orang selain mereka berdua di sana. Minimnya cahaya membuat Milsha semakin takut.

Gevano melepas ciuman itu, ia sungguh tidak tahan. Apalagi melihat penampilan Milsha yang cukup terbuka membuat Gevano tidak ingin berlama-lama lagi. Cowok itu dengan segera mengangkat tubuh Milsha, menggendongnya ala bridal style.

Kakinya mendobrak salah satu pintu kamar dengan kasar lalu kembali menutupnya. Dengan cepat ia menghempaskan tubuh Milsha ke ranjang dan menindihnya.

Milsha menggeleng takut, tangannya mencengkram kuat bahu Gevano. "Menjauh brengsek!"

Gevano menggeleng dengan mata memerah, "Gak mau, please help me" ujarnya dengan lemah.

Gevano dengan cepat mencium kasar bibir Milsha. Tangan cowok itu perlahan-lahan melepaskan baju Milsha. Ciumannya turun ke leher putih milik cewek itu, lalu menghisapnya kuat membuat tanda kemerahan di sana.

Tangisan Milsha pecah saat Gevano berhasil melucuti semua pakaiannya, kini ia hanya telanjang bulat. Tangannya mencengkram kuat selimut ketika melihat Gevano yang juga sudah tanpa sehelai kain.

Gevano mendekat dan menindih kembali tubuh polos Milsha.

"Sorry."

See you next part<3

GEVANO [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang