GEVANO 10

9.9K 727 314
                                    

DON'T BE SIDERS PLEASE!

Sejak kejadian itu, Gevano tidak pernah pulang. Terhitung sudah tiga hari ia tidak menginjakkan kakinya di tempat itu. Dan sudah tiga hari pula ia tidak pernah bertemu dengan Milsha. Pernah sekali ia dan Milsha berpapasan di sekolah, namun tidak bertegur sapa. Dan setelahnya Gevano tidak pernah melihat lagi sosok Milsha.

"Gevan," suara di susul tepukan di bahunya membuat Gevano tersadar dari lamunannya. Cowok itu menatap pria paruhbaya yang baru saja duduk menempati kursi di depannya.

"Apa?" tanya Gevano malas.

"Kamu lagi---"

"To the point," potong Gevano.

Tama---pria paruhbaya itu mengambil gelas yang berisi kopi di meja, ia meneguk kopi itu dengan mata tidak lepas menatap Gevano. "Saya dengar, kamu sudah berpacaran dengan Serra. Itu benar?"

Gevano mengangkat alisnya sebelah, menatap Tama dengan datar. "Jadi papah nyuruh Gevan ke sini, cuma buat nanya itu?"

Tama tersenyum miring, "Bukankah itu kabar baik?"

"Bagi aku atau bagi papah?"

"Sudahlah Gevan, Serra itu kurang apa si? Dia itu cantik, pinter dan pastinya dari keluarga terpandang,"

"Sempurna bukan?" lanjut Tama.

Gevano hanya diam, ia terlalu malas meladeni orang seperti Tama.

"Tidak seperti mami kamu---"

"Shut up! Jangan pernah bawa-bawa mami aku, pah!" potong Gevano cepat. Ia paling tidak suka mami nya di bawa-bawa ke dalam urusannya dan Tama.

Tama terkekeh kecil melihat reaksi Gevano. "Oke, oke."

"Saya cuma mau ingetin kamu, buat datang nanti malam ke acara makan malam dengan keluarga Serra," ujar Tama.

"Kamu tidak lupa, kan?"

Gevano menggeleng, "Nggak. Tapi Gevan gak mau datang."

Tama yang mendengar itu menggeram tertahan. "Jangan bikin saya malu Gevan! Datang ke acara itu, jangan bantah ucapan saya!"

"Lagian itu kan kemauan Serra, pacar kamu. Dia sangat baik hati, mau merayakan hari ulang tahun kamu. Harusnya kamu bersyukur mempunyai pacar seperti dia."

Gevano berdecih mendengarnya, ia bangkit dari duduknya dan mengambil tasnya kasar. Cowok dengan seragam yang tidak rapih itu melangkahkan kakinya menuju pintu, dan memilih mengabaikan Tama.

"Gevano," panggil Tama membuat langkah Gevano terhenti.

"Kamu tau kan konsekuensinya jika kamu menolak perintah saya?" Tama tersenyum miring melihat Gevano menegang di tempat, bahkan cowok itu sudah mengepalkan tangannya.

"Diam, dan jangan bantah."

••••

Lapangan basket SMA Cendana di penuhi oleh siswa-siswi kelas 12 IPA 2, keringat mulai bercucuran di dahi mereka karena terik matahari yang menyengat.

GEVANO [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang