"Suaranya... Senyumnya... Candu untuk ku lihat setiap saat"
Alan Mahendra.
"Kenapa pria itu selalu mengganggu pikiranku, setelah bertemu dengannya. Pikiranku menjadi tak karuan, Apa yang terjadi sebenarnya? Apa aku jatuh cinta?"
Lillyana Azzahra.
"D...
Waktu berjalan cepat, bunda masih saja menghubungi Lily untuk jalan bersama meski bunda tau hendak bertemu Lily hanya bisa seminggu sekali karena Lily yang kuliah dan bekerja membuatnya sangat sibuk, Alan juga yang awalnya sangat jarang mengantar bunda belanja menjadi rutin mengantar setiap minggu.
Bunda POV
Ini hari minggu, aku bisa menemui gadis itu. Gadis itu sungguh menggemaskan bagiku, bahkan rasanya aku ingin sekali menjadikannya menantu. Dia sederhana, dan juga cantik alami bahkan tanpa dandanan tebal seperti gadis-gadis yang aku temui setiap hari.
"Bunda..." Teriak anakku dari luar. "Ini suara Ali" gumam bunda. Tak lama terdengar suara ketukan pada pintu kamarku, kupersilahkan orang di luar untuk masuk. "Bunda..." sapanya dengan lembut.Penampilannya sudah rapi pagi ini, biasanya untuk bangun saja ia susah karena ia berprofesi sebagai komposer.
Seorang komposer lingkup kerjanya sangatlah luas dan kompleks. Tak sembarang orang bisa menjadi komposer. Tanpa pengetahuan musik yang luas serta peralatan penunjang lain yang memadai seperti alat-alat musik serta kemampuan untuk menguasai berbagai macam software editing beserta tempat dan relasi-relasi kerja yang baik tentu peluang menjadi komposer yang "laku" akan semakin tertutup. Seorang komposer dituntut untuk memiliki keahlian membuat komposisi-komposisi musik maupun vokal secara total yang dilakukan dengan strukturisasi musik secara komprehensif.
Itulah yang membuat Ali anak kedua ku sibuk beberapa bulan terakhir, bahkan jadi sangat jarang menemaniku. Sedangkan Alan yang berprofesi sebagai DJ hanya memiliki waktu luang di akhir pekan, karena malam bekerja dan siang untuk beristirahat... apalagi kalau malam minggu sangat sulit untuk mendapatkan waktu dengannya karena selalu manggung.
Tapi tak apa, toh mereka juga sudah dewasa wajarjika memiliki kesibukan masing-masing. Tabungan mereka pun untuk masa depanmasing-masing, kalau mereka rajin maka uang yang mereka kumpulkan juga akan lebihdari hasil mngelola perusahaan keluarga kami
Bunda menoleh dan tersenyum, Ali mendekati bunda lalu mencium pipi bunda, "bunda mumpung aku hari ini bangun pagi, aku saja yang temani bunda belanja. Aku sudah lama tidak menemani bunda sejak menulis lagu-lagu itu" ujarnya duduk dipinggir kasur. "Pas banget tau Li, bunda sekalian mau ngenalin kamu sama seseorang. Ayoo kita berangkat bunda udah siap" sahut bunda semangat. Bunda berjalan sebentar ke dapur mengambil catatan belanjaan yang diperlukan.
Ali melihat bunda yang celingak-celinguk menginterupsi " Bunda ngapain sih, tengok sana, tengok sini, Aku disini bun. Bunda nyari siapa emangnya?" bunda datang dengan langkah santai memasukkan catatan ke dalam tasnya "biasanya Alan datang pagi buat ngantar bunda, kalo dah ada kamu dia kan ga perlu ikut" sahut bunda berjalan ke garasi di samping rumah.
"ohh jadi selama aku sibuk buat lagu dan bangun kesiangan ada bang Alan yang nganterin bunda terus, tumben bunda? Biasanya dia lebih susah diajak dibandingkan aku" tanya ali dengan dahi mengkerut.
"iya, semangat banget juga dia nganter bunda. Sampai-sampai vc dari pacarnya aja di reject" Ali membukakan pintu untuk bunda seteleah menutup pintu memutar sedikit ikut memasuki mobil "Bang Al masih nge-DJ bun? Aku sering diundang teman-temannya tapi masih asik bikin lagu" sambil melajukan mobil mereka mengobrol tidak seperti bersama Al yang akan diam saja dimobil, Ali akan mengajak bunda mengobrol maupun bercanda agar tidak terasa sepi di mobil.
Saat memasuki parkiran ada gadis yang melambai di samping motornya, dengan senyum manis gadis itu melambaikan tangannya membuat Ali melambatkan jalan mobil. Bunda yang duduk disamping tiba-tiba membuka jendela dan ikut melambai, Ali yang awalnya mengira gadis itu melambai padanya mengalihkan pandangan dia terlalu percaya diri rupanya.
Sesaat mobuil baru terparkir bunda dengan cepat membuka pintu dan berjalan cepat kearah Lily, Ali masih, meratakan mobilnya agar terparkir dengan benar. Bunda menarik tangan Lily karena ingin cepat-cepat mengenalkan mereka berdua, Ali membenarkan rambutnya yang sedikit berantakan sebelum kelar dari mobil, saat dirasa rapi barulah ia keluar.
Ia tertegun, gadis yang tadi ia lihat kini berdiri disampingnya dan dirangkul oleh bundanya. "Ana kenalin... Ini anak bunda yang satunya Ali" sembari menarik tangan Ali agar bersalaman dengan Lily. "Hai nama gw Lilyana Azzahra, panggil aja Ana" Lily menyambut tangan Ali dengan senyuman, Ali terpaku melihat senyum itu. 'Apakah aku sudah disurga?' batinnya 'Ini bukan manusia, gadis ini bidadari' tambahnya dalam hati. 'lihatlah wajahnya.... Sangat cantik dan sangat alami bahkan tidak dipolesi bedak atau semacamnya' masih dengan tautan tangan yang tidak terlepas bunda pun menginterupsi "ehem... ehem... tatap aja terus sampai sore kalo bisa" celetuk bunda.
Ali berdehem menghilangkan kekagetan dan kegugupannya "Hmm, kenalkan nama saya Alian Mahendra terserah kamu mau manggil saya gimana" Lily tersenyum menanggapi "kalau begitu ku panggil Lian bisa?" tanyanya, Ali mengerutkan dahinya "Mengapa Lian? Mengapa bukan Ali seperti bunda memanggilku?" terdengar nada protes walau tidak terlalu kentara "sekarang kutanya lagi, kau... akan memanggilku dengan nama apa?" tanya Lily. Mereka sambil berjalan masuk, bunda berjalan lebih dulu agar tidak mengganggu percakapan keduanya.
"Zahra...?" ucap Ali ragu-ragu. Lily tersenyum "Mengapa bukan Lily?" tanyanya lagi, Ali nampak berfikir lalu terkikik "jadi kau ingin saat bunda memanggil kita berdua sama-sama menoleh?" Lily ikut terkikik "maaf aku hanya bercanda, dan kau lebih hangat dibanding kakakmu" celetuknya membahas Alan. "jika kau suka memanggilku seperti itu, maka selamat kau orang pertama yang memanggilku Lian"ucap Ali mengganti topik, Lily yang mendengar itu ikut tertawa "Bahkan tidak ada yang pernah memanggilku Zahra dan kau akan memanggilku seperti itu, baiklah kau juga orang pertama" selorohnya.
Bunda melihat keduanya dari kejauhan merasa senang 'jarang sekali Ali tersenyum bahkan tertawa dan bercanda dengan orang baru' batinnya. Bunda mengeluarkan ponselnya lalu memotret mereka berdua "pasangan serasi, bahkan tanpa kalian janjian baju kalian senada" ucap bunda puas melihat foto yang diambilnya dengan ponselnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(anggap aja ini foto bajunya samaan bayangin di supermarket mereka bercanda-canda dan candid pas di foto)
30 menit mereka berkeliling mengikuti bunda sembari bercanda, belanjaan yang di beli bunda juga sudah lengkap. Ali mendorong troli kearah kasir untuk membayar sedangkan bunda dan Lily mengobrol berjalan dengan santai. "anak bunda yang ini lebih hangat dari kakaknya ya" celetuk Lily, "biasanya juga dingin kaya Al, tapi kayanya kalo sama kamu bunda lihat dia nyaman. Makanya terlihat hangat sayang" sahut bunda menatap Lily.
"Jadi gimana tawaran bunda dulu? Kamu mau sama anak bunda?" Tanya bunda.
To be Continue...
Gimana ya kelanjutannya...? oiya author minta maaf ya kayanya bakal banyak kesibukan mempersiapkan KKN jadi kemungkinan slow update...
Tinggalkan jejak yaa.. biar aku semangat nulis terus, jangan lupa juga komen saat ada typo bertebaran maklum nulis pertama buru-buru...