Part 2

514 50 0
                                    

26-5-2016

“Hai, sayangku.. Maaf aku terlambat ada sedikit kendala di pelabuhan tadi.”

Renjun tersenyum tipis memaklumi tunangannya. “Tidak apa Lele-ya aku mengerti tuan Nahkoda. Tidak terlalu lama kok, jangan khawatir.”

Chenle mengusak sedikit rambut Renjun membuat sang empu sedikit mendelik kearahnya,“Yak! Jangan kau rusak rambutku Lele!” protesnya.

“Habis kau menggemaskan sekali sih, aku kan jadi makin jatuh padamu.”

Tunangan? Ya, Chenle adalah tunangan Renjun. Setelah memutuskan berpacaran saat lulus Highschool dulu karena saling mencintai satu sama lain akhirnya setelah lulus Universitas mereka memutuskan untuk bertunangan dahulu sebelum menuju ke jenjang yang lebih serius.

“Ngomong-ngomong kita akan pergi kemana Lele?” tanya Renjun.

“Sebenarnya aku ingin mengajakmu ke rumah makan mie udon yang paling enak di suatu tempat tapi sepertinya sekarang sudah tutup karena rumah makan itu benar-benar sangat laris.”

“Tak apa kamu bisa mengajakku ke sana lain kali, bagaimana kalau kita ke sungai Han saja? Apa kau setuju denganku Lele-ya?”

“As you wish sweetheart.” Chenle menggandeng tangan mungil Renjun lalu mereka mulai berjalan pergi ke sungai Han yang letaknya tak jauh dari apartemen Renjun.

At 17.59 KST

Mereka sudah sampai disungai Han sekarang, Renjun terus memandang langit menikmati proses terbenamnya matahari begitu juga dengan Chenle, belahan jiwanya.

“Sweetheart, sangat indah ya tapi apa kau tau? Walaupun senja itu terlihat indah tetap saja kamulah yang paling indah dimataku.” Ujarnya seraya mengeratkan genggaman tangannya pada Renjun. “Astaga, kau ini membuat jantungku meledak saja, dasar buaya pasti karena kau kebanyakan bergaul dengan rekanmu yang bernama Jaemin itu.” Timpal Renjun.

“Hehe.. Teman yang baik bukan? Kuharap dia akan membantuku menjagamu bila aku pergi nanti.”

Renjun mendelik tak suka, menatap tajam pada tunangannya.

“Apa maksudmu Chenle? Memangnya kau akan pergi kemana? Jangan bercanda! Aku tak suka candaanmu yang ini.”

“Maafkan aku hanya saja beberapa hari ini feelingku sedikit tak enak. Sayangku bagaimana jika Tuhan memanggilku terlebih dahulu?”

“Mengapa kau bicara makin ngelantur sih?? Jika begitu maka aku akan lebih memilih untuk mati bersamamu. Aku telah jatuh padamu terlalu dalam Chenle aku tak bisa hidup tanpamu.”

“Aku hanya bertanya saja sweetheart. Sama aku pun juga sudah jatuh terlalu dalam padamu Injunku sayang.”

“Kalau begitu berjanjilah bahwa kita akan terus hidup bersama hingga maut memisahkan kita Lele-ya.”

Chenle ragu untuk menjawab, entah mengapa feelingnya menjadi semakin tak enak. Akhirnya sebelum menjawab dia tersenyum tipis dahulu untuk menyakinkan jawaban hatinya,“Aku takut tak bisa memenuhi janji itu sayangku daripada itu aku lebih memilih untuk mengusahakannya ketimbang berjanji yang tak ku tau bagaimana hasilnya dimasa mendatang nanti my sweetheart.”

Renjun sebenarnya merasa sedikit tak puas dengan jawaban tunangannya itu. Dan dia tiba-tiba saja merasa was-was oleh perasaan tak enak yang tiba-tiba saja hinggap dihatinya. Entah mengapa tapi hatinya berkata sesuatu yang buruk akan terjadi sebentar lagi.

Kencan malam itu pun berakhir dengan keheningan yang melanda cukup lama kedua pasangan itu hingga akhirnya mereka memutuskan pulang ke apartemen masing-masing lantaran hari mulai larut.

Hai, Sweetheart || CHENRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang