Bagian 3

2 0 0
                                    

Menu

YANG TERASING-02

12 Votes

Bagian 3

“Kelapa?”

Sekali lagi perempuan itu mengangguk.

“Itu sudah cukup bibi. Biarlah aku mengukur kelapa. Tentu akan sedap sekali makan nasi hangat dengan kelapa dan garam”

Nasi hangat itu ternyata telah memberikan kenikmatan yang besar bagi para calon prajurit yang terluka itu. Seakan-akan telah menumbuhkan sebagian dari kekuatan mereka yang telah hilang.

Tetapi Pikatan sama sekali tidak berminat untuk makan. Hatinya terasa jauh lebih pedih dari luka di pundaknya. Betapapun ia berusaha, namun nasi yang sudah disuapkannya kedalam mulutnya, terasa terlampau sulit untuk ditelannya.

“Makanlah kakang” minta Puranti, “aku sendiri yang memasaknya. Bukankah kau sering makan dengan lauk serupa ini dipadepokan? Kau senang sekali makan dengan kelapa seperti kucing kesayanganmu itu”

Pikatan tidak menyahut. Ditatapnya wajah Puranti sejenak. Dilihatnya perasaan yang tulus memancar dari mata gadis itu, sehingga dengan susah payah ia berusaha menelannya sesuap demi sesuap agar ia tidak menyakiti hati gadis itu.

Namun perasaan Pikatan menjadi semakin pahit ketika ia melihat Puranti sebagai seorang gadis dengan cekatan melayani para calon prajurit yang terluka itu. Ternyata bahwa pasukan kecil ini seluruhnya telah tergantung kepada seorang gadis. Nyawa mereka dan kini perawatan mereka, “Memalukan Sekali” berkata Pikatan didalam hatinya, “Kenapa kita laki-laki yang bertubuh besar tidak dapat berbuat lebih banyak dari seorang gadis yang tampaknya begitu lembut”

Tetapi Pikatan tetap menyimpan perasaan itu didalam hati.

Matahari yang tersembul diatas punggung-punggung bukit, semakin lama menjadi semakin tinggi. Datanglah harapan baru didalam setiap hati. Prajurit yang memimpin mereka akan segera datang. Apapun yang akan dilakukannya, pastilah suatu keadaan yang lebih baik dari keadaan mereka kini. Apalagi mereka telah digayuti oleh satu pengharapan, bahwa mereka akan dapat diterima menjadi seorang prajurit. meskipun tugas mereka tidak mutlak berhasil.

Betapa menjemukan sekali, berbaring didalam sebuah pondok yang panas sambil menunggu. Menunggu dan seakan-akan hidup mereka telah habis buat menunggu. meskipun baru setengah hari. Udara yang panas dan angin dari perbukitan gersang, membuat orang-orang yang terluka itu semakin menderita. Apalagi mereka sadar, bahwa disebelah dinding ruang itu terbujur beberapa sosok mayat dan juga orang-orang Goa Pabelan yang terluka. Kadang-kadang kebencian yang memuncak terhadap mereka hampir-hampir tidak tertahankan lagi, sehingga kadang-kadang timbul niat diantara mereka, untuk melepaskan kejemuan mereka dengan membalas sakit hati dan apalagi karena kawan-kawan mereka ada yang terbunuh. Namun untunglah, setiap kali mereka masih dapat mengekang diri. Apalagi mereka sadar, betapa Puranti yang telah menolong jiwa mereka, melayani orang-orang yang terluka itu seperti melayani mereka sendiri.

Yang TerasingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang