Menu
YANG TERASING-049 Votes
YANG TERASING
JILID 4
kembali | lanjut
PURANTI PUN kemudian melangkah pergi mengitari dinding batu. Ketika ia berdada disisi kanan halaman rumah Nyai Sudati, ia menjenguk sekali lagi. Didalam keremangan malam, Puranti melihat seorang penjaga duduk terkantuk-kantuk di pendapa bersandar tiang. Sedang yang lain tidur dengan nyenyaknya berselimut tikar di sudut.
“Mereka orang-orang yang setia” berkata Puranti didalam hatinya, “tetapi apabila kejahatan mulai melanda padukuhan ini, mereka akan dapat menjadi korban. Apalagi kalau benar, Hantu Pabelan yang masih hidup itu kini melakukan kejahatan kecil-kecilan sebelum ia berhasil menyusun kekuatan yang cukup.
Puranti pun kemudian meninggalkan rumah itu sambil merenung, “Sampai berapa lama aku akan tinggal di Alas Sambirata?”
Puranti sendiri tidak dapat menjawab. Ia harus melihat perkembangan dari rencananya. Tetapi apabila perlu ia dapat mempergunakan cara lain, agar ia tidak selalu berada di Alas Sambirata. dan mungkin justru dikira sesosok peri apabila ada yang kebetulan pernah melihatnya tanpa disadari.
Karena itu Puranti mencoba mencari akal, agar ia menemukan tempat yang lebih baik baginya. Ia akan tinggal di daerah itu bukan sekedar sehari dua hari. Tetapi mungkin sebulan dua bulan. Sekali-sekali ia dapat pulang ke rumah apabila kerinduannya kepada ayah dan kawan-kawannya di Gajah Mungkur tidak tertahankan lagi. Tetapi ia akan kembali lagi kedaerah ini.
“Pekerjaan yang berat” desisnya.
Tetapi ada dua sebab, kenapa ia berusaha melakukan pekerjaan yang berat itu sebaik-baiknya.
Sebagai seorang anak dari Kiai Pucang Tunggal, ia tidak dapat tinggal diam, apabila kejahatan mulai menjalar ke padukuhan-padukuhan kecil. Apalagi Demak sendiri sedang sibuk dengan usahanya untuk membuat Demak menjadi suatu negara yang besar dan utuh.
Namun, agaknya Sultan Demak menjumpai banyak kesulitan karena tingkah laku, orang-orang istana sendiri, ditambah dengan pergolakan-pergolakan yang terjadi di daerah sepanjang pesisir Timur.
Selain daripada itu, maka masih juga memercik harapannya bagi dirinya sendiri untuk membangunkan Pikatan dari mimpinya yang terlampau buruk tentang cacat tangannya dan hari depan yang gelap.
Tetapi untuk tinggal di Alas Sambirata yang sepi dalam waktu yang lama, agaknya merupakan persoalan yang sulit baginya.
Meskipun ia mempunyai kelebihan sebagai seorang gadis, namun ia adalah seorang gadis. Ia mempunyai bermacam-macam keinginan dan kebiasaan. Ia mempunyai tata cara hidup yang telah dijalaninya bertahun-tahun sejak ia kanak-kanak.
Itulah agaknya ia tidak akan dapat hidup memencilkan diri sebagai hantu Alas Sambirata. Ia memerlukan kawan untuk berbicara. Ia memerlukan dunia yang wajar seperti dunianya yang selama ini dihayatinya di Gajah Mungkur.
“Aku harus menemukan jalan” desisnya, “aku tidak akan dapat hidup seperti ini. Seperti seekor kijang di kebun yang sangat luas tanpa seekor kawan pun”
Puranti pernah mendengar seseorang yang menjalani tapa ngidang. Hidup seorang diri berkawan binatang-binatang di hutan. Berlari-lari seperti kijang tanpa mengenakan pakaian. Makan rerumputan dan buah-buahan. Tidur di sembarang tempat dan keadaan. Bergulat melawan udara dingin dan panas. Bahkan bergulat melawan binatang-binatang buas yang menyerangnya.