The Fate - 2

1.8K 169 12
                                    

Mengawali pagi cerah dengan kekecewaan Jaehyun. Dia memandang sosok didepannya dengan tatapan nanar. Huang Renjun. Lelaki manis pujaan hatinya kembali menghancurkan perasaan indah yang dimiliki Jaehyun untuknya. Renjun dapat begitu dengan mudah mengumbar senyum manisnya pada setiap orang yang menyapanya atau bahkan yang hanya dilewatinya, pengecualian pada Jaehyun. Renjun menghindari Jaehyun seolah Jaehyun adalah kuman yang akan menyebarkan virus pada dirinya. Ya beginilah nasib sad boy yang cintanya sangat sangat bertepuk sebelah tangan. Jaehyun tidak tahu Renjun menghindari dirinya karena risih akan dirinya yang terus mengejarnya tanpa henti atau karena apa. Sebenarnya Jaehyun tahu sih jawabannya, dia hanya mencoba mengelak saja.

"Tuh tuh lihat dia bahkan dengan mudah mengabaikanmu, ck so kecakepan sekali anak itu" Yuta datang-datang dari belakang tubuh Jaehyun sambil mengompori pagi hari Jaehyun.

"Ya memang cakep. Tenang suatu saat nanti senyuman itu yang akan jadi milikku" jawab Jaehyun percaya diri.

"Ck si bucin tolol ini memang tidak terselamatkan" decak Yuta.

Kalian mungkin kesal dengan Yuta. Tapi percayalah jauh di lubuk hatinya, Yuta benar-benar bangga sosok sahabatnya itu. Bagaimana tidak, dia baru menemukan sosok lelaki yang begitu bertanggung jawab dan begitu memuja seseorang dengan sangat dalam. Yuta bahkan selalu berandai-andai, jika dirinya menjadi Renjun dia akan dengan senang hati menerima Jaehyun dan siap lahir batin mengabdi menjadi kekasih Jung Jaehyun. Jaehyun adalah pribadi yang jauh dari kepura-puraan, dia bukan tipe lelaki pemberi harapan palsu seperti yang sedang trend saat ini. Itu sangat bukan Jaehyun.

***

"Apakah Jaehyun masih bersikeras mendekatimu?"

"Ya, dia masih hampir setiap hari datang ke rumah cari perhatian pada Ayah dan Ibu. Apalagi dengan Chenle, dia seakan tahu cara mengambil hati adik nakalku itu. Bermain game bersama Chenle, menamani Ibu menjaga toko, mengajak Ayah memancing setiap minggu. Menyebalkan sekali, bukan?" keluh Renjun pada Doyoung, kekasihnya.

"Sejauh itu?" jawab Doyoung tidak percaya.

"Iya, bisakah kakak mengehentikannya? Aku benar-benar risih dengan kelakuannya. Aku tidak suka padanya".

Doyoung hanya membalas perkataan Renjun dengan senyuman termanisnya dan usapan lembut pada tangan Renjun. Dia tidak mungkin melarang Jaehyun, karena diantara mereka berdua sudah terjadi kesepakatan yang disepekati bersama dibelakang Renjun. Doyoung mengingat kembali percakapannya dengan Jaehyun tahun lalu.

"Aku izin mendekati kekasihmu" todong Jaehyun pada Doyoung.

"Ada pencuri izin pada pemilik rumah?" Sindir Doyoung. Jaehyun mengedikam bahu santai.

"Aku hanya mencegah kemungkinan terburuk dan tidak ingin terjadi pertengkaran diantara kita suatu saat nanti"

"Kau gila" ucap Doyoung.

"Kau tahu tidak, kalau Tuhan dapat merubah takdir seseorang?"

"Apa maumu Jung Jaehyun? Tolong bicara secara to the point" kesal Doyoung.

"Aku mau kau mengizinkanku mencuri perhatian Renjun. Jika takdirnya adalah kau, maka aku ingin Tuhan mengubah takdir itu. Aku ingin dia untuk sekali saja melihatku"

"Kau tidak sadar dengan ucapanmu?" sangsi Doyoung.

"Dengan kesadaran penuh tolong beri aku waktu setidaknya sampai hari kelulusan untuk memperjuangkannya. Mari kita sama-sama berjuang untuk perasaan kita. Aku berjanji tidak akan menyakitinya selama aku memperjuangkannya" tekad Jaehyun.

Doyoung diam-diam menghela nafas dan memejamkan matanya. Lama-lama dia khawatir dengan perjanjian yang dibuatnya dahulu dengan Jaehyun, apakah dia salah mengambil keputusan membiarkan Jaehyun? Bagaimana jika lelaki manis ini pada akhirnya akan jatuh pada pelukan seorang Jung Jaehyun? Melihat kegigihan dan tekad bulatnya tidak mungkin orang tidak akan tersentuh. Batu keras akan berlubang jika setiap hari terkena percikan air.

Apa kalian juga akan luluh melihat perjuangan Jaehyun ini?

Jika kalian pikir Doyoung adalah lelaki jahat, kalian salah. Doyoung justru begitu tertarik dengan cara berpikir Jaehyun. Doyoung mengizinkan Jaehyun bertindak sejauh ini karena berpikir bahwa hanya Jaehyun lah lelaki yang pantas bersaing dengannya. Tidak sedikit orang yang menyukai Renjun, tapi Doyoung selalu menganggapnya angin lalu. Berbeda saat kedatangan Jaehyun dengan kegilaannya, jiwa saing Doyoung mengepul begitu saja saat dihadapkan dengan Jaehyun. Ini adalah tahun ketiga mereka bersaing memperjuangkan Renjun, selama itu pula Doyoung belum pernah melihat Jaehyun bermain atau bahkan berdekatan dengan wanita atau lelaki manis manapun, malah Jaehyun semakin giat mendekati keluarga Renjun. Untuk mengambil anaknya maka dekati orang tuanya, ck cerdik sekali cara lelaki itu.

Renjun ikut menghela nafas melihat keterdiaman Doyoung. Renjun jadi berpikir mungkin Doyoung benar-benar tidak mencintainya, oleh karena itu Doyoung tidak menanggapi keluhannya tentang Jaehyun.

"Lihat burung itu, serasi sekali ya? Aku harap pasangan burung itu selalu bersama, dan burung jantannya tidak membiarkan betinanya diambil orang lain" ucap Renjun tiba-tiba sambil melihat sepasang burung yang bertengger manis diatas kabel.

"Kau menyindirku?" delik Doyoung.

"Oh kakak merasa itu sebuah sindiran kah?" jawab Renjun dengan melirik Doyoung sekilas.

Doyoung tertawa dengan tingkah Renjun. Dia lalu mengapit leher Renjun dengan tangannya serta mencubit kecil hidungnya.

"Kau menggemaskan saat marah"

"Kakak menyebalkan dan bodoh"

"Kau mengataiku rubah kecil?"

Pada akhirnya mereka tertawa dengan tingkah mereka sendiri.

{The Fate}

Okay belum ada momen Jaerennya ya🤭

Ini kenalan dulu aja sama ketua osis pujaan Renjun.

Dan ini primadona rebutan para lelaki tampan nan populer

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dan ini primadona rebutan para lelaki tampan nan populer

Dan ini primadona rebutan para lelaki tampan nan populer

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Fate [Jaeren] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang