"Terima kasih, Pak"
Supir taksi itu tersenyum dan menatap iba pada Renjun. Sebenarnya supir itu tidak tega meninggalkan Renjun sendiri di depan gedung perusahaan besar, dibawah terik matahari, dan dengan kondisi ringkih seperti itu. Ya, Renjun nekat meminta pada bibi yang setiap pagi bekerja di apartemen Yuta untuk memanggilkan taksi. Supir taksi itu berinisiatif meminta bantuan pada satpam perusahaan untuk mengantarkan mereka bertemu dengan orang yang ingin ditemuinya di dalam perusahaan itu. Mereka berjalan ke arah resepsionis, namun sayang orang yang dituju sedang tidak ada di kantor. Supir taksi itu memaksa untuk mengantarkan Renjun pulang kembali ke apartemennya, namun Renjun tetap bersikeras tidak ingin pulang. Pada akhirnya Renjun menyerahkan kertas yang sejak tadi ia genggam. Kertas berisikan alamat rumah Jaehyun.
Akhirnya mereka sampai di depan rumah yang dituju. Kali ini supir taksi itu yang bertindak, ia membantu Renjun memencet bel rumah tersebut. Namun sudah hampir 20 menit tidak ada tanda-tanda orang di dalam rumah tersebut akan keluar. Renjun melenguh sedih, mengapa jalannya untuk meminta maaf terasa sangat sulit seolah dunia tidak mengizinkannya untuk mati. Renjun dengan sifat keras kepalanya memang tidak pernah hilang. Ia berniat menunggu Jaehyun di depan rumahnya, bagaimanapun caranya dia harus bertemu Jaehyun saat ini. Supir taksi itu mengalah dan memilih pulang meninggalkan Renjun sendiri.
Sudah hampir 1 jam Renjun duduk tegak di atas kursi roda di depan rumah Jaehyun seperti patung selamat datang. Pandangan matanya matanya lurus dan terlihat lelah. Tubuhnya bahkan sudah kaku tidak bisa bergerak. Saat ini matahari tepat diatas kepala Renjun. Rambut sudah basah oleh keringat, dan tubuhnya semakin melemah.
"Dia depan rumah Jaehyun, Yut" Johnny saat ini sedang berada di balik semak-semak mengawasi Renjun. Diseberang sana Yuta menghela nafas lega.
Tadi saat Johnny akan mengunjungi Renjun di apartemen Yuta, dia melihat Renjun menaiki taksi dibantu oleh bibi pekerja. Maka Johnny menghubungi Yuta, dokter mantan playboy itu langsung panik karena Renjun tidak bilang padanya akan keluar rumah. Pada akhirnya Yuta memerintahkan Johnny untuk membuntuti Renjun karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan mengingat Renjun sangat lemah sekarang.
"Dia kepanasan bodoh, apa tidak apa-apa untuk kesehatannya?" tanya Johnny khawatir. Namun, Yuta bersikeras melarang Johnny untuk membawa pulang Renjun dan membiarkan Renjun tetap disana.
"Baiklah" Johnny akhirnya mengangguk patuh.
Sebenarnya ini rencana dramatis si mantan playboy itu. Yuta yang sudah lelah dengan drama Jaehyun dan Renjun berniat ingin segera mengakhiri kisah mereka berdua dengan indah. Yuta akan berpura-pura panik dan menelepon Jaehyun mengatakan bahwa Renjun hilang dan saksi mata melihat Renjun sempat pergi ke kantor Jaehyun maka dengan begitu Jaehyun tentunya akan panik, kan? Yuta ingin sedikit menyadarkan Jaehyun.
Johnny sudah mengantuk mengawasi Renjun dibalik semak-semak ini hampir 2 jam tapi belum terjadi drama apa-apa. Tiga puluh menit berlalu dan akhirnya Johnny dapat tersenyum lebar. Di depan sana dia melihat Jaehyun yang terburu-buru menghampiri keberadaan Renjun dengan sepeda. Bayangkan s-e-p-e-d-a. Seorang manajer di perusahaan besar menghampiri pujaan hatinya yang hilang dari rumah dengan menggunakan sepeda. Ya Tuhan dramatis sekali bukan? Ini salah satu rencana Yuta juga sebenarnya, Taeyong sudah membuat kempes ban mobil Jaehyun sebelum Yuta menelepon Jaehyun.
Tapi Johnny dibuat jengkel dengan tingkah Jaehyun. Dia benar-benar ingin menendang bokong si budak cinta itu. Apa-apaan bukannya membawa Renjun masuk kedalam malah memayungi Renjun dari terik matahari dengan payung. Sungguh Johnny akan bertanya pada Jaehyun setelah ini, drama Korea apa yang ditonton Jaehyun selama 5 tahun terakhir.
"Oh sudah tidak panas lagi ya?" Renjun bergumam karena merasa tubuhnya tidak tersengat lagi.
Jaehyun tersenyum kecil. Memandang Renjun dari belakang seperti ini saja sudah membuat hatinya menghangat. Ah, Jaehyun benar-benar merindukan lelaki mungil ini ternyata. Entah sudah berapa lama mereka berdiam dengan posisi seperti itu karena langit sudah menunjukkan petang. Jaehyun menutup payung yang digunakannya dan segera berjongkok di depan Renjun yang tertidur. Jaehyun terdiam mengamati wajah lelaki manis itu yang tertidur dengan posisi sangat tidak nyaman. Pelan-pelan ia menyelipkan tangannya di leher dan kaki Renjun, lalu mengangkat lelaki itu ke dalam gendongannya dan berjalan ke dalam rumahnya. Jaehyun perlahan menidurkan Renjun di ranjang kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fate [Jaeren] ✔
Fanfiction"Maafkan aku, mungkin ini karma untukku sehingga aku sulit menutup mata seperti ini" -Renjun "Aku masih disini sayang, masih dengan perasaan yang sama, jangan takut"-Jaehyun warn: bxb