Heat Waves

379 29 0
                                    


Anne membuka matanya. Sebuah sensasi baru yang terasa asing baginya. Semalam adalah malam yang tidak akan pernah dia lupakan selama hidupnya. Kini dia telah menjadi wanita bersuami seutuhnya. Perlahan Anne bangkit dari ranjangnya berusaha untuk tidak membangunkan Thomas, sambil dibalut jubah tidurnya dia masuk ke dalam kamar mandi.

Anne membuka jubahnya dan menatap pantulan dirinya di cermin. Jejak-jejak suaminya nampak terlihat di kulitnya yang putih. Bercak kemerahan di leher, dada, dan perutnya. Anne tersenyum, baru kali ini dia merasa bahagia setelah menikah dengan Thomas.

'Krek!'

\Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan Anne segera menutup tubuhnya dengan jubah.

"Untuk apa ditutup lagi? Aku sudah melihatnya," kata Thomas.

Wajah Anne memerah, baru kali ini dia tersipu di hadapan Thomas.

"Aaakk! Kenapa aku ini?! Seperti tidak punya harga diri di hadapan Thomas!" maki Anne dalam hati.

Thomas dengan tubuhnya yang tak terhalang selembar kain pun berdiri di belakang Anne, lalu perlahan membuka jubah tidur yang menutupi tubuh istrinya. Gelombang panas di musim gugur kembali menjalar di tubuh keduanya. Anne masih ingat rasa sakitnya, membuatnya agak ragu untuk kembali memenuhi keinginan Thomas.

"Kali ini, tidak akan terasa sakit," bisik Thomas, lalu mengecup leher Anne dengan lembut.

Thomas membalikkan tubuh Anne, kembali menautkan bibirnya pada bibir Anne, lalu menelusuri setiap lekuk tubuh istrinya dengan bibirnya, membuat Anne terlena. Anne membuat Thomas ingin terus melakukannya lagi dan lagi. Thomas mengangkat tubuh Anne lalu membawanya ke bilik shower. Di bawah guyuran air hangat, mereka melakukannya dengan penuh gairah dan cinta. Anne memeluk erat Thomas saat tubuhnya dirasuki oleh suaminya. Benar, kali ini tidak terlalu menyakitkan. Anne menikmatinya.

"I love you," bisik Anne, menyadari perasaannya terhadap Thomas.

Thomas yang mendengar itu, membuatnya semakin melakukan aksinya dengan performa terbaik yang dia bisa. Thomas dengan senang hati melakukannya, terlebih dia pun telah mencintai Anne melebihi cintanya terhadap wanita lainnya. Thomas kembali mempercayai seorang wanita di luar keluarganya dan itu adalah istrinya.

"I love you, Anne," bisik Thomas yang disusul dengan erangan halus dari keduanya.***"Selamat pagi!" sapa Anne dengan ceria pada semua orang di markas saat dia dan Thomas datang.

Bibi Poly menatap keduanya dengan tatapan menggoda, tahu betul apa yang telah terjadi. 

 "Selamat pagi," balas Bibi Poly lalu menatap Thomas.

Thomas membalas tatapan itu lalu tersenyum sambil menggeleng. Bisa-bisanya Bibi Poly tahu apa yang sudah mereka lakukan. Grace menangkap gerak-gerik dari Thomas dan Anne yang terlihat bahagia seperti itu, merasa kesal karena telah gagal merusak rumah tangga keduanya.

"You're in a good mood," ucap Adda pada Anne.

Anne tersenyum sambil tersipu. "Aku setiap hari seperti ini, everyday is good," elak Anne.Thomas memberikan isyarat mata pada Anne, kemudian Anne mengangguk. Thomas pun masuk ke dalam ruangannya dan mulai bekerja.

Setelah istirahat makan siang, seorang tamu bersama sekertarisnya datang ke markas dan Anne mulai teringat dengan George. George datang untuk bertemu dengan Thomas perihal bisnis. Meskipun begitu, Anne tahu yang George maksud sebenarnya adalah ingin bertemu dirinya. Anne rasa memang mereka harus bertemu dan mengakhiri segalanya. Anne sempat memberikan note pada George secara diam-diam saat George keluar dari ruangan Thomas dan berpamitan dari yang lainnya.

***George duduk di meja bar sebuah pub kecil di pinggir kota Birmingham. Tak lama seseorang duduk di sampingnya dan memesan minuman. Anne duduk dan tanpa basa-basi langsung mengutarakan maksudnya.

"Aku tidak bisa mengikutimu ke Skotlandia," kata Anne.

George menoleh, merasa tertolak oleh Anne. "Apa maksudmu?"

"George, aku tidak bisa mengikutimu ke Skotlandia. Di sinilah tempatku seharusnya, di Birmingham," lanjut Anne.

George tertunduk merasa sedih sekaligus kesal.

"Kau adalah masa laluku, aku menghargaimu sebagai bagian dari hidupku. Tapi saat ini kita sudah berbeda. Aku adalah istri dari orang lain, kau harus bisa menerima itu," ucap Anne, berusaha mungkin tidak menyakiti hati George, meski sia-sia.

"Lalu ciuman yang kemarin itu?" tanya George masih bersikeras.

Anne menggeleng. "Maafkan aku, aku terbawa emosi kemarin."

"Kau tidak bisa seenaknya seperti itu Anne."

Anne menunduk, lalu meneguk habis minumannya. "Maafkan aku George, hubungan kita berakhir sampai di sini. Kau pantas mendapatkan wanita lain yang lebih baik dariku."

Anne berdiri lalu memegang pundak George sejenak, lalu pergi dari pub itu. George mengeluarkan air matanya, meminum minumannya sampai habis lalu melemparkan gelasnya ke hadapannya.

'PRAK!!!'

Semua orang terkejut melihat gelas itu jatuh berkeping-keping termasuk bartender. Bartender menatap George yang terlihat kesal.

"Aku akan membayar kerugiannya! Berikan aku satu gelas lagi!" teriak George.

Bartender yang tidak mau ada msalah hanya bisa mematuhi apa yang konsumennya minta. ***

Birmingham 1919Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang