End of The Blinders

287 29 0
                                    

Tok Tok Tok

Adda bangkit dari sofa saat mendengar ketukan di pintu apartemennya. Di malam hari seperti ini Adda tahu betul siapa yang ada di balik pintu. Adda pun membuka pintu apartemennya dan melihat seorang yang akhir-akhir ini sering menghabiskan waktu malam bersamanya. Namun kini sudah tak sama lagi rasanya. Adda sudah tahu bahwa Eddy mendekatinya bukan semata-mata karena lelaki itu mencintainya, melainkan untuk menghancurkan keluarganya.

"Hah.. kau masih berani datang ke sini?" tanya Adda dengan ketus.

Eddy pun tak tahu kenapa dia masih datang ke apartemen itu, padahal dia sudah membongkar maksud dia mendekati Adda--mencari sesuatu yang dapat menjadi bukti untuk menjebloskan Thomas Scott ke dalam penjara. Dia mungkin memang memanfaatkan Adda untuk itu, tapi hatinya gundah untuk tidak bertemu Adda meski satu malam.

Adda tak mendapat jawaban apapun, dia pun mulai mengayunkan daun pintu untuk menutupnya. Namun Eddy menahan pintu itu dengan telapak tangan kirinya.

"Adda, please."

Adda menatap mata Eddy yang menyedihkan itu. Tak dapat dipungkiri, Adda pun masih ingin bersama Eddy. Tapi dia pun tidak ingin membahayakan keluarganya.

"Bisa kita bicara di dalam?" tanya Eddy.

Adda menghela nafas, lalu membuka pintu lebar-lebar dan membiarkan Eddy masuk. Setelah menutup pintu, Adda kembali ke sofanya dan Eddy mengikuti duduk di sampingnya.

"Apa kau mendekatiku hanya ingin memenjarakan Tommy?" tanya Adda to the point.

Eddy menoleh, melihat wajah Adda yang sudah tidak sehangat sebelumnya. "Adda aku tidak bisa memenjarakan Tommy tanpa adanya bukti."

"Lalu kau mendekatiku untuk mencari bukti itu?" Adda berbalik. "Jika kau mendapatkan bukti itu, maka aku pun akan ikut dipenjara bersama Tommy."

Eddy tahu betul itu. Jika dia berhasil membuktikan bahwa Thomas Scott menjalankan bisnis gelap, maka bukan hanya Thomas yang akan masuk ke dalam penjara, melainkan pula seluruh keluarga Scott termasuk Adda. Awalnya dia memang ingin mendapatkan kehormatan itu dan mendapat kenaikan pangkat di kepolisian. Tapi kini dia mulai mempertimbangkannya karena Adda.

"Adda, aku tidak ingin kau ikut terlibat dalam kasus yang sedang aku tangani ini. Aku ingin kau keluar dari perusahaan kakakmu dan pergi jauh dari Birmingham."

Adda terbelalak, tak habis pikir kenapa orang lain seperti Eddy menyuruhnya untuk menjauh dari keluarganya. "Apa hakmu menyuruhku untuk pergi dari Birmingham dan menjauh dari keluargaku?"

"Aku akan menikahimu. Kita akan tinggal di Manchester. Selama aku menangani kasus ini, kau tunggulah aku di Manchester, setelah aku selesai maka aku akan menyusulmu."

Dengan spontan Adda menampar lelaki yang duduk di sampingnya.

'PLAK!''

"How dare you!" teriak Adda, merasa dijadikan properti oleh Eddy yang seenaknya membuat keputusan.

Eddy menerima tamparan itu. Tapi dia tak berkutik, dia malah memeluk Adda meski Adda berontak dan menamparnya lagi dan lagi.

'PLAK!'

"Get off from me!" Adda menitikan air mata sambil terus memukul Eddy yang memeluknya.

"Adda, aku mencintaimu!" teriak Eddy, membuat Adda berhenti memukulnya. "Tapi aku harus tetap profesional, aku tidak bisa menutup mata pada ketidakbenaran," tambahnya.

Adda menyadari bahwa yang dia dan keluarganya lakukan adalah ketidakbenaran. Tapi itulah yang membuatnya hidup. Hidup di jalan yang lurus terlalu sulit untuk dijalani di Birmingham. Orang-orang kaya yang memanfaatkan kekayaannya untuk berkuasa dengan seenaknya, orang-orang berkuasa yang memanfaatkan kekuasaannya untuk memeras rakyat kecil, memaksa Thomas Scott untuk berjalan di jalan yang penuh resiko tapi itulah yang membuatnya bisa bertahan hingga saat ini. Menjadi seseorang yang ditakuti, memiliki bisnis yang berjalan untuk menghidupi seluruh keluarga.

***Thomas mengumpulkan seluruh keluarganya tanpa sepengetahuan Anne. Setelah kejadian yang hampir membahayakan nyawanya dan nyawa istrinya, Thomas memerintahkan Anne untuk tetap di rumah, tidak mengikuti Thomas untuk bekerja. Meski sebenarnya Anne masih suka melakukan berbagai aktivitas, tapi dia memahami rasa kekhawatiran Thomas atas keselamatannya dan jabang bayi.

William dan Charlotte pun sudah kembali ke London. Di rumah Anne melakukan aktivitas seperti melukis, membaca buku dan belajar merajut. Membosankan, tapi dia tidak ingin menyusahkan Thomas jika dia menuruti egonya sendiri.

"Adda apa hubunganmu dengan Eddy?" tanya Thomas di hadapan seluruh anggota keluarga Scott.

Semua menatap Adda. Dia tidak dapat mengelak dan berkata bohong di hadapan keluarganya. "Aku menjalin hubungan dengannya."

Bibi Poly menatap dengan tatapan 'sudah kuduga'.

"Adda, bisakah kau menjalin hubungan dengan seseorang yang normal?!" seru Jhonny, kesal.

Adda merasa tersinggung dengan ujaran adiknya itu. "Apa maksudmu?! Bukankah yang tidak normal itu kita?"

Arthur menatap tajam. "Adda!"

"Apa? Apa aku salah?! Tommy, katakan padaku apa aku salah?!" Adda menatap Thomas dengan kesal.

Thomas terdiam, membenarkan apa yang adik perempuannya maksud.

"Kita yang tidak normal! Tak lama lagi kita semua akan masuk penjara!" seru Adda.

"Tidak jika kau tidak terperangkap tipuan Eddy! Kita akan masuk penjara karenamu!" seru Jhonny tak mau kalah.

Adda maju dengan penuh emosi bersiap memukul adiknya yang sudah lancang.

"Kalian berdua! Hentikan!" teriak Bibi Poly langsung menengahi Adda dan Jhonny.


"Ini bukan saatnya saling menyalahkan. Kita harus memikirkan solusi!" ujar Thomas.

Adda menatap Thomas. "Solusinya adalah kita tinggalkan bisnis gelap ini! Kita jalani perusahaan wiski saja yang sudah legal. Dan hentikan permainan gengstermu!"

Thomas tahu itu adalah satu-satunya solusi, tapi menghentikan bisnis gelapnya sama saja dengan membubarkan The Blinders yang sudah menjadi bagian dari keluarganya. Meski suatu saat Thomas itu pada akhirnya The Blinders akan berakhir, tapi tidak sekarang. Dia masih ingin menuntaskan musuh yang kemarin hampir mencelakai dirinya dan keluarganya.

***

Birmingham 1919Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang