19

3K 360 15
                                    



🥀__🥀


Aca kira, ketika ia memilih untuk memutuskan hubungannya dengan Jevin maka urusannya dengan keluarga lelaki itu turut selesai, tapi ternyata tidak. Sekarang ia harus sekali lagi berhadapan dengan kepala keluarga Kavindra ini. Orang yang Aca kira tidak ada karena selama ini Jevin tidak pernah membicarakan Papanya.

"Maaf kalau saya mengganggu waktu kamu" Aca mengangguk sopan, berbicara dengan orang yang berbeda kelas dengannya kembali membuat ia gugup. Apalagi ini adalah pertemuan keduanya dengan Papa Jevin.

"Saya dengar dari istri saya, kamu sudah memutuskan hubungan kalian" Itu bukan pertanyaan, lebih ke pembukaan kalimat selanjutnya.

"Jujur, saya lega mendengarnya"

"Iya, om"

"Maafkan anak saya Aca" Bohong kalau Aca tidak kaget, bagaimana bisa lelaki dihadapannya ini meminta maaf atas kesalahan anaknya.

"Saya dan istri saya yang mengurus Jevin serta Karin sedari kecil. Kami tahu dimana letak keseriusan keduanya, dan bagaimana jika mereka hanya main-main saja. Kami selalu menerima setiap pasangan yang mereka bawa, tapi kedua anak itulah yang berjanji kalau mereka hanya akan mengenalkan orang yang mereka anggap yang terbaik untuk mereka" Aca mengangguk faham, tapi ia masih belum dapat inti dari pembicaraan ini.

"Jevin lebih dulu mengenalkan Marsha kepada kami. Kami juga bukan orang tua yang suka ikut campur dengan urusan anak kami. Tapi Aca, antara Jevin dan Marsha ada lubang hitam yang teramat besar. Kami tidak akan mampu untuk menarik Marsha menjauh dari Jevin"

"Marsha sempat ngandung anak Jevin kan om?" Pria dihadapannya ini pintar menyembunyikan keterkejutannya karena ekspresinya masih biasa saja.

"Saya tahu dan saya juga tahu kalau sekarang Marsha lagi hamil. Saya gak pernah ngerasa keputusan yang saya ambil bener om. Tapi yang pernah om bilang ke Jevin itu benar. Saya masih bisa mencari lelaki lain yang jauh lebih baik dari Jevin tapi tidak dengan Marsha. Kalau om merasa bersalah karena Jevin sudah menyakiti saya, maka tidak perlu. Saya jauh lebih lega sekarang. Saya tidak ada dendam. Tapi maaf om, saya berharap besar anak om dapat karma. Saya permisi" Aca tahu, mungkin tindakannya tidak sopan. Tapi ia benar-benar sudah tidak mau berhubungan lagi dengan keluarga Jevin. Seharusnya ia menuruti perkataan kedua orangtuanya dari lama. Penyesalan memang selalu dibagian akhir, dan Aca berharap Jevin merasakan itu lebih lama.




🥀__🥀




Karin benci fakta ketika Jevin sakit maka ia pun akan ikut sakit. Sekarang ia sudah berbaring dengan lengan Jevin sebagai bantal, sengaja disatukan supaya Mama lebih mudah memantau.


"Lo udah temenin Marsha USG belum?" Karin menggeleng.

"Tapi barusan Marsha ngirimin foto USG nya Jevv, usia kandungannya empat minggu" Hati Jevin menghangat, membayangkan bagaimana gumpalan darah itu perlahan akan berbentuk menjadi bayi.

"Gue kangen Marsha Rin. Gue bodoh banget ngelepasin dia" Karin tahu Jevin menangis, Karin mungkin tidak tahu bagaimana rasanya tapi Karin bisa mencoba untuk mengerti perasaan Jevin.

"Kalo aja dari awal gue gak brengsek, pasti sekarang Marsha ada disini kan? Ditarik tinggal dirumah ini sama Mama"

"Jev, lo gak guna deh kalo nyesel sekarang. Pasti bukan itu yang Marsha mau"

"Trus dia mau gue kayak gimana Rin?? Akses gue buat nyari Marsha pasti ditutup rapat sama Papa dan bang Marko. Gak bakalan mudah"


"Lo perbaiki diri lo. Lo selesein kuliah lo yang tinggal skripsian itu, lo kerja yang bener di posisi yang udah Papa simpen buat lo. Nanti lo ketemu Marsha dengan versi terbaik dari lo. Marsha juga pasti gitu. Marsha itu gak egois Jev, lo emang udah nyakitin dia, tapi dia logis. Anak lo gak bakal dia biarin tanpa Ayah selamanya dan Marsha bukan tipe yang akan membiarkan orang lain dipanggil ayah sama anaknya" Jevin tahu itu bukan nasehat dari Karin, tapi Karin sedang menyampaikan apa yang sudah Marsha ceritakan.


Jevin kembali menangis, hatinya kembali sakit mengingat Marsha akan berjuang sendirian tanpa dirinya.







🥀__🥀





Maaf ya, hari ini aku gak double update kayak kemarin-kemarin.

Behind Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang