23

3K 348 26
                                    

🥀__🥀

Jevin berkali-kali menghembuskan nafas lelah, berinteraksi dengan banyak orang memang melelahkan, apalagi ia harus berpura-pura nyaman dengan topik pembicaraan para tetua yang menahan dirinya. Sejak Jevin menginjakkan kaki kedalam aula dari hotel bintang lima ini, ia merasakan kegelisahan yang luar biasa. Wartawan menyambutnya, menyambut seluruh tamu yang datang, memburu berita, melihat tahun ini siapa saja yang datang, membandingkan style para tamu dan bahkan Jevin yakin kalau acara tahunan keluarga Salim ini sedang menjadi trending topic diberbagai social media.

"Jevin, saya kesana dulu ya?" Jevin mengangguk sopan, perasaannya lega karena pria seumuran papanya itu akhirnya berlalu. Tidak ingin kembali ditahan oleh teman-teman Papa, Jevin segera berjalan ke arah meja paling belakang, berniat menikmati dessert yang disediakan walaupun ia tidak memiliki selera untuk memakannya.

Acara sudah dimulai, Pak Sian dan ibu Yeji memberikan sambutan sebentar lalu dilanjutkan dengan tiup lilin. Jevin memperhatikan panggung kecil itu dengan seksama, disana ada Marko dan Yeri yang sedang menggendong gadis kecil, namanya Clara. Jevin melihat foto-foto yang ditunjukan dari proyektor. Senyum kecilnya terbit, bisa jadi anaknya seumuran dengan anak Marko.

Fikiran Jevin lagi-lagi terbang, kalau Yeri dan Marko ada disini bisa jadi Marsha juga berada disini. Tapi Jevin cepat membuang harapannya, tidak mungkin ia akan bertemu dengan Marsha semudah itu. Setelah acara tiup lilin itu, Jevin tidak tau lagi acaranya apa, ia melihat beberapa tamu sudah meninggalkan aula. Ya seperti biasa, bisnis tetaplah bisnis. Mereka datang hanya sebagai formalitas. Menemui tuan rumah, berbincang sebentar, menunggu tuan rumah memberikan sambutan kemudian pulang. Jevin turut berdiri, setidaknya tadi ia sudah berbincang cukup lama dengan pemilik pesta ini, toh ia tidak akan dicari oleh siapa pun. Keluarga itu sedang sibuk bercengkrama dengan cucunya.

Langkah Jevin berhenti terpaksa karena ada anak kecil yang memeluk kakinya erat. Balita itu mengangkat wajahnya.

"Ayah" Jantung Jevin berdetak lebih kencang. Balita yang sedang memeluk kakinya ini sangat menggemaskan dengan gaun kecil yang sangat lucu. Matanya bulat, bentuk mukanya oval, pipinya berisi. Jevin memutuskan untuk menyamakan tinggi mereka.

"Kamu sendirian disini??" Balita itu mengangguk,

"Ayah, ini ayah Icel" Balita itu memeluk leher Jev. Yang dipeluk sudah mati-matian menahan takut, takut orang tua dari anak ini mencarinya, takut kalau ayah dari anak ini melihatnya nanti malah ada kesalahpahaman, banyak sekali takutnya.

"Mama kamu mana??" Balita itu menggeleng.

"Aku gak punya mama" Fikiran Jevin mulai kemana-mana, apakah anak ini sengaja ditinggalkan dihotel ini? Karena papanya tidak ingin merawatnya sendirian?? Tapi, bagaimana bisa??

"Ayah kenapa diammm" Fikiran jelek Jevin kembali, balita itu masih memeluknya. Rasanya nyaman, ia jadi membayangkan bagaimana ketika ia bertemu dengan anaknya kelak. Pasti kurang lebih akan seperti ini, Jevin akan memastikan untuk menggendong anaknya lalu membawanya untuk berkeliling. Mengobati kerinduan karena telah berpisah sekian lama. Lamunan Jevin lagi-lagi buyar, kali ini karena ada yang memukul belakang kepalanya. Jevin bahkan merasa nyawanya keluar sebentar, karena pukulan itu terasa sangat kuat.

"Apaa—" Protesannya melayang diudara ketika Yeri (oknum yang memukul kepalanya) memberikannya access card.

"Suite Room, lantai dua belas. Awas lo macem-macem sama adek gue. Icell, bawa ayah ke ibu ya?? Kasian ibunya sendirian" Ekspresi Yeri berubah total saat berbicara dengan balita dihadapannya ini.

"Okee, Mommy!! Ayah, let's goww" Tangannya ditarik, Yeri juga sudah berlalu tapi Jevin tetap diam. Otaknya sedang memproses satu persatu kejadian tadi.

"Icel??"

"Yess, Ayah??"

"Kamu gak punya mama??" Balita itu mengangguk.

"Apacih ayah, lama!! Ayoo nanti ibu ketiduran kalena kita lamaaaa" Jevin memilih mengikuti balita ini, tapi karena malah jalannya lama jadi Jevin memutuskan untuk menggendongnya.


"Icel kangen ayah" Bisik Icel dilehernya yang kembali dipeluk erat. Apa ini, fikiran Jevin berkecamuk. Apakah ia akan bertemu Marsha sebentar lagi??




🥀__🥀




Kavindra Gisella putri with she's cutest dress ((sebenernya crown nya punya kak Clara soalnya dia yang ulang tahun, tapi Icel malah nangis jadinya sama Marko diiyain aja biar Icel yang pake, toh Clara gak masalah))

Kavindra Gisella putri with she's cutest dress ((sebenernya crown nya punya kak Clara soalnya dia yang ulang tahun, tapi Icel malah nangis jadinya sama Marko diiyain aja biar Icel yang pake, toh Clara gak masalah))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Behind Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang