.
.
.
.
.Pandangan Jeon Hana tertuju pada dua orang sedang berbincang, Ayahnya dengan seorang wanita. Awalnya dia merasa biasa saja sampai wanita itu mengucapkan sesuatu membuat Sang Ayah terlihat sedih setelahnya, gadis kecil itu merengut kesal.
"Oppa," panggilnya pada sang Kakak.
"Ya?" sahut Haru, meski sedang sibuk membuat bentuk mobil dari pasir dia tetap menyahut Adik kembarnya.
"Lihat, ada monster buat Ayah sedih."
"Monster? Di mana?" kagetnya, memasang ekspresi takut. Bentuk Mobil yang tengah di buatnya pun hancur karena kaget.
Jari telunjuk Hana menunjuk ke arah Rosé, Haru melihat kemana Hana ingin tunjukkan lalu memiringkan kepala. Wanita secantik itu monster dari mananya? Dia pikir ada raksasa gurita yang ingin menyerang kota Busan seperti kartun yang dia tonton semalam.
"Ikut Hana, Oppa! Kita selamatkan Ayah!" teriaknya menggenggam tangan Haru, berlari menuju dua orang dewasa tersebut, dengan terpaksa Haru mengikuti sang Adik.
Setelah mendapatkan ingatan asing tidak tahu darimana membuat kepala Rosé sakit bukan main, yang di sampingnya terlihat khawatir melihat Rosé kesakitan.
"Kau baik-baik saja?"
"Hmm, ya. Kepalaku tadi sakit tapi sudah berkurang."
"Appa!"
Perhatian Jungkook dan Rosé teralihkan pada kedua anak yang sudah selesai bermain, Hana dan Rosé saling bertatap mata. Wanita itu berusaha tersenyum sedangkan Hana memasang wajah kesal, dia mengambil pasir dan melemparnya kepada Rosé.
"Hana! Apa yang kau lakukan!?" marah Jungkook. Kenapa Hana tiba-tiba melakukan hal yang nakal. Dia tidak pernah mengajari putrinya melempar pasir pada orang.
"Hana tidak suka! Orang ini monster Ayah!"
"Tidak ada monster yang kau bicarakan!"
"Hei, tidak apa. Jangan terlalu memarahi putrimu." Rosé memegang bahu Jungkook, meski ia sedikit kesal tapi Hana hanyalah anak kecil.
Jungkook meminta maaf atas kelakuan Hana, Rosé mengangguk dan kembali berkata tidak apa. Ada yang menarik baju Rosé membuat wanita itu melirik ke bawah. Anak laki-laki yang merupakan kembaran Hana ingin memberinya sapu tangan untuk membersihkan sisa pasir.
Romantis sekali, Rosé tidak bisa menahan senyumnya. Ia mengambil sapu tangan itu dan berterimakasih.
"Karena hari mulai malam kami akan pulang, sekali lagi saya minta maaf atas kelakuan putri saya."
Rosé mengangguk, setelah itu Ayah dua anak tersebut mulai menghilang dari pandangannya. Ia pun juga memutuskan kembali ke hotel untuk membersihkan diri. Rosé termenung di dalam Bath-ub, memikirkan tentang ingatan asing. Apa itu hanya khayalan saja? Tapi, terlihat begitu jelas dan nyata. Arggh ... Memikirkannya saja membuat Rosé semakin pusing.
*.*.*
"Appa masih marah sama Hana?" Hana kembali bertanya, ia memasang wajah hendak menangis. Sejak tadi Sang Ayah hanya diam dan tidak menyahutnya seperti biasa.
"Tentu saja marah, kenapa Hana melakukannya, eoh?"
"Hana hanya ingin melindungi Ayah dari monster, monster itu bikin Appa sedih."
"Nona itu bukan Monster sayang, dan dia tidak bikin Appa sedih," jelas Jungkook. Hatinya malah sedih melihat Hana memanggil Ibu kandungnya sendiri sebagai Monster. Yah, jangan salahkan Hana. Gadis kecil itu sendiri tidak tahu Rosé adalah Ibu kandungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Destine (Rosekook)
FanficJika takdir yang memisahkan kita, tetapi kenapa takdir juga mempertemukan kita kembali?