.
.
.
.
.Author POV
Rosé memperhatikan wajah sang Ibu yang tampak terkejut dan bingung setelah mendapat pertanyaan dari mulutnya.
'apa aku pernah menikah' Pertanyaan itu ... Apa ingatan Rosé telah kembali? Tidak, tidak mungkin. Beliau tidak akan membiarkan putrinya mengingat pria Busan itu.
"Kau ini bicara apa, nak? Kau belum pernah menikah dengan siapapun," jelas beliau dengan yakin meski itu adalah sebuah kebohongan.
Penjelasan tersebut membuat Rosé merasa lega, agak lucu juga jika seandainya pertanyaan itu menjadi kenyataan, siapa lelaki yang Rosé nikahi? Sedangkan satu-satunya pria ia cintai selama ini hanyalah Jeffrey, teman kecilnya.
"Maaf, sepertinya efek dari sakit kepala hingga aku meracau tidak jelas."
"Sudah, sudah. Lupakan saja apa yang terjadi, ingat Dr. Belle? Putri Ibu tidak boleh kelelahan dan harus banyak istirahat."
Beliau menaikkan selimut untuk menutupi tubuh Rosé, membiarkannya untuk beristirahat. Kemudian menelepon Jeffrey untuk kemari menjaga calon tunangannya.
Setengah jam yang di butuhkan Jeffrey untuk pergi ke rumah sakit, setelah mendapat telepon dari Ibu Rosé ia segera menyudahi rapat kantornya dan kemari, Rosé yang sedang makan pun kaget dengan keberadaan Jeffrey langsung memeluk tubuhnya.
"Sayang, bagaimana kondisimu sekarang?" tanya Jeffrey.
"Sudah mendingan, umm ... bukannya kau ada rapat?"
"Iya, tapi aku menyudahi rapat setelah mendengar kabarmu."
"Seharusnya tidak usah, aku hanya mengalami pingsan karena kelelahan."
"Tidak apa, katanya kau mendapat ingatan asing lagi, apa kali ini?"
Rosé pun mulai menceritakan, ingatan tentang sebuah pernikahan lalu ada pria mengucapkan sumpah pernikahan. Jeffrey mendengarkan dengan begitu seksama, bahaya. Ingatan Rosé kemungkinan bisa saja kembali dengan cepat jika terus begini.
"Lupakan saja ingatan itu, Rosé. Agak konyol, bisa-bisanya pria yang di ingatan itu bukan aku. Padahal jelas-jelas aku yang kau cintai, jika itu nyata pun tidak mungkin aku membiarkanmu dengan pria lain."
Rosé tertawa mendengar perkataan Jeffrey, pria ini protektif sekali. Ia menggenggam tangan Jeffrey sembari tersenyum.
"Bisa saja itu terjadi karena aku tidak sabar menikah denganmu.
Jeffrey pun turut tersenyum, yah … dia juga mengalami hal yang sama, tidak sabar tuk memiliki Rosé sebagai istrinya.
*.*.*
Rosé pikir ia bisa melupakan ingatan seperti yang di bilang oleh Ibunya dan Jeffrey, ternyata tidak semudah itu. Ingatan itu kembali berputar-putar dalam kepalanya, sampai membuat Rosé tidak bisa tidur. Ia tidak bisa diam seperti ini terus menerus, Rosé butuh jawaban. Ada apa sebenarnya, kenapa terus ada ingatan asing masuk ke dalam ingatannya? Hanya ada satu cara untuk menemukan jawaban, yaitu Kota Busan. Melihat betapa Jeffrey, Ibunya, bahkan keluarga besar Park melarang untuk pergi ke sana. Bukankah berarti ada hubungannya Rosé dengan Kota itu?
Rosé sudah memutuskan, ia akan kembali ke sana.
*.*.*
"Appa! Ayo bermain bersama Haru!" pinta Haru, menarik pelan celana sang Ayah.
"Maaf, Haru. Appa masih sibuk, bermain sendiri dulu saja ya."
Haru memasang wajah cemberut, dari kemarin Ayahnya selalu saja sibuk membuat karangan bunga. Bermain sendiri? Itu mana seru, jika saja ada Hana disini. Adiknya itu sedang pergi bersama sang Nenek. Dia di tinggal akibat tidak bisa di bangunkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Destine (Rosekook)
FanfictionJika takdir yang memisahkan kita, tetapi kenapa takdir juga mempertemukan kita kembali?