Dua manusia berjenis kelamin masa sedang duduk manis dengan salah satu diantara mereka masih berdiri di samping bangku panjang taman sebelum selatan mension tempat ia tinggal."Ella cantik, Cece mau nanya dong, boleh??" Brisia memilin-milin rambutnya. Ella menganggukan kepala.
"Mau bertanya apa nona??" balas Ella mulai sedikit memahami kata-kata aneh nonanya.
"Bapak gue, eh maksudnya ayah. Pas saya sakit, dia datang enggak nengokin gitu?? Berkunjung maksudnya." tanya Brisia. Wajah Ella yang tadinya cerah, kini berubah murung. Gadis itu tak tau harus berkata apa pada nonanya. Sejak kematian ibu dari nona Brisia, tuan Duke ayah kandung Brisia tak pernah sama sekali datang untuk melihat putrinya masih hidup atau tidak. Begitu pula dengan dua saudara nonanya itu. Tuan muda pertama Alexander Luvian dan tuan muda kedua Carlos Luvian.
Brisia seakan-akan sudah mati sangat lama. Meski makanan dan kebutuhan primer lainnya tercukupi. Tetapi saat gadis berambut pirang itu sakit, jangankan dokter, perawat pribadi keluarga ini pun, tuan Duke enggan memberikan perintah untuk merawat nonanya. Duke seperti berharap putrinya ikut menyusul mendiang istrinya ke surga, iya kalau masuk.
Melihat ekspresi wajah Ella, Brisia tersenyum getir. Gadis itu sudah tau kenyataan yang menimpanya, lalu mengapa ia masih bertanya. Perasaan sakit hati ia rasakan seketika.
Meski bapak gue di dunia nyata rada gimana gitu. Tapi Alhamdulillah, bapak gue enggak pernah tuh enggak merhatiin semua anaknya kalau sakit. Lah ini bapak satu, bener-bener minta di ruqyah.. pikirannya.
"Sudahlah Elle, melihat ekspresimu saja aku sudah tau jawabannya" Elle dapat melihat wajah putus asa dari nonanya. "Nona..." panggilnya.
Brisia tersenyum mengikhlaskan takdirnya pada Ella. "Tidak apa-apa, aku baik-baik saja. Setidaknya aku masih hidupkan?" perkataan Brisia sukses membuat air mata Elle luruh.
"Nona.. hiks... hiks... Tak apa nona, saya akan selalu menemani nona seperti janji saya pada mendiang duchess, ibu nona.." pelukan erat Elle berikan pada Brisia. Gadis itu menyalurkan semua rasa sayangnya sebagai kakak dan bawahan yang tulus kepada gadis yang ada di pelukannya.
Karena merasa kekencangan mendapat pelukan yang tiba-tiba dari arah sampingnya. Brisia sedikit menepuk lengan Ella guna melepas pelukan dari pelayannya itu. "Sesek, weh" ungkapnya. "Uhuk.. uhuk.. kalau meluk tuh kira-kira dong. Kalau gue mati gimane??" bahasa gaul yang aneh di pendengaran Ella kembali Brisia ucapkan. Bagaimana tidak, Ella memeluknya di leher cukup kencang.
"M-maaf nona" raut wajah kepanikan Ella terlihat lucu di mata Brisia. Gadis itu pun tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha... Mukamu lucu Ella. Astagfirullah, santai saja. Aku hanya bercanda bicara soal mati tadi. Lagi pula ini kehidupan kedua yang di kasih Allah sama aku. Masa iya di sia-siain" katanya membuat Ella bertanya maksud dari ucapannya barusan.
"Maksud nona??"
Brisia kelagapan sendiri. Ia tak seharusnya menyinggung masalah dirinya yang di beri Tuhan kepercayaan untuk menambah pahalanya yang mungkin hanya beberapa ons itu karena selalu durhaka pada ibunya saat di suruh untuk menjaga sang adik si Solihin.
"Eh, emang aku bilang apa Ella??" tanya Brisia mencoba membuat Ella bingung dengan pertanyaannya kembali.
"Eh, nona tadi berkata tentang kehidupan kedua. Maksud nona apa, Ella tak paham nona?" Senyum canggung Brisia tunjukkan. "Ah, kamu salah dengar kali. Tadi aku bilang tentang beberapa cantiknya aku, kecantikan ku ini sungguh tak akan ku sia-siakan demi mengejar kasih sayang orang yang tak mengharapkan ku ada" elaknya.
Ella mengangguk paham. Suasana menengangkan kembali pada keadaan semula. Larut dalam keterdiaman masing-masing. Pelayan itu kembali membuka suaranya.
"Nona bolehkah saya bertanya??"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sinner!!
FantasyBUKAN NOVEL TERJEMAHAN... FOLLOW AUTHOR DULU KALAU MAU BACA, KALAU ENGGAK MAU YA GPP.. "pokoknya pertunangan ini harus batal, saya tidak mau tau, Duke" matanya berkilat marah dengan bungkus pakaian yang disangkutkan ke sebatang ranting kayu yang cuk...