#04 (Bapak Kurang Ajar)

249 39 5
                                    


Matanya terbuka, tak terasa malam mulai menyapa. Ella datang membawa kereta makan malam di hadapannya. Meletakkan semua piring yang berisi makanan yang ia pesan untuk di hidangkan Ella saat ia hendak mengisi perutnya kapan saja di atas meja.

"Wih, Ella udah paham nih kemauan Cece. Jadi bangga deh" senyumnya merekah. "Cayang Ella banyak-banyak" Brisia memeluk Ella dari samping gadis itu. Ella hanya bisa tertawa, nonanya benar-benar berubah menjadi orang yang lebih ceria. Ia bersyukur karena itu.

"Sudahlah nona, mari makan malam" Ella meletakkan beberapa makanan yang di pesan Brisia di atas piring nonanya.

"Halalkan??" tanya gadis yang tengah duduk manis itu. "Halal nona, dijamin. Ella yang masak sendiri." Katanya.

Brisia menganggukkan kepalanya. Ia pun kemudian menyantap kentan dan beberapa olahan makanan yang ia berikan resepnya kepada Ella untuk di masak. Jika bertanya mengapa Brisia tidak memasak makanannya sendiri, jawabannya karena ia malas. Sudah cukup ia setiap hari berkencan dengan perkakas dapur lainnya di kehidupannya dulu. Sekarang waktu dirinya untuk bersantai, mumpung tak ada nyonya ratu yang menganggu kemagerannya.

"Lumayan.." ungkap gadis itu. Rasa masakan Ella cukup membuat selera makan Brisia untuk menelan masakan yang sudah tersedia. Tetapi untuk menambah, Brisia rasa itu sedikit kurang. Mungkin karena ini pertama kalinya Ella memasak makanan timur dari dunianya untuk dirinya yang terlihat kebarat-baratan.

Selesai menyantap makan malamnya, Brisia kini tengah duduk di bawah pohon dekat dengan danau buatan kediaman Luvian sembari membaca buku yang berisi tentang sejarah kerajaan Erland, tempat ia bernaung. Dengan di temani lampu temaram yang bersinar menemani malamnya.

"Aduh kenapa sejarah kerajaan rumit begini. Mana paham otak Albert Einstein gue, enggak bisa di singkat apa??" omelnya. Setiap lembaran buku berisi tentang sejarah raja terdahulu dan para pencapaiannya termasuk pada para bawahan mereka. Sampai ia menemukan nama ayahnya Maximilian Luvian yang bertengger manis sebagai tangan kanan raja Steven Gerrard Ammour. "Nih bapak boleh juga, tapi sayang ngeselin. Jadi Eneng kan enggak like. Masa anak sendiri di anggurin, di kira enak apa di anggap enggak ada. Emang minta di ruqyah nih keluarga. Sialan, kenapa gue ada disini sih. Enggak bisa apa pindah jiwa ke tubuh istrinya Kim Namjoon aja kalau dia dah nikah gitu." gumamnya di akhir kalimat. "Ya Allah. hamba enggak bisa pindah tempat gitu?? Disini enggak enak, asli." ungkapnya tak sadar jikalau kakak laki-laki keduanya mendengar ucapannya barusan.

Pindah jiwa tempat lain?? Apa maksudnya?? Anak itu mau kemana?? Tidak, dia tak boleh kemana-mana hatinya ber- ucap.

Brisia bangkit dari duduknya,
Carlos segera bersembunyi di balik semak-semak saat Brisia berjalan ke arahnya.

Mengapa aku sembunyi?? tanya Carlos dari balik semak-semak. Ia keluar dari tempat persembunyiannya saat Brisia sudah tak nampak lagi di Indra penglihatan pemuda itu. Kemudian melanjutkan perjalanannya yang tertunda tadi karena tak sengaja melihat sang adik yang tengah terduduk dengan buku tebal sejarah kerajaan menuju barak pelatihan kesatria hitam yang di pimpin langsung oleh sang kakak Alexander Luvian calon Duke selanjutnya.

Lorong panjang kediaman Luvian ia telusuri demi kembali ke kediaman yang sudah ia tempati sedari dulu. tanpa sengaja ia mendengar obrolan para pelayan yang ia lalui.

"Apa kau sudah mendengar berita itu??" Tanya pelayan yang mengikat cepok rambutnya pada teman seperjuangannya yang sedang mengelap jendela mension ini. Meski malam tiba, kegiatan bersih-bersih tetap berjalan.

"Soal apa??" Balas si rambut merah maroon model bob pada si rambut ikal.

"Itu soal nona yang akan di jodohkan dengan putra mahkota" perkataan yang sukses membuat langkah kaki Brisia terhenti dengan bola mata yang membulat tak percaya apa yang baru saja ia dengar.

Sinner!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang