Dihukum Bareng

21 10 27
                                    


***
Kak Rian ❤️
Hari ini kakak lagi sibuk banget, maaf ya. Gabisa anter jemput kamu dulu

Bahu Tiffany lemas tatkala membaca pesan WhatsApp dari Rian. Kini dia bingung mau berangkat ke sekolah dengan siapa dan naik apa, karena biasanya dia selalu diantar jemput oleh Kak Rian.

Betapa tidak berdayanya dia tanpa pemuda itu. Mungkin sudah saatnya dia harus mandiri.

"Udah jam segini lagi," keluh Tiffany tatkala melihat ke arah jam dinding sudah menunjukkan pukul 06.15, sedangkan 06.30 dia sudah harus berada di sekolah.

Sedikit bergegas, Tiffany langsung meluncur ke kamar mandi. Gadis cantik itu berharap, ia tidak terlambat sekolah walau kemungkinannya kecil.

Setelah sudah memakai seragam sekolah dan memakai sepatu, Tiffany pamit pada Tina, mamanya yang wajahnya lumayan mirip dengan dirinya.

"Fany berangkat sekolah dulu ya, Ma," pamit Tiffany setelah menyalim tangan sang mama, kemudian berlari begitu saja meninggalkan mamanya yang masih memandangnya dengan senyum di wajah.

17 tahun merawat Tiffany seorang diri sampai sudah seperti ini benar-benar membuat Tina terharu. Wanita berusia hampir setengah abad itu merasa waktu cepat sekali berlalu.

"Tiffany, hati-hati di jalan," ucap Tina pelan ketika bayangan gadis itu sudah tidak terlihat lagi di matanya. Setelah itu dia berbalik meneruskan kegiatannya yang sempat tertunda yaitu menyiram tanaman-tanaman hiasnya.

***
Tiffany naik angkutan umum karena tidak ada pilihan lagi. Mau memesan ojek online paketannya habis, jadi mau tak mau dia harus naik angkutan umum yang tadi tiba-tiba melintas di depannya.

"Aduh, pake macet segala lagi," keluh Tiffany gelisah sembari melihat jam di handphonenya. Ini masih pagi dan Tiffany sudah mengeluh sebanyak 2x.

Baru saja sehari tidak diantar Rian, dia sudah kelabakan seperti ini. Sepertinya dia sudah banyak merepotkan pria yang jauh lebih tua dengannya itu.

Setelah kemacetan ibukota yang sudah menjadi makanan sehari-hari itu, akhirnya Tiffany sampai juga di sekolahnya. Dia sudah lari sekuat tenaga, berusaha menerobos kerumunan murid-murid yang berdesakan ingin segera cepat-cepat masuk karena bel masuk sudah berbunyi sebanyak 3x. Namun, nasib sial untuk Tiffany. Tepat saat langkahnya tinggal sejengkal lagi menerobos pagar, Pak Satpam sudah terlebih dahulu menutup pagar yang membuatnya harus berada di luar.

Tiffany mencengkram kedua lututnya yang menjadi tumpuan, menghela napas berkali-kali hingga bulir keringat sudah mengalir di kedua pelipisnya. Raib sudah harapannya untuk masuk ke sekolah dengan aman.

Siap-siap setelah ini dia akan dihukum oleh Pak Victor, guru yang terkenal killer kata teman-temannya.

Sialnya, Pak Victor guru piket yang bertugas hari ini pula. Tiffany menepuk dahinya keras, mengumpat berkali-kali atas kebodohannya.

"Karena kamu terlambat 15 menit setelah bel berbunyi, kamu harus menyapu halaman sekolah hingga bersih, sekarang!"

Begitulah perintah beliau hingga Tiffany berada di halaman sekolah maha luas tersebut. Menyapu helai demi helai daun kering yang selalu saja jatuh ke halaman. Membuatnya harus menyapu daun-daun di halaman itu padahal harusnya sudah bersih.

Kalau begini terus sih, gak akan ada habisnya!

"Loh, itu kan Tiffany," gumam Nino ketika dia sedang berjalan menuju toilet dan tidak sengaja mendapati gadis itu sedang menyapu halaman sendirian. Alisnya mengkerut melihat gadis yang akhir-akhir menarik perhatiannya ini tengah menyapu halaman maha luas tersebut dengan terus mengelap keringat yang menetes di punggung tangan. Jujur, Nino merasa kasihan sekali melihat Tiffany mendapatkan hukuman seperti, apalagi dia seorang diri disana. Belum lagi rasa malu karena dilihat oleh beberapa murid yang keluar kelas entah tujuannya apa, seperti dirinya saat ini.

It's My First Love (Sudah Diterbitkan✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang