Ada Hati yang Sakit Ketika Melihatmu Dengannya

31 21 69
                                    

***

"Kenalin, dia anak baru di kelas gue. Namanya Tiffany Beatrix."

Seperti ada petir yang menyambar tubuh Nino tatkala kekasih dari Dion tersebut memperkenalkan seorang gadis yang ia kenal. Gadis yang baru saja dia ceritakan pada teman-temannya ini benar-benar berada di hadapannya, memasang ekspresi tak kalah terkejutnya juga.

Entah kebetulan atau takdir, mengapa ia seolah-olah didekatkan oleh Tiffany? Nino tidak menyangka gadis itu akan bersekolah disini dan bertatap muka dengannya.

"Lo cowok yang waktu itu, kan?" seru Tiffany sembari menunjuk telunjuknya ke arah Nino dengan kerutan dahi. Ia tidak menyangka kalau Nino akan satu sekolah dengannya. "Nino Rafael, kan?"

Kalau diingat lagi, waktu itu Nino memakai seragam yang sama dengan yang dipakai murid-murid disini. Mengapa dia baru menyadarinya sekarang?

"Iya, gue Nino yang kemarin. Ternyata lo masih inget ya," sahut Nino dengan seulas senyum tipis. Sedangkan orang-orang yang mengelilingi mereka saling berpandangan bingung.

"Lohh, kalian saling kenal?!" teriak mereka hampir bersamaan.

***
Setelah jam pelajaran olahraga selesai, baik kelas XI IPA dan IPS yang tadi sempat ikut pelajaran bareng sudah berganti pakaian kembali dan beberapa dari mereka ada yang mulai ke kantin.

Beby, Thea, dan Tiffany selesai berganti baju lebih memilih duduk-duduk di dalam kelas saja. Berkumpul untuk membicarakan apapun yang bisa mereka bicarakan. Terlebih lagi Tiffany sedang mengakrabkan diri dengan kedua teman barunya ini, Thea dan Beby. Bisa dibilang, Tiffany ini mudah beradaptasi dengan orang baru.

"Fan, btw lo kenal Nino sejak kapan? Udah lama?" tanya Beby. Dia cukup heran melihat Tiffany dan sahabat kekasihnya tersebut terlihat cukup akrab.

"Iya, Fan. Kok bisa lo kenal dia?" timpal Thea ikutan kepo. Tiffany yang diserang pertanyaan seperti itu oleh kedua teman barunya ini lantas mengulas senyum. Ia menghela napasnya pelan kemudian berkata.

"Gue kenal dia secara gak sengaja, kok. Emang kenapa? Kok kelihatannya kalian berdua kaget banget gue kenal sama dia. Emang kenapa sih?"

Tiffany menaikkan alisnya sebelah heran. Merasa kalau kedua temannya ini terlalu bereaksi berlebihan dia mengenal Nino terlebih dahulu. Seaneh itukah berkenalan dengan pemuda tampan itu?

"Ya heran aja. Bisa-bisanya lo kenal sama salah satu cowok populer di sekolah kita ini," jelas Thea apa adanya. Dia memang selalu mengatakan dengan langsung  apa yang ada di kepalanya tanpa disaring dulu.

"Oh jadi begitu." respons Tiffany malah biasa saja. Menurutnya tak ada yang istimewa jika dia mengenal Nino yang katanya cowok populer di sekolah ini. "Terus apa yang salah?"

"Gak ada, sih. Tapi kelihatannya dia suka sama lo, deh," ungkap Thea memberikan opininya dengan raut wajah serius, membuat Tiffany hampir ingin tertawa.

"What? Dia suka sama gue?" beo Tiffany memasang wajah sok jijik. Dia tentu saja tidak percaya dengan hal ini. "Gak mungkin, lah. Masa baru kenal udah suka aja. Gue aja baru dua kali ketemu dia termasuk tadi, bagaimana bisa dia suka gue secepat itu?"

"Tapi dari cara dia natap lo sama cara bicaranya ke lo, kelihatan beda aja. Gue yakin sih, dia suka sama lo, cuma lo gak peka aja," tambah Beby membenarkan opini Thea.

Sedangkan Tiffany merespon ucapan mereka berdua dengan tawa. "Ya terus, kalo dia emang bener suka sama gue, gue harus apa? bales perasaan dia?"

Sontak, semuanya terdiam. Tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan Tiffany yang terdengar sewot tersebut. Memang kalau benar Nino menyukainya, itu tidak akan berpengaruh besar padanya. Toh, dia sudah mempunyai crush yaitu Kak Rian.

"Ya emang bener, sih. Kata lo," suara Thea sembari mengelus dagunya, terlihat berpikir. "Mau dia setampan dan sepopuler apa, kalo kitanya gak suka ya bakal susah juga. Gue pun juga dari dulu gapernah sekalipun suka sama empat serangkai itu. Gak tahu kenapa, sih, gak suka aja. Cewek-cewek disini aja yang terlalu lebay mendewakan mereka, padahal sih menurut gue mereka kayak cowok biasa pada umumnya."

"Nah, kan. Gue aja ngeliat mereka apalagi Nino biasa aja," timpal Tiffany setuju. Ia senang ada yang sepaham dengannya.

***
Bel pulang sekolah telah berbunyi daritadi. Murid-murid SMA Starlight pun sudah banyak yang meninggalkan parkiran sekolah dan pulang.

Nino mengedarkan pandangan ke sekeliling, terlihat mencari sesuatu diantara beberapa murid-murid yang masih terlihat di sekitar halaman sekolah yang begitu luas. Kalian tentu dapat menebak sendiri bukan siapa orang yang pemuda itu cari?

"Itu dia." netra legam milik Nino berbinar tatkala melihat seorang gadis yang baru saja sendiri setelah ditinggal beberapa temannya yang sudah mau pulang duluan. Tanpa menyia-nyiakan waktu yang ada, Nino langsung memanggil dara 17 tahun itu.

"Tiffany!!"

Yang dipanggil pun menoleh ke arah sumber suara, iris coklatnya sempat melebar begitu melihat Nino yang sedang melambaikan tangan ke arahnya dengan senyum tampan yang ia miliki. Bukannya senang, Tiffany malah mendengus kasar, tak suka jika pemuda itu ada di pandangan matanya apalagi kini dia sudah berlari menghampirinya hingga mereka saling berhadapan sekarang.

"Halo, Fan. Sendirian aja nih, gak pulang?" suara Nino mencoba berbasa-basi terlebih dahulu. Karena tidak mungkin bukan dia langsung ke tujuan awalnya?

Yap, Nino ingin mengajak Tiffany pulang bareng. Ia harap, Tiffany menerima ajakannya.

"Gue lagi nunggu Kak Rian jemput kesini," singkat gadis itu acuh seolah tahu percakapan Nino mengarah kemana.

Sementara Nino memudarkan senyumnya, langsung kecewa ketika Tiffany bilang dia akan dijemput pria itu.

Apa-apa selalu Rian. Seperti tidak ada cowok lain di hidupnya saja.

"O-oh, gitu. Oke deh, hati-hati di jalan ya," balas Nino memaksakan senyum. Tangannya terkepal kuat, mencoba meredam kekecewaan yang tak bisa ia tunjukkan langsung pada Tiffany. Ia pun langsung berbalik memunggungi gadis itu, dan berjalan menjauh.

Dan belum lama setelah itu, seorang pria memakai motor beat datang menjemput Tiffany yang langsung disambut gadis itu dengan raut wajah senang. Nino sempat melihat ke arah mereka dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Dari motornya, dia sudah bisa menebak kalau itu adalah Rian yang datang menjemput.

'Kok hati gue sakit ya ngeliat mereka bareng? Dan kenapa juga gue harus kecewa kek gini?' gumam Nino di dalam hati. Dia sendiri pun tidak mengerti kenapa dia bisa bersikap seperti itu.

'Sebenarnya gue kenapa sih?'

Sementara itu Tiffany dan Rian sudah melaju kencang meninggal kan Nino yang masih terdiam di tempatnya dengan tatapan sendu. Cowok itu benar-benar kecewa tanpa dia sendiri mengerti.


It's My First Love (Sudah Diterbitkan✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang