***
Nino sedang bergelut dengan pikirannya sendiri. Menopang dagu diatas meja belajarnya sembari menatap ke arah luar jendela yang kala itu sedang mendung. Di saat petir menyambar dan awan berubah menjadi gelap, Nino masih saja memikirkan Tiffany.Ya, Nino sangat merindukan gadis itu, walau baru kemarin dia mengantarnya pulang. Rasa cintanya yang semakin lama semakin besar membuat perasaannya gelisah ketika sang dara tak ada di sisinya.
"Besok masih hari libur, huftt." Nino menghembuskan napasnya kasar, ingat kalau hari esok dia tidak ada alasan untuk bertemu dengan Tiffany. Bagaimana caranya untuk bertemu dengan gadis itu?
Tiba-tiba sebuah ide brilian muncul di kepalanya, membuatnya tersenyum sendiri karena dia kini sudah mendapatkan alasan untuk bisa bertemu dengan gadis itu.
Seketika Nino pun langsung menyambar ponselnya yang berada tak jauh darinya, mencari kontak seseorang yang ia perlukan saat ini. Kemudian jarinya dengan lincah mengetik sesuatu pada seseorang. Nino menghela senyum ketika sederet kalimat yang ia ketikkan itu langsung terkirim oleh si penerima. Kini ia tinggal menunggu ceklis dua itu berubah menjadi ceklis biru. Setelah itu dia bersandar pada kursi putarnya kemudian menyangga kepalanya dengan lengan. Membayangkan sesuatu yang belum terjadi tetapi di angannya sangatlah indah.
Beby kelas ips d
Kira2 Tiffany suka nonton film apa ya? Terus makanan kesukaannya apa? Tolong kasih tau gue ya, Beb. Ini penting.
***
"Apa? Lo mau ajak gue nonton bioskop?" pekik Tiffany ketika Nino mengatakan akan mengajaknya nonton. Ia sedang berada di kamarnya, menempelkan benda berbentuk persegi panjang itu ke daun telinga dengan posisi rebahan. Nino memang sangat random."Iya, Fan. Gue udah beli nih tiket nontonnya buat kita berdua. Mau ya besok nonton bareng gue." Nino di seberang sana terus membujuk Tiffany untuk mau diajak nonton bersamanya. Keinginannya untuk segera bertemu dan menghabiskan waktu berdua dengannya itu sangatlah besar.
"Gue gak bisa, sibuk!" dalih Tiffany dengan cepat. Dia tidak mau Nino menganggu hari liburnya walau itu hanya sekedar rebahan bermain hape seharian. "Mending lo ajak yang lain deh."
"Tapi, gue pengen bareng nonton film Desa Hantu sama lo," ucap Nino dengan sedikit pemaksaan. Bahkan dia sampai chat sahabatnya cewek itu untuk menanyakan Tiffany suka nonton apa atau ada hal lain yang disukai.
"Eh? Desa Hantu? Itu kan film yang lagi naik daun," gumam Tiffany di dalam hati. Ia jadi memikirkan ulang tentang ajakan Nino, pasalnya film itu sangat ingin ia tonton. Ia sempat mengajak Rian untuk nonton fim itu bareng-bareng tapi cowok itu selalu menolak dengan alasan sangat sibuk. Entah sibuk mengerjakan hal lain atau apapun, Tiffany tidak tahu. Yang pasti, ia sudah lama tidak bersua dengan pria yang selalu tersenyum lembut itu.
"Pliss, Fan. Gue pengen menghabiskan malam mingguan gue sama lo," pinta Nino dengan nada suara memohon. Dia sangat berharap Tiffany mau diajak nonton film bareng.
"Iya, iya, gue mau. Ketemuan aja di Jakarta Mall, jangan jemput gue kesini. Oke?" akhirnya Tiffany menyetujui ajakan Nino dengan sok jual mahal dan gengsi yang dimilikinya. Nino tahu selera filmnya, itu adalah hal yang mengejutkan. Mungkinkah sebelum cowok itu mengajaknya untuk jalan, dia riset dulu tentangnya?
***
Hari yang ditentukan pun tiba. Mereka sama-sama telah ketemu di depan Jakarta Mall dan bersiap untuk masuk ke dalam bioskop yang berada di lantai paling atas Mall. Tentu saja Nino yang menunggunya walau sangat lama. Tiga jam pemuda itu menunggu di depan Mall seperti orang bodoh, untung saja Tiffany segera datang di saat dia hampir saja ingin pulang.Tidak, bukan Tiffany yang lelet tapi Nino yang kerajinan datang lebih dulu. Dia sudah berada disana jam 4 sore, padahal filmnya mulai jam 8 malam.
Lagi-lagi dia terlalu bersemangat untuk bertemu Tiffany.
"Hai, gue gak telat kan?" sapa Tiffany dengan tanktop hitam yang dia kenakan, kemeja kotak-kotak kebesaran yang menjadi luarnya serta celana jeans berwarna hitam dan sepatu sneakers berwarna putih. Tiffany mengenakan outfit yang kasual hari ini.
Nino hanya menggaruk tengkuk, merasa salah tingkah melihat penampilan Tiffany yang luar biasa cantik. Jarang sekali memang mereka bertemu dengan pakaian hang-out. Karena mereka hanya bertemu saja di sekolah, tak pernah di luar itu.
"E-enggak, kok," jawabnya dengan gugup. Nino tidak tahan melihat leher jenjang Tiffany yang terlihat jelas karena cewek itu menguncir rambutnya ala ponytail. Tiffany sama sekali tidak menyadari tatapan kagum Nino padanya. Yang di pikirannya ia hanya ingin menyelesaikan cepat semua ini dan pulang.
"Kita mau ngapain dulu nih? Filmnya dimulai satu jam lagi kan?" tanya Tiffany. Dia sama sekali tidak tahu mau ngapain dulu bersama Nino.
Nino yang sudah menyiapkan semua ini dari awal tanpa pikir panjang langsung mengajaknya makan terlebih dahulu.
"Ayo, kita makan dulu." Nino bahkan tanpa ragu menggenggam tangan cewek itu, membuat Tiffany tersentak kecil karena perlakuan Nino lalu mau tak mau harus mengikuti jalan pemuda tampan ini yang cukup lebar.
Dan sampailah mereka di restoran sushi yang berada di lantai dua Mall tersebut. Seketika mata Tiffany berbinar saat Nino mengajaknya masuk ke dalam sebuah Restoran Sushi. Tiffany merasa Nino melakukan suatu hal yang membuatnya tiba-tiba jadi cenayang. Darimana dia tahu kalau Tiffany menyukai sushi? Bahkan cewek itu termasuk penggila makanan khas dari jepang tersebut.
Mereka pun duduk meja di tengah-tengah ruangan karena memang hanya itu tempat yang kosong.
"Mau pesan apa, Kak?" tiba-tiba seorang pelayan datang menghampiri meja mereka. Tiffany langsung bersorak kegirangan saat sang pelayan datang menghampiri meja mereka, seolah seperti anak kecil yang ingin dibelikan mainan baru.
"Saya pesan onigiri sushi, norimaki, oshizushi higiri, sashimi, chirashi, futamaki, dan minumannya matcha." Tiffany menyebutkan satu persatu banyak sushi hanya untuknya sendiri. Nino sampai geleng-geleng kepala dibuatnya. Dia sendiri bahkan hanya memesan ramen dan teh oolong.
Restoran sushi ini juga menyediakan makanan lain alternatif jika tidak suka sushi, dan Nino termasuk orang yang tidak suka sushi, makanya dia memesan yang lain. Entahlah, sepertinya lidahnya hanya bisa menerima makanan yang matang saja. Katakanlah Nino ini norak, tapi memang begitulah adanya.
Beberapa menit setelah pesan, akhirnya pesanan mereka datang. Tiffany melebarkan matanya takjub saat sushi yang dipesannya sudah datang memenuhi meja. Nino pun hanya meneguk salivanya kasar saat Tiffany mulai menyantap makanannya dengan cepat. Tiffany seperti orang yang tidak makan beberapa hari saja.
"Maaf ya kalau aku makannya banyak," cetus gadis itu saat menyadari dia sama sekali tidak menjaga image saat makan dengan Nino. Tiffany takut Nino merasa terganggu atau ilfeel karena makannya banyak.
"Ah, gak masalah, kok." Nino mengibaskan tangan atas ucapan Tiffany dan hanya tersenyum lembut. Sisi lain Tiffany yang maniak sushi membuatnya tanpa sadar menjadi gemas dengan gadis itu.
Nino mengulurkan tangan mengelus surai hitam kecoklatan Tiffany yang membuat gadis itu mendongakkan wajah ke arahnya, menatap dirinya dengan polos. Kata-kata selanjutnya Nino membuat wajah gadis itu merona malu.
"Kamu sangat cantik hari ini. Makasih sudah mau menghabiskan malam minggu ini denganku," pungkasnya masih dengan sebuah senyum tulus.
***
Karena kebanyakan, aku bagi aja ya jadi dua bagian hwhw
KAMU SEDANG MEMBACA
It's My First Love (Sudah Diterbitkan✅)
Novela JuvenilNino Rafael harus menelan pil pahit ketika gadis yang disukainya jatuh cinta pada orang lain. Berbagai cara Nino lakukan untuk menaklukan hati Tiffany Beatrix dan berusaha menyadarkan gadis itu dari cinta buta nya pada Muhammad Afriyan Dirgantara, p...