꧑ [satu]

10 2 0
                                    

✨ HAPPY READING ✨

***


"Besti, PR nya sudah belum? Liat dong," ucap seorang gadis yang baru saja masuk ke kelas

Teman paling setia itu pun mengeluarkan bukunya dan memberikannya. Dia segera menyalin PR dari temennya itu.

Beberapa menit kemudian, jam pelajaran pertama pun dimulai. Guru mata pelajaran masuk kelas dan membuka pertemuan hari ini. Gadis itu hanya terfokus dengan PR nya hanya saja saat berdoa dia  menghentikan pekerjaannya.

Sama halnya guru pada umumnya, langkah pertama yang dilakukan adalah mengabsen siswa yang hadir di kelas.


Anevay Driyarkara

Nama itu adalah nama sahabat gadis itu yang sekarang duduk satu meja dengannya. Ketika namanya dipanggil dia mengangkat tangannya.

Inggil Iswara

Sahabat keduanya pun dipanggil dan ia dia duduk di belakang Ane. Orang yang memberikan tugas PR nya.

Mettasha Naditya

Saatnya namanya di panggil, gadis itu bernama Mettasha Naditya nama panggilan sehari-harinya Metta. Saat namanya di panggil, dia  menghentikan menulis lalu mengangkat tangan.

"HADIR BU."

Neilazaara Qaila

Terakhir ini adalah sahabat Metta yang duduk di sebelah Inggil.

Saat semua nama teman-temannya terabsen semua, saatnya pelajaran pun mulai tepat saat Metta menyelesaikan PRnya.

***

Jam istirahat pun berbunyi Metta dan sahabat-sahabatnya pergi ke kantin untuk makan. Memesan soto, karena itu adalah masakan kesukaannya.

"Kalian mau apa?" tanya Metta.

"Gue cilok aja," jawab Ane.

"Gue nasi goreng satu," sahut Inggil.

"Gue samain kayak punya lo," ucap Neila.

"Oke siap, mana duitnya lo pada?" ucap Metta kepada mereka.

Mereka mengeluarkan uang sakunya dan memberikannya.

"Okei terimakacih, uang lebihan nya buat gue," ucap Metta riang dan mengunjungi satu stand kantin.

Saat Metta sedang menunggu pesanan Metta melihat seseorang yang selama ini menjadi bayangan angan saja. Dia, si pria tampan menurut Metta walaupun tidak menjadi most wanted di sekolahan, SMA CITA BANGSA. Metta hanya diam saat dia melewatinya. Walaupun mukanya datar tetapi hatinya sangat berbunga-bunga.

Metta segera mengambil pesanannya lalu kembali ke meja yang ditempati teman-teman. Metta menggibas-gibaskan tangan seperti cacing kepanasan.

"Kenapa lu?" tanya Inggil.

"Habis ketemu pangeran tampan," jawabnya.

"Itu-itu mulu yang dibahas, gak bosen apa?" tanya Ane sambil mengambil makan di nampan yang Metta bawa.

"Nggak lah, kalau gak ketemu dia rasanya hidup ku hampa," jawabnya.

"Halu mulu hidup lo heran gue," ujar Nei.

"Udah lah lupain gue mau makan dulu laper," ujarnya

Metta melahap makanan yang dipesan. Setelah selesai Metta mengambil tisu untuk membersihkan sisa makanan.

Metta baru saja mengingat sesuatu jika ada urusan lain yang belum selesaikan.

"Gue pergi dulu, lupa kalau ada acara," pamitnya.

"Sok sibuk lo. Hidup lo acara terus ga capek apa?" tanya Ane.

"Udah biasa, duluan ya." Metta berlalu meninggalkan kantin. Dia ada perlu sehingga harus bertemu dengan seseorang.

***

Metta duduk di bangku taman sambil menunggu seseorang. Dia membawa sebuah map yang berisikan hal yang penting. Setelah beberapa saat menunggu seseorang yang tunggu pun datang.


"Gimana? Udah semua?" tanyanya.

"Udah, ini laporan bulanannya. Kita tinggal minta tanda tangan dulu baru diserahkan," jawab Metta.

"Ya udah nanti gue yang minta nggak papa," ucapnya mengambil berkas di tangan. Temannya bangkit dari duduknya lalu berpamitan, "gue ke kelas dulu. Makasih ya udah buat proposalnya."

"Sama-sama."

Dia berlalu meninggalkan Metta. Seorang gadis berambut pendek dan juga bertubuh tinggi, teman organisasi.

Metta membuka sosial medianya, mengabari sahabat-sahabatnya untuk menyusul ke taman. Beberapa saat kemudian, mereka datang dengan membawa makanan mereka dari kantin tadi.

"Lo pada nggak bawain makanan buat gue?" tanya Metta kepada mereka sinis.

"Eh lu aja nggak kasih uang ke kita," jawab Inggil.

"Pake duit lo lah, kali-kali traktir gue."

"Kita harus berhemat bro demi masa depan," jawab Ane.

Metta memukul pundak Ane yang ada di sampingnya. "Hidup lo terjamin bro udah ada yayang Febry."

"Bacot lu, gue lagi gelut sama dia anjrr," jawabnya.

"Gelut bentaran doang nanti juga bucin lagi," ucap Nei sambil memutar bola matanya malas.

"Namanya juga pacaran bro, jadi maklum lah banyak suka dukanya. Gue mah apa jomblo terus hidupnya," ucap Metta dramatis.

"Emang lo doang? Cuma Ane yang udah punya kita bertiga belum," ucap Inggil sinis.

"Ehya gue lupa kan udah punya, banyak lagi cakep-cakep."

"Mulai halu nih bocah. Kita tinggal aja," ucap Ane. Mereka mulai meninggalkan dia, Metta kesal memilih mengikuti mereka dengan kaki yang di hentak-hentakan

***

Metta sedang membereskan bukunya. Jam pelajaran telah usai, teman-teman sebagai sudah ada yang pulang ada juga yang menunggu parkiran sepi. Saat Metta akan keluar dari kelas dia ditanya oleh Ane.

"Lo nggak pulang?" tanyanya.

"Nggak, soalnya ada rapat," jawab Metta.

"Gue duluan ya," pamitnya.

"Okee."

Metta keluar kelas dan duduk di koridor depan kelas. Ada teman yang sedang piket membersihkan kelas. Metta melihat 'dia', dia belum pulang sepertinya dia berangkat bersama temannya. Yah! Dia berada di dalam kelas sambil mengobrol dengan teman-temannya dia.

Banyak yang tidak tau bahwa Metta juga menyukai teman sekelasnya. Metta berusaha memendam rasa itu, dan sampai saat ini tidak ada yang tau selain dirinya dan tuhan.

Metta menatap jam tangan yang dia pakai, rapat segera dimulai Metta mulai meninggalkan kelas. Dan menuju ruangan rapat yang sudah di tentukan.

***

CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang