꧔ [empat]

6 1 0
                                    

✨Happy reading✨

***

Aku terbangun saat hari mulai malam. Aku beranjak dari tempat tidur dan segera membersihkan diri terlebih dahulu sebelum turun ke bawah.

Selesai aku membersihkan diri aku turun ke bawah menemui bunda ku di ruang keluar dengan tv yang menyala.

"Bun," panggil ku.

"Udah bangun sayang?" tanya bunda ku.

"Belum, masih molor! Bunda ga liat apa aku disini dengan mata terbuka lebar," kesal ku lalu aku duduk disampingnya.

"Basa-basi doang elah," balasnya. "Tumben kamu ga megang laptop?" tanyanya.

"Ya elah bun, ini waktunya leha-leha," jawab ku


"Iya-iya terserah kamu deh."

Hening sesaat, bunda terfokus dengan tv dan aku fokus dengan hp ku. Aku sedang membuka room chat teman-teman ku. Dan juga chat dari grup organisasi.

"Aduhh lagi pada kumpul," ucap seseorang berjalan mendekati mereka.

"Udah selesai, yah. Kerjaannya?" tanya bunda ku.

"Udah dong sayang."

Dia ayah ku. Aku memutar bola matanya malas mendengar jawaban darinya.

"Udah tua juga masih manja-manja," ejek ku menatap ayah dengan sengit.

"Biarin iri kamu? Makanya punya pacar," balas ayah ku sambil mengusap-usap perut bunda ku.

Aku memutar bola matanya malas.

"Pacar mulu, pacar mulu. Segitu penginnya kalau aku punya pacar?" tanya ku.

"Iya lah kamu kan cantik keturunan langsung dari bunda tercinta masa nggak laku-laku," jawab ayahku.

Aku mendengus kesal. Aku beranjak dari tempat duduk ku.

"Mau kemana kamu?" tanya bunda ku.

"Jalan-jalan," jawab ku.

"Katanya mau leha-leha."

"Nggak jadi. Disini aku cuma jadi nyamuk."

Bunda ku tertawa karena balasan dari ku.

Aku berlalu pergi ke kamar untuk mengambil kunci montor ku dan juga jaket.

"Pulang jangan malem-malem," ucap ayah ku. Saat melihat aku menuruni tangga.

"Iya. Cuma mau beli sate doang," balas ku.

"Bunda titip dong!" saut bunda dengan riang.

Aku menghela nafas pelan. "Berapa?" tanya ku.

"3 porsi!"

"Buset banyak banget Bun," jawab ayah ku.

"Dedek yang pengin, yah."

Aku mendekat mengulurkan tangan ku kedepan orang tua ku.

"Mau Salim?"

"Nggak mau minta uang. Katanya titip," jawab ku.

Ayah ku mendengus lalu menyerahkan satu lembar uang merah.

"Aku pergi dulu."

***

Aku menepikan montor ku saat aku melihat penjual sate. Aku turun lalu memesan pesanan ku dan juga titipan bunda.

Setelah aku memesan aku duduk di salah satu bangku yang kosong. Sambil memainkan hp.

Aku melihat jalanan dan aku tidak sengaja melihat seseorang disana. Aku langsung mengalihkan pandangan ku.   Aku mengambil pesanan ku lalu membayar. Beranjak dari tempat itu.

***
K

eesokan harinya aku berangkat sekolah. Aku berangkat pagi seperti biasa. Aku mengambil jas ku lalu aku pergi bertugas. Aku ditugaskan hari ini untuk menjaga siswa-siswi yang melanggar aturan sekolah.

Aku berkeliling lalu menegur siapa saja yang tidak menaati peraturan lalu aku perintahkan untuk menuju kelapangan.

Bel telah berbunyi aku berjalan menuju pintu belakang sekolah. Pasti anak-anak terlambat akan masuk melalui pintu belakang. Sementara pintu depan telah terkunci rapat.

Aku bersembunyi menatap pintu belakang sekolah. Belum ada tanda-tanda kehadiran seseorang. Namun, beberapa saat aku mendengar seperti ada yang berbicara.

"Aman nggak nih?" tanya salah satu dari mereka.

"Pintunya dikunci," ucap salah satu temannya yang mengecek gerbangnya melalui lubang kecil.

"Panjat-panjat!" titah seseorang itu.

"Di cek dulu! Baru lompat! Siapa tau ada MPK di seberang sana."

"Iya-iya sabar dong," jawab temanya saat berusaha memanjat tembok yang cukup tinggi.

Aku melihat orang tersebut melihat kanan-kiri diatas sana memastikan tidak ada orang.

"Aman! Aman! Ayo masuk!" jawab orang tersebut.

Saat itu juga beberapa orang berlomba-lomba untuk memanjat tembok dan melompat dengan sempurna.

Aku berdecak sebal. Disana ada 5 anak yang berpenampilan brandalan.

"Ayo kabur!"

Segera lah aku keluar dari persembunyiannya ku menghadang jalan mereka.

"Eitsss mau kemana?" ucap ku datar.

Mereka terkejut menatap ku.

"Ini sudah jam setengah delapan kalian baru berangkat?" ucap ku datar.

Mereka saling tatap lalu lari begitu saja. Oh, ternyata mereka kabur begitu saja? Baiklah, apa yang aku lakukan nanti. Tunggu saja!

Aku beranjak dari tempat ku lalu pergi ke suatu tempat.

***

"Huft cape banget sumpah! Lari-larian," ucap salah satu dari mereka.

"Tumben itu anak nggak kejar kita," sahut lagi temannya.

"Kata siapa nggak kejar kalian?" ucap ku dari belakang. Sudah ku pastikan mereka akan kesini yaitu rooftop.

Mereka terkejut kaget. Melihat ku tiba-tiba saja di sini. Aku tidak sendirian aku bersama Pak Wawan selaku guru BK di SMA ini.

"Hebat yah kalian! Sekarang juga kalian baris di depan saya!" ucap pak Wawan seraya memegang rotan di tangannya.

Mereka menurut, berbaris rapi bagaikan di perintah oleh induknya.

"Jongkok."

Mereka pun menurutinya.

"Tangan dibelakang kepala. Jalan!Jalan jongkok sampai ke lapangan!" ucap Pak Wawan tegas.

Mereka menurutnya dengan gerutuan mereka menyalahkan satu sama lain.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang