꧒ [dua]

9 2 0
                                    

✨ HAPPY READING ✨

***

Pulang sekolah aku bersih-bersih diri sebelum makan malam. Aku pulang saat malam hampir tiba. Ini rutinitas ku saat aku mempunyai kesibukan. Bahkan bunda ku saja sudah memperingatkan ku agar tidak terlalu sibuk. Aku tetap lah aku, keras kepala.

Aku keluar kamar dan menuruni tangga menuju bunda ku tercinta.

"Bunda," panggil ku.

"Sini sayang, kita makan dulu," ajak bunda.

Aku mengambil makan secukupnya. Aku tinggal berdua dengan bunda ku. Ayah ku kerja di luar kota dan aku adalah anak tunggal pertama dan satu-satunya. Dari situ lah ambisi aku untuk membahagiakan kedua orang tua ku.

Aku memakan dengan hidmat bersama bunda ku. Lauk yang sederhana hanya sayur kangkung dan juga tempe goreng saja, sudah cukup bagi ku.

Makan ku telah selesai, aku membereskan meja makan dan mencuci piring terlebih dahulu bersama bunda ku, Elysiasha Naditya itu lah nama bunda ku.

***

Aku bersama bunda sedang bersantai di ruang keluarga. Hanya kita berdua, aku membayangkan jika mempunyai adik tetapi tuhan tidak menghendaki-Nya.

Aku dengan laptop di pangkuan ku dan bunda yang sedang menonton TV kami berbincang ditemani dengan cemilan kripik kesukaan ku.

"Bagaimana sekolah mu?" tanya Bunda.

"Baik bunda," jawab ku.

"Kamu itu setiap hari yang di pegang laptop mulu."

"Namanya juga tugas sekolah Bun," jawab ku. Melanjutkan pekerjaan ku ditemani bunda. Bunda dengan tenang, menonton TV kesukaan emak-emak yaitu sinetron.

Setelah ku kerjakan tugas sekolah ku. Aku melihat jam ternyata sudah menunjukan pukul 21.00 aku mengajak bunda untuk kembali ke kamar.

"Bun, udah malam kita tidur yuk," ajak ku.

"Ayo. Ohya bunda lupa bilang, besok ayah pulang," ucapnya.

"Serius? Aku harus menagih oleh-oleh."

"Nanti minta ayah saja habiskan saja uang nya," ujar bunda ku dengan tawanya.

"Siap itu mah," balas ku dengan tertawa bahagia. Sekian lama aku merindukan ayah ku dan bunda lebih merindukan ayah. Terlihat bunda dari raut wajahnya senang dan juga terharu.

"Kamu ke kamar dulu aja."

"Iya Bun."

Aku menaiki tangga dan menuju kamar ku. Aku membaringkan tubuh ku di kasur dengan laptop masih di pelukan ku.

Andai saja aku tidak mengenal mu. Mungkin perasaan ini tidak akan tumbuh setiap saat.

Aku meletakkan laptop ku di nakas sebelah tempat tidur ku. Aku mulai menaikan selimut ku, aku mengantuk dan aku tidak sadar bahwa aku telah masuk kedalam mimpi.

***

Keesokan harinya aku dan teman kelas ku sedang belajar di kelas. Aku sedang memperhatikan guru ku di depan, sambil menulis yang menurut ku penting. Setelah guru ku selesai menjelaskan semua materi, kini guru ku memberikan tugas yaitu diskusi kelompok! Ah, aku membenci hal tersebut.

"Baik anak-anak, kelompoknya bikin sendiri atau ibu yang menentukan?" tanya beliau.

Sebagian ada yang teriak 'ibu' dan sahabat-sahabat serta aku meneriaki 'bikin sendiri' namun aku kalah jumlah maka kelompok ini di tentukan oleh guru ku.

"Baik, saya akan membagikan nya."

"Kelompok satu Metta, Nazar, Kamila, Prista."

Aku terdiam saat aku sekelompok dengan 'dia. Aku tidak tau hati ku senang atau pun sedih. Aku takut gugup di dekatnya apalagi sedang berkelompok.

"Sekarang berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing."

Aku hanya terdiam saat guru ku menyuruh berpindah. Aku hanya diam biarkan mereka saja yang mendekat pada ku. Pasti aku yan akan mengerjakan tugasnya. Setelah anggota kelompok ku lengkap guru ku mulai membagikan lembar kerja di setiap kelompok.

"Ibu sudah membagikan lembar kerjanya silahkan kalian kerjakan disitu sudah ada soal. Dan materinya yang tadi ibu jelaskan. Waktunya sampai jam pelajaran saya selesai berarti saya beri waktu 45 menit untuk mengerjakan."

"Baik Bu," jawab teman-teman ku.

Aku mengambil kertas tersebut, dan aku mulai membagikan nomer yang jumlahnya 20 nomer.

"Gue ngerjain 1-5, Nazar 6-10, Kamila 11-15, Prista 15-20. Kalau udah selesai semua kumpulin," ucap ku dingin.

Aku tidak memperdulikan teman kelompok ku. Aku mulai fokus mengerjakan nomer yang sudah menjadi bagian ku. Namun aku mendongakkan kepala saat ada yang bertanya kepada ku, suara yang selalu ingin ku dengar.

"Meta, kalau ini nomer 7 gimana?" tanyanya.

Aku memberikan buku catatan ku yang tadi aku nulis lalu diberikan kepadanya. "Lihat buku itu. Pasti ada."

"Okeh," balasnya singkat, padat dan jelas.

Haha aku ga tau perasaan hati ku senang atau sedih. Aku senang ketika dia mau berbicara dengan ku tapi yang membuat ku sedih jawabannya yang selalu singkat dan padat jika bersama ku. Namun, bersama orang lain tidak seperti itu. Sungguh miris hidup ku.

"Gue udah." Aku memberikan lembar jawab ku ke tengah meja. "Gue udah ngerjain silahkan jawaban tulis di situ masing-masing setiap nomer."

Aku hanya menunggu jam istirahat berbunyi. Aku membaca buku novel yang ku bawa tanpa memperdulikan apapun.

"Anak-anak sudah selesai semua?" tanya guru ku. Beliau melihat jam ternyata 45 menit sudah berlalu. Beliau beranjak dari kursinya dan berpamitan kepada muridnya, "baik anak-anak karena waktunya sudah habis. Minta tolong nanti ketua kelas mengumpulkan tugasnya lalu ditaruh di meja ibu."

"Baik Bu," jawab ketua kelas ku.

"Sekian dari saya mohon maaf sampai jumpa di pertemuan berikutnya, selamat siang."

"Siang Bu."

Guru ku keluar teman-teman ku mulai membereskan buku-bukunya dan juga meja yang digabung menjadi satu di susun seperti semula lagi. Aku keluar kelas menuju kamar mandi. Aku menatap diriku sendiri di cermin.

Apakah aku tidak pantas untuknya, disaat aku mengingat itu sungguh menyakitkan. Apalagi kamu bercanda dengan wanita lain di hadapan ku tanpa memperdulikan ku

Ini terlalu berat untuk ku. Namun harus aku jalani setiap harinya, aku akan terlihat bahagia jika dia bahagia juga.

Aku keluar dari kamar mandi lalu berbelok menuju ke kantin. Perut ku sudah lapar dan juga panas karena melihat pemandangan yang kurang mengenakkan. Aku membutuhkan air soda yang dingin. Agar bisa menyegarkan tubuh ku.

***

CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang