Kacau

88 2 0
                                    

Pagi ini seperti biasa para pelayan menyiapkan menu sarap untuk tuannya. Tidak lupa menu wajib untuk pereda pengar yaitu sup ayam kesukaan Adreson. Ya! Itu menu wajib yang harus di hidangkan tiap kali Adreson sudah mabuk berat.

"Antar ke kamar saja bi." Rengek Adreson di telephone pada pelayan yang ada di lantai bawah. Bi Tina pun mengiyakan.

"Gila, gue minum berapa banyak? Sampe kepala pusing begini". Keluh Adreson dalam hati. Dengan susah payah ia bangun dari pembaringannya lalu menyantap sup ayam kesukaannya itu. Menurutnya sup ini manjur untuk meredakan pengar, dan ia sudah membuktinya.

Sambil lahap menyantap, ia mencoba mengiat-ingat tentang kejadian apa saja yang terjadi kemarin. Ia tidak menyangka bisa menenggak minuman sebanyak itu. Dan untuk alasannya, Adreson justru bingung sendiri.  Kenapa dengan gue? Tanyanya pada diri sendiri.

      Semakin kuat Adreson mencoba mengingat-ingat, makin pusing juga kepalanya. Akhirnya ia menyerah. Kemudian kembali berbaring lalu kembali tertidur.

***

     Menjelang siang rasa pengar mulai sedikit berkurang. Badannyapun terasa lebih fresh. Akhirnya Adreson memutuskan untuk berangkat ke kantor. Bagaimanapun ia tetap seorang Boss yang harus profesional dalam bekerja. Walau sebetulnya ia bisa saja libur hari ini.

     "Ini kopinya Boss." Samatha menyuguhi sambil dengan gerakan nakal khasnya. Sayangnya tidak di gubris Adreson. Maklum dia sedang dalam kondisi kurang fit.

      Ayo cepat berfikir! Batin Samantha.
     "Boss lihat deh. Menurut Boss warna lipstik mana yang cocok buat aku? Yang merah apa yang nude?." Tanyanya dengan cepat sambil memperlihatkan kedua lipstik terbarunya.

     Dengan malas Adreson menyawab. "Merah." Singkat.

     "Aku juga berfikir begitu Boss, merah memang selalu cocok denganku." Segera ia aplikasikan lipstik itu pada bibirnya yang penuh itu.

     "Bagaimana Boss? Baguskan?"

     Mau tidak mau Adreson harus menoleh. Melihat bibir Samantha yang berwarna merah merekah. Bibir Samantha memang sensual  ditambah lagi dengan lipstik merah makin hot saja dia. Batin Adreson. Sepersekian detik. Bibir? Sekilas tiba-tiba saja muncul ingatan yang melintas dalam benak Adreson sesaat ia mengucapkan kata bibir.

      "Hello Boss? Ko bengong sih"

      "Sorry, gue sedang kurang enak badan, bisa tinggalkan gue sendiri." Ujar Adreson dingin.

      Huft Samantha mendengus kesal. Hari ini juga ia di cuekin oleh Boss nya. Padahal ia sudah mencoba sebaik mungkin untuk medapatkan perhatian dari Bossnyaa ini.

***

     Sepanjang perjalanan pulang, kembali Adreson berusaha mengiat  kejadian apa saja yang terjadi kemarin malam. Sekaligus mencari jawaban soal ada apa dengan kata bibir? Kenapa saat mengucapkan kata itu seperti ada rasa yang aneh.

     Sial! Kenapa otak gue buntu! Kenapa gue tidak ingat sama sekali.

     Akhirnya ia menepi di danau tidak jauh dari apartementnya. Tempat biasa yang ia kunjungi untuk menenangkan pikirannya. Seperti tempo lalu saat Annaya masih tinggal bersamanya.

Annaya? Jalang sialan itu! Kenapa nama itu harus muncul di kepala gue! Celoteh Adreson dalam hati.

     "Mulai tidak bener ini isi kepala gue." Ujarnya pada diri sendiri. Segera ia bangkit. Dibukanya pintu mobil dengan cepat. Dan lagi, kilas balik muncul dalam benak Adreson. Kali ini cukup jelas. Bibir? Annaya? Adreson mencoba menyatukan kata demi kata. Menyimpulkan untuk menjadi kesatuan. Ya! Itu dia! kemarin gue liat dia di parkiran diskotik. Tapi ...

ANNAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang