"Berisik!" Tiba-tiba terdengar suara dari dalam ruangan.
"Tuh dia udah sadar. Ayo masuk ajalah." Dengan terpaksa Andre mendorong Annaya agar mau masuk ke dalam ruangan. Ia tidak ingin ambil resiko kalo saja Annaya nanti pingsan lagi.
Brukk..
Tenaga Andre keluar lebih dari seharusnya."Aduh.." Annaya meringis kesakitan. Diikuti kerjitan dahi dari sang pelaku, yaitu andre.
Dalam posisi tertunduk sekalipun Annaya bisa mengetahui, seseorang yang sedang berbaring dihadapannya sedang melihat kearahnya. Ntah tatapan kemarahan atau yang lainnya yang jelas itu membuat Annaya takut dan beringsut mundur.
"Hai bro, akhirnya lo sadar juga." Suara Andre memecah keheningan beberapa detik yang lalu. Namun sang lawan bicara justru tidak menjawab.
Andre menyadari suasana yang kikuk ini harus ia akhiri. "Ayo bicara." Ia berbisik pelan di kuping Annaya.
Ragu-ragu Annaya mulai membuka mulutnya. "Ma-maaf." Hanya kata itu yang keluar, walau ia sudah berfikir keras.
"Hanya itu?" Balasnya dingin.
Hanya dari ucapannya saja, ia berhasil mengintimidasi Annaya yang rapuh ini. Annaya tidak berkutik dibuatnya. Lidahnya kelu dan kakinya gemetar.
Sesaat kemudian pintu terbuka, ada seorang perawat masuk dengan mendorong trolli yang terisi makanan di atasnya.
"Permisi, maaf ini mungkin agak terlambat. Tapi ini makan siangnya." Ucap Perawat itu sambil menata makanan di meja samping tempat tidur. Setelah selesai dengan tugasnya ia kembali hendak keluar. Namun sebelum itu, Perawat itu terlihat kaget melihat kehadiran Annaya di ruangan itu yang juga baru disadarinya. "Rupanya nona kamar 45 disini rupannya, barusan saya hendak mengantar makanan kesana tapi nona tidak ada diruangan." Annaya masih terus menunduk. Ia malah tenggelam dalam pikiran sendiri. Sampai ia tidak dapat mendengar apa yang disampaikan perawat tadi padanya.
Andre menyadari itu. "Boleh antar makanannya kesini saya sus." Jawab Andre.
"Baiklah, saya permisi dulu." Kemudian perawat itu berlalu.
Hawa tidak menyenangkan kembali menyelimuti ruangan ini.
"Apa yang kau bawa ini patung, Andre?" Dengan nada dingin seperti biasanya.
Reflek, Andre menyenggol Annaya yang kemudian membawa perempuan itu kembali ke alam sadarnya.
"Ya?" Annaya kebingungan.
"Bicara lah, kalo lo gamau bikin Adreson mengamuk." Bisik Andre kesal.
Annaya benar-benar bingung, kosakata seperti hilang dari benak Annaya. Ia tidak tau harus berkata apa, tapi ia juga tidak ingin membuat Adreson lebih marah padanya.
"Maaf.." lagi-lagi hanya kata itu yang keluar dari mulut mungil Annaya. Seketika itu Annaya ingin sekali mengutuk dirinya sendiri. Ia kesal, kenapa disaat yang dibutuhkan begini otaknya justru tidak bisa digunakan.
"Lo ini manusia atau robot? Hanya itu yang bisa lo katakan? Dan juga lihat lawan bicara didepan lo, kalo lo sedang di ajak bicara." Cerocos Adreson yang tidak kalah kesalnya dengan Andre.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANNAYA
RomanceNOTE : CERITA MENGANDUNG KATA KASAR UMPATAN JUGA UNSUR DEWASA YA! 21+ Ntah dosa apa yang di perbuat gadis polos nan cantik itu. Hingga dia harus menanggung cobaan yang bertubi-tubu dalam dirinya. Dimulai dari bisnis keluarganya yang bangkrut h...