Rencana

611 11 0
                                    

Setelah hampir 2 bulan sibuk dengan kuliah dan kerja. Admin sangat jarang punya me time huhu. Terimakasih yang sudah mau menunggu 💚💚💚

Happy reading guys! 🥳🥳

🕊🕊🕊
Kicauan burung bersautan, cuaca cerah dengan langit yang biru. Perpaduan yang sempurna. Ujar Annaya dalam hati. Ia senang meski hanya dapat menyaksikannya dibalik kaca jendela. Namun ia juga iri dengan burung-burung di luar sana, yang bebas terbang kemanapun yang mereka mau. Tidak seperti dirinya yang terkurung menyedihkan ini.

Tok..tok..tok
Klek... suara pintu terbuka.

Masuklah seorang pelayan, dengan membawa beberapa jinjingan tas belanjaan.

"Permisi non, saya rahma. Saya diminta tuan untuk membatu non bersiap." Ujarnya dengan senyum ramah.

Annaya menoleh. Tatapannya kosong.

"Mari saya antar ke kamar mandi." Ujar pelayan itu.

Annaya menepis tangan pelayan itu.

"Apa yang diinginkan pria itu?" Tanya Annaya. Suaranya sedikit bergetar.

"Tuan hanya ingin non untuk bersiap. Mari, sebelum tuan kemari." Ajaknya lagi.

Lagi-lagi tangan Annaya menepis tangan pelayan itu.

"Aku tidak mau."

"Mari non, tuan bisa marah jika non begini. Sebetar lagi tuan akan sampai."

Annaya mulai kesal. Suaranya tiba-tiba meninggi. "Aku tidak mau. Jangan paksa aku." Jawab Annaya. Sebetulnya ia tidak bermaksud bicara tidak sopan begitu pada pelayan yang sudah paruh baya itu. Tapi rasa kesal menguasai dirinya. Hingga keluarlah nada seperti membentak.

Pelayan itu jelas mengenali bagaimana watak majikannya itu. Sudah dipastikan ia akan marah jika pelayan itu tidak bisa menyelesaikan tugas yang diberikan olehnya. Makanya pelayan itu tidak putus asa dan terus membujuk Annaya.

"Saya mohon non, tuan bisa marah sama saya kalo non tidak mau."

"Aku tidak peduli. Aku tetap tidak mau."

"Tapi non..."

"Sudah tidak usah dipaksa, Kembali saja ke tugasmu." Suara pria itu tiba-tiba pemisah perdebatan antara Annaya dan pelayan itu.

"Mungkin dia ingin gue yang memandikannya." Tambah pria itu dengan senyum nakal.

Deg! Annaya menelan getir ludahnya.

Tentu bukan itu yang Annaya inginkan. Tapi ia tidak punya pilihan. Akhirnya dia berdiri dan meraih tangan pelayan yang hendak pergi.

"Antar aku ke kamar mandi." Ujar Annaya sedikit berbisik.

Pelayan itu mengalihkan pandangan pada tuannya. Seolah melempar tanya. Pria itu hanya mengangguk.

   Dengan sedikit tertatih juga dibantu oleh pelayan, Annaya berjalan menuju kamar mandi.

   Hampir 15 menit Annaya membersihkan dirinya, dengan sedikit meringis saat air sabun memgenai luka di kakinya. Iyapun segera berhanduk untuk segera berpakaian.

    "Sebentar, apa dia ada diluar?" Annaya bertanya dengan suara yang berbisik.

    Belum sempat pelayan menjawab, orang yang bersangkutan justru menyaut.

    "Gue keluar sekarang." Sengaja Adreson mengeraskan suaranya.

*****

    "Wah... non cantik sekali." Ujar bibi dengan tulus.

ANNAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang