Come Back Home

67.9K 6.1K 595
                                    

Harusnya balik ke rumah itu senang apalagi aku jarang pulang. Tapi keadaan itu nggak berlaku buatku

Kembali ke rumah. Artinya aku harus jauh dari segala fasilitas nyaman di kota. Mengucapkan selamat tinggal pada mall dan salon langganan. Dan mengucap selamat datang ke kehidupan primitif.

Primitif?

Iya! Orang di kampung Papa itu primitive. Coba tanyakan ke anak SMA sekitar desa, apakah mereka pernah pergi ke bioskop? Membeli kopi di starbucks, makan di MCD. Pasti jawabannya belum, karena jauh dari kota!

Mall lengkap dengan bioskop di dalamnya dengan lokasi terdekat aja harus menempuh waktu dua jam.

Aku nggak bisa betapa mirisnya hidupku nanti di desa. Susah sinyal sudah pasti, dan pasti aku akan jadi orang yang ketinggalan jaman.

Aku menarik koper dengan malas menuju mobil Papa. Keputusan untuk tinggal bersama ke dua orangtuaku di desa bukanlah kemauanku. Semuanya maunya Mama.

Sebelumnya Mama bilang kerja di ibu kota dengan bekerja di desa sama saja. Di kota gaji tinggi namun biaya hidup juga tinggi. Tapi bagaimananya aku bekerja di desa?

Aku harus ikut Papa memeras susu sapi, dan mengumpulkan telur ayam, begitu?

Oh, No!

Aku mau jadi wanita karir, kemudian menjadi richy aunty. Kemudian aku akan tunjukkan ke dunia kalau Sesilina Padila adalah wanita yang hebat!

Tapi agaknya semua yang ada dikepalaku hanya impian yang kemudian harus aku kubur.

Perjalanan dari Bandara menuju kampung sekitar satu setengah jam. Di mobil Papa banyak bercerita tentang sapi dan ayam miliknya. Aku hanya mendengarkannya saja tanpa berminat untuk menimbrung atau basa-basi.

Sampai di rumah, Mama langsung memelukku. Menyediakan masakan rumah kebanggannya.

Aku sedari hanya diam. Aku benar-benar tak berminat untuk pindah ke tempat ini. 

Aku hendak bermain ponsel untuk sekedar scrolling Instagram, tapi jaringan di sini sepertinya tidak mau bersahabat. Sinyal di ponselku hilang.

Pada akhirnya aku memilih merebahkan diri ke kamar baruku yang kata Papa sudah di renovasi sesuai seleraku.

Papa dan Mama seingin itu supaya tinggal di sini. Mereka bahkan menyewa interior desain untuk menyulap seisi rumah agar aku nyaman.

Well... Rumah ini memang terlihat lebih warm and cozy dengan segala furniture barunya. Tapi tetap saja aku nggak nyaman!

Aku mau kerja di Jakarta, kemudian jadi mbak-mbak SCBD yang gajinya 30 juta sebulan.

Ya Tuhan, aku salah apa? Impianku nggak muluk-muluk kok.

Sedih banget rasanya.

Mending sekarang tidur aja deh.

***

Aku terbangun sekitar pukul tiga sore. Suara ketukan pintu dan seseorang yang mengetuk pintu dan memanggil, "Bude? Pakde?"

Siapa yang di panggil bude dan pakde? Apa itu panggilan untuk Mama dan Papa?

Penasaran akhirnya membuatku turun dari kamar dan membuka pintu.

Di sana berdiri seorang laki-laki yang kira-kira seumuran aku. Dan surprisingly dia ganteng. Aku langsung malu ketika mengingat rambutku berantakan dan sekarang ada cowok ganteng di depanku begini.

Tahu yang datang cowok ganteng, aku harus sisiran dulu supaya kelihatan rapi dan nggak bikin malu.

"Cari siapa, Mas?" tanyaku ramah sambil tersenyum.

Clumsy SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang