TLWBB - 01🍼

1.2K 55 0
                                    

"TOLONGG, DADDY HELP ME!" teriakan itu terus menerus menggema diruang gelap penuh debu.

Hanya ada satu lampu temaram disana, itu pun hanya menerangi keberadaan gadis dengan seragam sekolah yang terikat disebut kursi kayu.

"LEPASIN GUE!" teriaknya lagi, kali ini ada yang menyahut.

"Tolonggg, lepasinn," ledek seseorang itu terbahak-bahak.

"Siapa yang bakal nolong lo, sugar? Lepasin lo setelah susah payah gue dapetin? Mimpi!" ujar seseorang itu menarik kursi kayu dan duduk berhadapan dengan Aodra yang terikat.

Ya, gadis itu Esperanza Aodra. Laki-laki gila dihadapan gadis itu berhasil menculiknya saat Aodra berada di koridor sepi tadi.

"Apa mau lo?!" tanya Aodra menatap marah.

"Mau gue? Lo. Gue mau lo, tapi lo lebih suka main petak umpet sama gue. Gue gak suka permainan lo, sugar." Laki-laki itu tersenyum penuh arti.

"Lepasin gue, Max!"

Max, laki-laki yang disebut Max itu tertawa. Matanya menyorot tajam, tangannya terulur mencengkram rahang Aodra.

"Mimpi!" tandas Max beralih mencekik Aodra hingga gadis itu gelagapan karena kesulitan bernapas.

Kepala Aodra bergerak memberontak meminta dilepaskan, wajahnya memerah karena kesulitan bernapas.

"Lo gila, Max!" sentak Aodra setelah Max melepaskan cekikannya.

Lehernya memerah dan terasa sakit, tangannya sedari tadi terus berusaha melepaskan tali yang mengikat tangannya.

Max terkekeh pelan, "akan lebih gila, kalo lo berusaha pergi dari gue lagi, sugar!" tekan Max mengelus pipi Aodra.

"Cukup Max, jangan kayak gini. Hentiin kegilaan lo!" ucap Aodra kembali merasakan sakit saat Max menekan ujung pisau lipat pada pipinya.

"Sshhh, Max!" ringis Aodra malah membuat sayatan itu memanjang.

Max menikmati setiap ringisan Aodra, seolah itu adalah senandung pengantar tidur yang terdengar selalu menenangkan.

"M-Max cu-kup," lirih Aodra.

BRAKK!

"MAX, LEPASKAN AODRA!"

Gebrakan di pintu dan teriakan dari luar menyadarkan Max dari kesenangannya mendengar ringisan-ringisan Aodra disetiap sayatan yang ia lakukan.

"Ck, dasar pengganggu!" kesal Max.

"Sampai ketemu lagi, sugar," bisik Max hendak mengecup bibir Aodra, tapi gadis itu memalingkan wajahnya hingga Max jadi mengecup pipi kiri Aodra.

"Untuk kali ini hanya pipi, sugar. Lain kali, gue bakal dapetin bibir lo!"

Setelah berkata demikian, Max berlari dan melompati jendela tanpa penghalang itu.

Tak lama pintu yang terus didobrak terbuka, dan mungkin Max sudah berlari jauh memasuki kawasan hutan dibelakang gedung bekas pabrik minyak itu.

"Daddy," lirih Aodra.

Demian berjalan cepat ke arah putrinya yang memiliki luka-luka sayatan karena ulah Max, melepaskan tali-tali yang mengikatnya lalu memdekap putrinya yang mulai menangis.

"Daddy, sakit," lirih Aodra dalam dekapan Demian.

"Daddy mengerti, ayo pergi. Kita obati lukamu, ya?" Aodra mengangguk mengiyakan.

Dengan dituntun Demian, Aodra berjalan keluar dari gedung terbengkalai itu.

Demian mengkode anak buahnya untuk bergerak melakukan pencarian Max.

TARENDRA 「Living with big baby」[Slowly Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang