TLWBB - 02🍼

1K 48 0
                                    

"Le-pa-sin gu-e," ucap Vani dengan mata yang siap menumpahkan air matanya.

Kini Aodra tengah mencekik Vani di toilet dekat gudang belakang di jam istirahat pertama, Aodra tergelak pelan mendengar ucapan Vani yang terputus-putus.

Mata Aodra menatap tajam kearah Vani, "apa maksud lo bilang ke Bu Beta kalo gue bully anaknya!" sentak Aodra semakin mencekik Vani.

Vani dengan wajah memerah dan tangan lemasnya memukul-mukul pelan tangan Aodra meminta dilepaskan.

"Ups, sorry. Gue terlalu menikmati wajah merah lo," ucap Aodra terkekeh pelan melepaskan tangannya dari leher Vani.

"Uhukk! Uhukk! Gu-e," Vani memukul dadanya sendiri karena merasa sesak. "Gu-e min-ta maaf, hikss ...," Vani terisak tangannya terulur memegang kaki Aodra karena posisinya yang bersimpuh dilantai.

"Lo tau gue jahat, kenapa lo nekat?" tanya Aodra mundur satu langkah hingga tangan Vani terlepas dari kakinya.

"Mau gue bully kayak gimana? Gue bikin lo malu di tengah lapangan kayak Cira? Atau gue bikin lo berpikir buat bunuh diri kayak Audi?"

Sontak Vani menggelengkan kepalanya, "enggak, gue gak mau. Gue mohon," Vani memohon hendak menyentuh kaki Aodra lagi.

Dengan cepat Aodra menghindar, "berdiri!"

Vani menggeleng, "maafin gue."

"Berdiri atau gue patahin kaki lo!"

Buru-buru Vani berdiri daripada menjadi lumpuh mendadak.

"Maafin gue, gue bakal lakuin apapun asal lo gak sakitin gue," mohon Vani menangkup tangannya didepan dada.

"Apapun?" tanya Aodra memastikan yang dibalas anggukan mantap membuat Aodra tersenyum puas.

"Bully anak Bu Beta, sampe cewek itu mohon-mohon kematian sama lo," ujar Aodra membuat Vani membulatkan matanya dan sontak menggeleng.

"Lo nolak? Oh, berarti lo yang harus gue bully," kata Aodra melipat tangannya di dada.

"Gu-gue mau, apa yang harus gue lakuin?" tanya Vani menatap takut-takut pada Aodra.

Aodra tersenyum licik lalu mengangkat ponselnya, menandakan bahwa Aodra akan memberitahu lewat pesan.

•••

"Gila sih, sadis banget tuh cewek."

"Gue heran sih, dia bisa sadis gitu kenapa ya?"

"Kalo gue tau gue gak akan bingung bego."

"Sensi banget lo Bim, gue kan cuma ngomong," cetus Galih menoyor kepala Abim.

Galih, Abim, Rendra dan Jeff, mereka berempat hendak menuju gudang yang sudah mereka ubah jadi layak huni.

Tapi saat mendengar kegaduhan didekat toilet, mereka pun memilih melihatnya dan ternyata itu Aodra yang tengah mencekik Vani.

"Cewek itu yang harus lo jagain? Kayaknya elo yang bakal dijagain, lo kan bayi," ucap Galih menunjuk Aodra.

Rendra menggedikan bahunya acuh.

"Se bar-bar apapun kelakuannya, bukan berarti dia akan selalu menang dan gak punya ketakutan, semua itu gak ada yang tau." Ujar Jeff berlalu masuk kedalam gudang.

Abim tak sengaja melihat seseorang dibalik pohon dan sepertinya tengah memantau keberadaan Aodra.

"Ren, Ren, tuh liat. Mencurigakan gak sih, kayak yang lagi mantau Aodra. Ya kan, Gal?" Abim berseru sembari menepuk kedua bahu temannya laku menunjuk kearah pohon.

TARENDRA 「Living with big baby」[Slowly Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang