TLWBB - 04🍼

936 55 1
                                    

DUARR!

00.56 wib.

Suara petir bergemuruh saling bersahutan ditengah malam begini, Aodra yang merasa haus pun memutuskan untuk turun ke bawah dengan flash ponsel sebagai penerangan karena keadaan lampu yang mati.

"Hikss ... Hikss ...."

Samar-samar Aodra mendengar suara tangis, semakin melangkah maju semakin suara itu terdengar jelas diantara keheningan malam.

"Perasaan dirumah cuma gue sama Rendra, terus yang nangis siapa?" monolog Aodra.

Tadi, Kairav dan Athena harus perjalanan bisnis ke luar kota untuk dua minggu ke depan. Pembantu sudah pulang sejak sore dan suster Murnia pamit pulang kampung tadi pagi.

"Rendra!" panggil Aodra mengusap tengkuknya sendiri.

"Merinding anj-" umpat Aodra pelan.

"Ren!"

"Hikss ... Hikss ...."

Krieettt!

Aodra mendorong pintu kamar Rendra yang sedikit terbuka, tangisan itu benar-benar semakin terdengar dari dalam ruang bernuansa minion itu.

Aodra mengedarkan cahaya senter ponselnya, ranjangnya kosong, kemana Rendra?

Sekelebat Aodra melihat pergerakan dari pojok kamar karena cahaya kilat dari luar, dengan perlahan Aodra mendekat kepojokan.

What?!

Rendra nangis?

"Ren," panggil Aodra membungkuk menyentuh bahu Rendra pelan.

"Hikss ... Huwaaa Mamihh," Aodra melotot kaget mendengar tangisan Rendra yang kencang.

"Heh, ini gue Aodra. Lo kenapa?" tanya Aodra berjongkok mengguncang bahu Rendra membuat laki-laki itu perlahan mendongak.

Mata yang basah, hidung yang memerah, dan bibir yang terus terisak.

"Ta-kut," cicit Rendra pelan kemudian memeluk Aodra erat.

Karena kaget dengan reflek Aodra menjatuhkan ponselnya, jantungnya berdegup kencang kala napas yang terasa panas mengenai ceruk lehernya.

Perlahan kaos bagian bahunya basah, Aodra tau Rendra masih menangis sembari menahan suara tangisnya.

"Nangis aja, gak usah ditahan," ujar Aodra tanpa sadar mengusap kepala belakang Rendra.

"Hikss ... Hikss ... Ma-u su-su," lirih Rendra disela isak tangisnya.

"Uhukk!" Tiba-tiba Aodra tersedak ludahnya sendiri, "apa, su-susu?" beo Aodra membulatkan matanya.

Aodra merasakan anggukan Rendra dibahunya, "gu-e--"

"Di dapur," ucap pelan Rendra.

"Huft, gue pikir susu apaan," gumam Aodra pelan.

"Yaudah awas, gue bikinin," ujar Aodra mencoba melepaskan pelukan Rendra.

"Ikutt," rengek Rendra mendusel-dusel kepalanya.

Aroma bayi dari parfum thailand (Zwittsal) yang Aodra pakai membuat Rendra nyaman memeluk gadis itu lama-lama.

"Shh, jangan ngedusel Ren. Geli!"

"Wangi."

Aodra memutar bola matanya malas, ternyata Rendra si wakil ketua geng yang dikenal sangar dan brutal ini gak semenyeramkan itu.

"Eung, itu nya jadi?" tanya Aodra berusaha menjauhkan Rendra yang terus mendusel diceruk lehernya.

"Apa?" tanya Rendra menghentikan aksinya.

TARENDRA 「Living with big baby」[Slowly Up]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang