2# CCTV & UKS

49 13 0
                                    


Radey mendatangi ruang kendali sekolah, langsung meminta petugas untuk mengecek CCTV 12 MIPA 5. "Gue gak kepikiran, Dey," ucap Juna pada Radeya. "Gue juga baru kepikiran, makanya langsung pergi. Radiv gimana? Gue kebawa emosi sampe langsung ninggalin dia," ungkap Radey merasa bersalah pada kembarannya.

Tidak lama, Jendra dan Hilmar datang dari arah luar ruang kendali, Jendra yang mendengar obrolan Radey langsung merespon cepat. "Gue udah suruh Cavin sama Naka buat bawa Radiv ke UKS, Dey."

"Gak nyuruh mereka buat ke BK, kan?

"Nggak, tenang aja. Gue udah paham apa yang lo mau, Dey," balas Jendra, menepuk pundak Radeya.

"Thanks, Jen." Ucapnya, sedikit tersenyum.

"Yang ini, Mas?" Tanya petugas pada Radeya.

Keempat pandangan anak laki-laki itu langsung tertuju ke arah layar monitor dimana terdapat rekaman cctv yang merekam kejadian yang terjadi pada Radiva.

Radey cukup terkejut dengan apa yang baru saja ia saksikan, orang itu tampak tidak asing baginya. "Ale?"

"Si Ale gilaaaaa. Berani-beraninya dia deketin lagi Radiv," ucap Juna kesal.

"Kayanya ini masih ada kaitannya sama lo deh, Dey." Tutur Jendra, dan Radey paham apa maksudnya.

Radey tidak bisa tinggal diam, ia keluar dari ruang kendali dan pergi ke arah kelas MIPA 5.

"ALEKA!!" Sentak Radey tepat di depan pintu kelas Radiva dan perempuan bernama Alena itu.

"Anjir, siapa yang cepu siall. Kenapa Radey bisa-" batin Aleka khawatir.

Sudah sejak tadi, Aleka berada di dalam kelas sembari memperhatikan gerak-gerik Radeya dan kawan-kawannya. Aleka adalah teman satu kelas Radiva, salah satu orang yang cukup berani pada Radiva bahkan pada para sahabat Radeya. Sekarang, Radeya dan kelima sahabatnya paham, mengapa tidak ada orang yang berani mengungkapkan siapa yang telah membuat kembarannya sampai terluka seperti itu, ternyata alasannya adalah Alena, karena dia merupakan anak dari kepala sekolah SMA Neoraya.

"Kenapa lagi lo? Berani beraninya lo nyentuh kembaran gue!!" Jelas Radey kesal.

"Sial, Radeya tau darimana? Cctv? Tapi bukannya sejak dua hari yang lalu cctv kelas rusak ya? Atau ada yang cepuin gue?" batin Aleka kembali.

"Apa, Dey? Radiv kenapa emangnya?" Tanya Aleka seakan akan tidak tahu apa yang baru terjadi pada Radiva, padahal sudah sejak tadi dirinya berada di dalam kelas.

"Gak usah pura-pura. Gue tau, bahkan mereka juga tau!" Ucap Radey sembari menoleh ke arah ketiga sahabatnya.

"Gue.... Gue gak sengaja, Dey..." Tutur Aleka lembut mencoba mendapatkan simpati dari Radey.

"Jujur atau gue bakal buat lo pergi dari sekolah ini!" ancam Radey menatap tajam perempuan itu.

"Gue Cuma kangen Radiv, Dey."

"Alena, gue mohon. Gak usah basa basi di depan gue."

Alena menarik napas panjang, menatap datar Radeya. Raut wajah yang sempat dibuat untuk menarik simpati Radeya kini berubah datar. "Gue cuma pengen kontakan lagi sama lo, Dey. Gue ngedeketin lagi Radiv cuma buat minta kontak lo, tapi anaknya gak ngasih. Gue marah, dan ya itu, sorry..."

"Kalo anaknya gak mau ngasih ya gak usah maksa anjir," celetuk Juna kesal.

"Suka-suka gue."

"ANJING."

"Gue kira lo udah berubah sejak gue ngasih peringatan terakhir beberapa bulan yang lalu, tapi nyatanya enggak. Sesusah itu ya, Le? Lo sebrutal itu ngedorong kembaran gue sampe kepalanya berdarah," Radey benar-benar lelah, ia menundukkan kepalanya, entah apa yang harus ia lakukan untuk menjauhkan Radiva dari orang-orang seperti Aleka. Rasa-rasanya apa yang terjadi pada Radiva sekarang adalah salahnya, atas perbuatan perempuan yang sangat terobsesi pada dirinya.

Radey juga tidak dapat bermain fisik dengan Alena, mengingat ucapan Bunda Wenda yang selalu mengatakan bahwa laki-laki sejati tidak mungkin dan tidak akan pernah menyakiti fisik perempuan, apalagi sampai menyakiti hatinya.

"Sekarang mau lo apa, Le?" Tegas Radey pada Aleka.

"Dari dulu kemauan gue gak berubah, Dey. Gue cuma mau lo, lo Radeya Jovan." Alena terang-terangan dengan kemauannya sejak dulu.

"Gak bisa, Aleka. Gue gak suka sama lo, dan gak akan pernah suka sama lo." Jelas Radey menolak Aleka tanpa ragu.

"Dey gue mohon, gue bisa ko jadi orang yang lebih baik. Lebih baik sama lo, bahkan lebih baik lagi sama Radiva. Gue bisa berubah ko, demi lo."

"Gue seneng kalo lo emang ada niatan buat berubah, Len. Tapi di sisi lain gue juga kecewa, lo berubah bukan karena kemauan lo sendiri, tapi karena lo terlalu terobsesi sama gue. Gue harap lo bisa berubah dengan tulus, lo bisa lupain gue, dan gak ganggu kembaran gue lagi," harap Radey pada Aleka tegas.

Ketiga sahabatnya cukup tercengang dengan ucapan yang dilontarkan Radey pada Aleka, karena sebelumnya mereka mengira bahwa Radey akan benar-benar marah besar pada perempuan itu. 

Sampai di UKS, Radey duduk tepat di samping Radiva

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sampai di UKS, Radey duduk tepat di samping Radiva. Menatap dalam kembarannya, "Maaf, gue terlambat lagi, Div," batin Radeya merasa bersalah.

Radiva menoleh ke arah kakak kembarnya, "Maaf udah buat Kakak malu lagi.... Jangan marah, ya?" Tutur Radiv sembari menundukkan kepalanya.

"Enggak kok, gapapa. Dan gue gak marah sama sekali. Bahkan sekarang gue mau bilang, kalo lo hebat. Lo udah bisa nahan buat gak nangis di depan banyak orang," ungkap Radey sembari mengusap punggung Radiva.

"Radiv kamu lemahh bangett, gak bisa jaga diri sediri."

"Untung Kakak enggak marah sama kamu."

"Mau pelukk Kakak selama mungkinn."

Seperti itu suara hati seorang Radiva ketika melakukan kesalahan yang sama untuk kesekian kalinya, lagi.

"Jangan bilang Bunda kalo kepala Radiv berdarah, ya? Radiv memohon dengan mata yang berkaca kaca.

"Bilangin aja Dey, sekali kali Radiv harus dimarahin Tante Wenda," pinta Juna pada Radeya.

"Juna jangann gituu gak bolehh tauuuu," ucap Radiv kesal, menggerutkan bibirnya.

"Gemesss bangett anjirrrrrr," ujar Juna setelah melihat ekspresi wajah Radiva yang cukup menggemaskan.

"Ini salah satu alesan urang pengen deket sama Radiv teh, Radiv ayo atuh kita bestiean aja gimana?" Ungkap Hilmar sembari mengangkat sebelah alisnya.

"Gamau." Singkat Radiva.

"Yatuhann ditolak lagi untuk kesekian kalinya," ucap Hilmar terlihat menyerah.

"Gue nggak kebayang gimana sakit hatinya Bunda kalo tau salah satu anak kembarnya diperlakuin jauh dari harapannnya," batin Radeya membayangkan bagaimana respon Bunda jika mengetahui hal-hal yang selalu terjadi pada Radiva.



Semesta dan Dua RahasiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang