0.3

991 138 2
                                    

Hari sudah malam. Kini Yeonjun sedang berkutat dengan ramyeon, Soobin dan Beomgyu sibuk menata meja, Hueningkai asyik bermain dengan bonekanya, sedangkan Taehyun entah sedang melakukan apa dikamarnya.

Tak lama kemudian, ramyeon buatan Yeonjun pun sudah jadi. Baunya enak, Beomgyu pun buru-buru duduk di kursinya. Tenang saja, peralatan makan sudah tersedia dengan lengkap diatas meja. Namun saat hendak mencicipi masakan yang Yeonjun buat, tangan Beomgyu ditepis begitu saja.

"Panggilkan Taehyun dulu."

Sontak Beomgyu membelalakkan matanya. "K-kenapa harus aku?!"

"Tidak usah banyak protes. Panggilkan Taehyun, lalu kita makan malam bersama."

Meskipun mulutnya tak berhenti menggerutu, tetapi tungkai kakinya tetap melangkah kearah kamar Taehyun. Beomgyu menatap pintu itu lamat-lamat, napasnya pun ia hembuskan berulang kali. Ya Tuhan, rasanya seperti akan berhadapan dengan ayahnya.

Tok tok tok

"Taehyun?"

...

"Kang Taehyun?"

...

"HEY, KANG TAEHYUN! KELUAR!"

Berhasil, pintunya terbuka. Memang Beomgyu itu cerdas sekali dalam hal seperti ini. Benar begitu, bukan?

"Kita ditunggu yang la—"

"Berisik, bodoh. Pergi dari hadapanku sekarang."

"Tapi kamu dit—"

"Pergi, bodoh! Telingamu itu tak berfungsi atau bagaimana?"

"D-dengar dul—"

"Pergi, Choi bodoh Beomgyu."

"DENGAR DULU, SIALAN. Kamu ditunggu untuk makan malam. T-tolong menurut sekali ini saja, mereka sudah tak sabar untuk menyantap m-makanannya." Ucap Beomgyu dengan pandangan yang memburam. Napasnya terengah-engah. Tubuhnya mulai berkeringat dan gemetar.

Buru-buru ia berlari kearah kamar mandi. Sedangkan Taehyun hanya menatapnya tanpa minat, lalu bergabung dengan yang lainnya.

"Dimana Beomgyu?" Tanya Soobin.

"Dia ke kamar mandi. Tadi dia memintaku untuk memberitahu kalian agar makan lebih dulu saja. Tanpa dirinya." Jawab Taehyun dengan tangan yang terulur untuk mengambil bagiannya. Sontak yang lain pun melakukan hal yang sama.

Sedangkan Beomgyu dikamar mandi tengah duduk sambil membenturkan kepalanya ke dinding. Ia seperti ini sejak lama. Namun tak ada yang mengetahuinya, termasuk orangtuanya sendiri.

"Tidak! A-aku tidak bodoh!"

"Hiks.. maaf, Ayah. Jangan pukul!"

"Sakit.."

Sambil meracau tak jelas, Beomgyu terus membenturkan kepalanya sambil menangis. Darah ada dimana-mana. Setiap kali kepalanya terbentur, Beomgyu tak merasa sakit. Ia berharap bayangan ayahnya segera pergi dan berhenti menyakitinya.

• Littlespace •

Yow waddap! Malam semua. Makasih buat yang udah baca, maaf kalau kurang ngefeel, ya. Mohon tinggalkan jejak! Pai paaiii.

𝐋𝐈𝐓𝐓𝐋𝐄𝐒𝐏𝐀𝐂𝐄Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang