"Hari yang baik untuk mengeringkan daging."

55 6 6
                                    

Mentari pagi muncul di ufuk timur, mengantarkan kehangatan untuk tiap makhluk di bumi. Cuitan burung dan kokokan ayam saling bersahut-sahutan, menimbulkan kebisingan yang membangunkan penduduk.

Seorang pemuda berbaring di atas bukit. Warna rambutnya yang senada dengan rumput di bawahnya tampak berkilauan di bawah sinar matahari pagi. Izuku, pemuda insomnia, menghabiskan malamnya memandang bintang-bintang di angkasa luas. Tidak terganggu sama sekali dengan nyamuk di sekitarnya.

Perlahan, telinganya menangkap suara riuh rendah dari arah kota.

Dia memandang awan di atasnya untuk beberapa saat sebelum akhirnya bangkit berdiri. Lalu sambil bersiul ria, dia berjalan menuju hutan.

Kakinya mantap melangkah menuju sungai. Suara gemericik air yang masuk ke indra pendengarannya membuatnya merasa tenang. Dipandanginya aliran air yang jernih itu sebelum dia membuka pakaiannya satu persatu, memperlihatkan ototnya yang terbentuk.

Meskipun terlihat sangat santai dan terkesan tidak peduli dengan sekitarnya, Izuku selalu awas. Ia tidak pernah lupa untuk memasang semua indranya. Jika seseorang menyerangnya saat mandi, dia akan siap melawan meski sedang telanjang sekalipun.

("._.)

Di lain tempat, Katsuki sibuk mengecek perlengkapan miliknya. Dua botol ramuan sihir penyembuh berwarna merah terang, pedang, dan belati. Sedikit memang,  karena dia tidak terlalu bergantung pada benda-benda itu. Si pemuda yang meledak-ledak tersebut bahkan pernah mengalahkan werewolf dengan tangan kosong sendirian.

Dia mengangkat pedang miliknya, memperhatikan dengan detail kondisi teman seperjuangannya itu. Senyum puas muncul di wajahnya yang tampan, dia mengakui keterampilan para pandai besi di klan naga.

Eijirou duduk di hadapannya, menarik perhatian Katsuki. "Hei, titanoboar itu harusnya cuman monster kelas menengah 'kan?"

Pertanyaan dari si naga merah membuat Katsuki menaikkan sebelah alisnya. Dia berpikir sejenak sebelum menyahut, "Yea, dan serikat menaruh harga tertinggi untuk mereka."

Eijirou menatap wajah Katsuki lekat-lekat. "Bukannya aneh?"

Dengusan lepas dari si iris rubi. "Antara petualang di sini memang payah," jawabnya sambil menyarungkan pedangnya. Wajahnya menjadi serius. "Atau monster-monster itu sudah bermutasi."

(^w^)

Matahari sudah tinggi, membuat bayangan tampak bundar di bawah kaki orang-orang. Meski cuaca terasa panas dan banyak orang memilih untuk berteduh di rumah atau kedai, lima petualang berkumpul di kaki gunung dengan canggung.

Izuku berdeham keras, memecah kesunyian yang menyesakkan. "Oke, mari berkenalan terlebih dahulu. Namaku Izuku Midoriya, aku dapat melipatgandakan stamina dan kekuatanku. Lalu ini-"

Kaminari mengangkat tangannya dengan semangat. "Namaku Denki Kaminari! Aku bisa menggunakan petir!"

Seruan keras Kaminari menarik perhatian Eijirou. "Wooooh! Jantan sekali!" balasnya sambil mengepalkan kedua tangannya. Tidak mau kalah, dia lalu menunjuk dadanya yang membusung, "Aku Eijirou Kirishima, aku bisa jadi naga penyembur api!"

Mata Kaminari berbinar. "Keren sekali!"

Kedua pemuda yang berapi-api itu berjabat tangan dengan semangat. Sinar cerah dapat terlihat di sekitar mereka, menusuk mata tiga orang lainnya.

Izuku berusaha sebaik mungkin menampik aura kejantanan yang panas itu dengan sebelah tangannya, "Si-silau!"

Memutuskan untuk tidak acuh pada dua laki-laki yang masih berjabat tangan, Jirou memetik senar gitarnya dengan indah lalu memperkenalkan dirinya, "Namaku Kyouka Jirou. Aku bisa menggunakan musikku untuk menyembuhkan kawan di sekitarku serta melambatkan lawanku."

Iris lavender Jirou menatap Katsuki dengan tajam, "Giliranmu."

Si penunggang naga mendengus, suaranya penuh dengan harga diri yang tinggi. Sambil menyeringai dia menunjuk wajahnya dengan ibu jari, "Katsuki Bakugou, yang terhebat di klan naga."

Perkenalan singkat yang tidak lengkap dan sombong itu membuat dua orang di hadapannya melongo.

'Wuah... Dijitak pakai gitar enak nih,' Jirou membatin.

Izuku yang tersadar dari kagetnya lantas tertawa lepas, menarik perhatian empat orang di sekitarnya. Tidak peduli dengan tatapan mereka, si iris zamrud tetap tertawa sambil memegangi perutnya.

Tingkah petualang kurang ajar di hadapannya membuat Katsuki kesal. Gurat urat halus muncul di pelipisnya. Dirinya sudah siap untuk memukul Izuku sebelum dihentikan sendiri oleh si calon korban, yang memberikan aba-aba berhenti dengan satu tangannya.

"Maaf, maaf. Aku mengerti, aku minta maaf," ucapannya terpotong karena napasnya yang tidak beraturan. Izuku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan, "Haaah... Rekam jejakmu memang tidak bohong."

"Apa maksudmu hah?!"

"Tidak, tidak. Aku tidak bermaksud apa-apa, hanya teringat kenangan lama." Izuku menutup bibirnya dengan satu tangan, "Maaf ya, mari kita lanjutkan."

Katsuki merasa tidak puas. Dengan kasar, dia mengertakkan giginya. Rasa ingin memukul Izuku masih kuat di kepalan tangannya. Tapi dia urungkan karena sedikit yang terluka di dalam tim lebih baik untuk keadaan darurat. 'Akan kupukul setelah ini selesai,' batinnya.

(ʘ言ʘ╬)

Mereka semua mendaki jalanan setapak yang berbatu. Izuku dan Bakugou berdiri paling depan. Si petualang yang penuh pengalaman itu bertindak sebagai penunjuk arah. Sedangkan Katsuki bertindak sebagai pemimpin tim.

Di belakang mereka berdua ada Kaminari yang siap dengan tombak miliknya dan Jirou yang yang selangkah di belakangnya. Eijirou menjaga mereka semua tetap aman dari belakang.

Meskipun tanpa berubah, sang naga merah cukup kuat di wujud manusianya. Dia tetap dapat mengeraskan tubuhnya dan menyemburkan api meski efeknya tidak sedahsyat di wujud naganya. Bagaimana pun juga, menjelma menjadi naga di dalam hutan bukanlah ide yang bagus karena dapat merusak habitat hewan-hewan di gunung. Dan Eijirou tidak ingin hal itu terjadi.

Izuku bilang, sarang titanoboar berada jauh di dalam hutan. Meski begitu, dia juga mengatakan tidak masalah menggunakan api dan petir. Eijirou bertanya-tanya apakah pertarungan mereka akan aman untuk ekosistem hutan.

Lamunan singkatnya terhenti ketika dia sadar hampir menabrak Jirou. Di barisan paling depan, Katsuki memberi aba-aba untuk berhenti.

"Mereka ada di depan."

Peringatan dari Izuku membuat semuanya waspada. Eijirou tersadar dengan lingkungan di sekitarnya. Pohon-pohon yang layu dan tumbang serta mayat hewan yang membusuk dan dipenuhi belatung membuat matanya seperti tertusuk. Bau tidak sedap memenuhi udara di sekitar, membuat isi perutnya serasa dikocok oleh perasaan tidak nyaman.

Katsuki menyeringai. Dirinya sudah bersiap dengan pedang miliknya. "Semuanya! Ayo bunuh mereka!"

By The End Of The Road | MHA BNHA FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang