Bab 3

17K 1.1K 23
                                    

***

Di perjalanan ke rumah Kevin, Kevin terlihat meletakkan tangannya diatas kepala, tubuhnya bersandar pada kursi, perutnya kembali bergejolak, rasanya ingin muntah lagi namun hal itu tak mungkin ia lakukan karena ada Shera disampingnya.

Shera sendiri tampak mengamati Kevin, tak tega melihat Kevin semakin tersiksa karena menahan rasa mual, Shera pun segera membuka kancing kemeja Kevin satu persatu.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Kevin dengan tatapan tajam.

"Pertolongan pertama, apa lagi om? Om mual kan?" Shera tak peduli meskipun Kevin menyingkirkan tangannya, Shera tetap melanjutkan kegiatannya melepaskan kemeja yang Kevin kenakan.

"Nggak perlu." Tolak Kevin.

"Diem om!" Kini giliran Shera yang menatap Kevin dengan tajam.
Kevin yang malas berdebat dan sedang dalam kondisi tidak baik pun akhirnya mengalah. Ternyata Shera ini cukup nakal dan berani juga ya, padahal mereka belum cukup akrab, namun Shera tak canggung sama sekali ketika menyentuh bagian tubuh Kevin.
"Pak Bondan!" Panggil Shera pada supirnya.

"Iya Non?"

"Ada minyak angin nggak?" Tanya Shera.

"Ada non." Balas pak Bondan, lalu iapun membuka salah satu tempat obat yang terdapat disampingnya, mengambil minyak angin dan menyerahkannya pada Shera. "Ini non!"

"Makasih pak." Ungkap Shera, lalu iapun membuka tutup botol minyak angin, menuangkannya sedikit ditelapak tangannya. Dan setelah itu iapun membalurkan minyak tersebut ke perut Kevin. 'Astaga!' Shera memekik dalam hati, perut Kevin yang keras dan liat membuat tubuh Shera langsung meremang. Entah ada berapa pahatan roti sobek yang ada disana, enam atau delapan, Shera tak menghitungnya, yang jelas ada banyak.

Kevin sendiri langsung memalingkan wajahnya kesamping, menelan ludah berkali-kali hingga Shera bisa melihat jakun Kevin yang naik turun.

"Om... Kepalanya juga pusing?" Tanya Shera sembari menyentuh kening Kevin dan memijatnya pelan, demi Tuhan Shera tak tahu kenapa dirinya bisa sebenari ini, entah kenapa ia hanya mengikuti kata hatinya.

"Hm." Kevin hanya mengangguk, sentuhan lembut tangan Shera diperut dan kepalanya benar-benar membuat pria itu tak dapat berkata-kata.

Bagaimana mungkin Kevin tidak bereaksi, ia adalah pria normal, semenjak bercerai dengan Selena setengah bulan yang lalu Kevin sudah tak pernah melakukan hubungan seksual sama sekali. Bahkan semenjak dirinya dinyatakan mengidap kelainan, Selena sudah tak mau ia sentuh sama sekali. Dan Kevin bukanlah pria yang suka mencari wanita jalang untuk memuaskan nafsu birahinya. Bukan, Kevin bukan laki-laki seperti itu.

"Om... Maafin sikap Tante Elen yah." Ungkap Shera pada Kevin.

"Kenapa kamu yang minta maaf?" Tanya Kevin penasaran.

"Sikap Tante sama om udah keterlaluan, aku yakin dia nggak akan mungkin minta maaf sama om. Makanya aku yang minta maaf."

"Nggak perlu, bukan kamu yang salah, tapi dia." Kevin tampak menghela nafas berat.
"Jangan pernah menatap saya dengan tatapan kasihan, saya tidak butuh belas kasihan kamu. Lebih baik setelah ini kamu langsung pulang, saya bisa mengurus diri saya sendiri." Tiba-tiba saja Kevin menyingkirkan tangan Shera dengan sedikit kasar, membuat Shera benar-benar terkejut atas ulah Kevin terhadapnya.

"Om! Om kok kasar gini sih?" Seru Shera tak terima.

"Saya memang begini, kamu jangan kaget." Balas Kevin acuh.

"Sudah sampai Tuan!" Ujar pak Bondan.

"Terimakasih pak Bondan." Setelah berterimakasih pada pak Bondan, Kevin tiba-tiba saja turun dari mobil dengan tertatih-tatih sembari memegangi perutnya yang terasa perih, mungkin asam lambungnya sedang kumat, makanya ia muntah-muntah seperti tadi dan perutnya sakit.

Naughty Baby Girl ( Pindah Ke Innovel Dreame )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang