'Damn Cousin'

589 45 4
                                    

Sorry baru update ya🙏🏻
Yuk, di vote sama comment nya dulu jan lupa.









~



"Apa Jester sudah tidur?"

Jely menolehkan perlahan wajahnya ke samping kanan, dimana sesosok buah hati yang nampak sedang tertidur pulas, dengan posisi menyamping menghadapnya. Pun, sebelah tangan sigap membenarkan selimut yang menutupi tubuh mungil sang anak yang sedikit tersingkap. Sementara tangan yang lainnya masih setia menahan benda pipih persegi panjang pada telinganya.

"Ya, dia sudah tidur."

"Noona,"

Alih-alih menjawab, Jely hanya memilih untuk diam. Menunggu pria itu untuk kembali melanjutkan ucapannya.

"Aku merindukanmu."

Kedua mata Jely reflek terpejam. Mengacak kuat selimut putihnya, dengan air mata yang perlahan turun. Tanpa mampu di bendung lagi. Kalimat itu kerap terucap, namun sampai detik ini belum ada tanda-tanda dia akan pulang. Seakan percuma. Jujur, Jely lelah terus menahan rasa rindu ini yang kian membesar. Harus berapa lama lagi dia terus di buat sabar saat melihat sepasang suami istri lain dengan mesranya bermain dengan sang buah hati mereka. Saling berjalan beriringan dengan menggandeng tangan satu sama lain. Bahkan dia juga sempat melihat saat berhenti di lampu merah kemarin lusa, ada pasangan yang lewat di crosswalk sembari mendorong troli yang berisi bayi kecil mereka, dengan di iringin oleh canda tawa.

Jely iri. Tentu saja.

"Kapan kau akan pulang?"

Hembusan napas berat kian terdengar dari seberang telepon. Jely merasa, dia seakan sudah bisa menebak.

"Maaf, noona. Aku masih belum bisa memastikan itu. Maaf. Maaf sekali." Jay kembali menghela napas. "Tapi, kalau noona mau, kita bisa bertemu disini. Nanti aku kirimkan Jet pri-"

"No!"

"N-noona?"

Jely menyibak surainya gusar, diiringi dengusan setelahnya.

"Apa kau bisa menjamin bahwa kita bisa bebas bertemu saat disana nanti? Aku tidak ingin hanya sekedar bertemu, Jay. Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu dan Jester tanpa adanya kendala apapun. Dan dengan kamu menyuruh kami untuk kesana, memangnya kau bisa menjamin itu?"

"Satu bulan bukanlah waktu yang sebentar, Jay. Ya, walaupun dulu kita bisa melewatinya. Bahkan lebih dari satu bulan pun kita masih bisa mampu dan bersabar. Namun, sekarang beda. Kita sudah menikah. Kita bahkan juga sudah memiliki seorang anak yang masih terbilang kecil. Penting baginya untuk selalu mendapat kasih sayang darimu. Dari kita berdua. Kamu mengertikan?"

"Tapi, noona. setidaknya kita bisa bertemu dulu,"

"Dan membiarkan aku mengurus Jester sendirian disana? Kau pasti akan sibuk, bukan? Aku juga tidak mungkin membawa Bibi Baek ikut serta kesana, karena dia pun juga harus mengurus anaknya disini."

"Kau juga harus mengerti posisiku disini, Park Jely. Aku memang sibuk, tapi aku juga masih memikirkan kalian. Aku merindukan kalian. Jadi tolong, datanglah kesini."

Kepala tersandar sembari telapak tangan mengacak penuh gusar surainya, Jely terpejam sebentar. Dia tahu Jay jadi ikut geram karenanya. Dia sadar. Dia juga mengerti akan posisi dan jabatan suaminya itu. Posisi mereka sama, sama-sama seorang Owner, namun hanya beda di bidangnya saja. Tentu Jely bisa mengerti. Bahkan sebelum dan sesudah posisi itu ada, mereka pun sudah bersama. Berlanjut kepertunangan, hingga ke jenjang pernikahan.

MINE (Season 2) | JAY ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang