👓 l(ov)ecturer (2) 📚

1.4K 85 15
                                    

Tiga minggu telah berlalu.

Taeyong dan Jaehyun telah semakin dekat karena essay. Sesungguhnya, Taeyong menyadari bahwa essay itu hanya alasan yang dibuat mahasiswa nya itu untuk menjadi dekat dengannya.

Bukannya dia keberatan, dia malah gemas dengan tingkah pola Jaehyun. Dia seperti sengaja tidak melakukan essay nya dengan benar agar bisa bertemu lagi dengannya.

Dan satu hal lagi, anak itu punya senyum yang sangat manis. Hati Taeyong lemah setiap melihat bibir nya menarik sebuah senyum dan lesung pipinya terlihat.

Sebenarnya ekspresi wajah apapun itu, terlihat bagus di Jaehyun.

Termasuk saat ini. Anak itu sedang marah.

Karena satu dua alasan, Profesor Kwon kabarnya akan pulang lebih cepat, kira-kira dua atau tiga hari lagi.

Bibirnya yang mengerucut sebal, bilang kalau dia (dan teman-temannya yang lain) tidak siap untuk kembali diajari lagi oleh Profesor Kwon yang killer.

Taeyong juga tidak siap untuk berpisah dengan Jaehyun.

"Saya akan coba bilang ke Profesor Kwon supaya jangan terlalu keras ke kamu, eh maksudnya ke kamu dan temen-temen sekelas," ucap Taeyong, dia juga tidak tega membayangkan Jaehyun yang tidak nyaman belajar dengan Profesor galak itu. Taeyong tahu betul, Profesor Kwon itu ratu tega. Menggagalkan mahasiswa pun dia tidak sungkan.

"Tetep aja Pak, lebih enak sama Bapak," jawab Jaehyun. "Lagian kenapa sih tuh nenek lampir tiba-tiba pulang--"

"--eh gak boleh ngatain gitu. Itu dosen pembimbing saya dari S2 loh yang kamu hina-hina," Taeyong sampai tertawa mendengar omongan Jaehyun yang blak-blakan.

"Ya abisnya kesel saya Pak,"

"Jangan kesel-kesel dong," bujuk Taeyong mengelus puncak kepala Jaehyun lembut.

Jaehyun hanya diam, menggigiti bibirnya dengan kesal.

"Bibirnya jangan digigitin gitu ah, udah kering terkelupas gitu. Entar luka," ucap Taeyong mengamati bibir Jaehyun yang tampak kering belakangan ini.

Diperhatikan begitu, pastilah Jaehyun berdebar-debar lagi. Mana suasananya juga mendukung.

Taeyong sedang merokok di rooftop gedung kampus mereka, saat Jaehyun datang menghampirinya. Kini mereka berdua berdiri samping-sampingan sambil bersandar di tembok pembatas, memandangi seluruh kota dari tempat tinggi itu.

"Iya Pak, saya kurang minum kayaknya," jawab Jaehyun menyentuh bibirnya sendiri. "Pak boleh minta minumnya sedikit?"

Taeyong mengambil botol air mineral miliknya yang dia letakkan dekat situ, lalu memberikannya ke Jaehyun. "Banyak minum Jae, ini cuaca makin dingin," ucap Taeyong.

Jaehyun mengangguk, memutar tutup botol dan mulai minum. Bibirnya langsung menempel di bibir botol, alias dikokop.

Taeyong memalingkan wajah, menghisap rokoknya lagi. Lama-lama Jaehyun makin tidak sehat untuk kewarasannya.

"Pak,"

"Ya?"

"Maaf ya Pak, minumnya saya kokop. Jadi ada bekas bibir saya deh di botol Bapak. Nanti saya beli baru ya Pak,"

"Enggak apa-apa, Jae, nggak usah dipikirin," respon Taeyong tersenyum. "Kamu juga secara langsung minum bekas saya kan? Ada bekas bibir saya disitu sebelum kamu kokop,"

Jaehyun tampak tertegun. Mungkin sanking hausnya dia tidak kepikiran hal itu. Tapi anak ini memang terlihat sangat polos, mungkin saat ini dia sedang terpikir akan 'ciuman secara tidak langsung.'

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Peaches 🍑 (Taejae / Yongjae Oneshots)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang