《Bukankah semesta yang pertemukan kita?
Haruskah kusampaikan pada bintang?
Mengapa bukan kamu yang memiliki aku?》Special thanks for
Go Kyung Pyo as Ghouw Jun
"Pasien selanjutnya."Pintu terbuka dan seorang anak kecil berpakaian abu-abu dengan sablonan bergambar kelinci warna merah muda, nampak digandeng sang Ibu yang memberi salam saat masuk ke dalam ruanganku. Aku tersenyum mengamati mereka sekaligus melihat guratan ketakutan di mata si anak kecil.
"Kenapa nih keluhannya?"
"Ini Bu dokter, anak saya dari kemarin gusinya bengkak. Ngeluh nangis seharian, sudah saya beri air larutan garam, tapi nggak ampuh."
Aku masih tersenyum sembari menatap bulatan cerah si anak kecil yang ragu kepadaku.
"Kesya, ya?"
"Iya," jawabnya lirih.
"Giginya sakit, Sayang?"
Dia tak berani jawab.
Aku lantas berdiri. "Ayo kita periksa."
Ank itu semakin ragu, namun Ibunya memaksa membuatnya dengan bantuan perawatku. Dia duduk di kursi panjang berwarna biru cerah dengan cahaya lampu sorot di atasnya kutarik agar bisa lebih jelas melihat kontur giginya.
Kuminta dia membuka mulut. Kesya membuka mulutnya agak malu, mungkin juga takut.
"Buka sedikit lagi, Cantik. Bu dokter nggak bisa lihat nih."
Dia melirik dengan ekor matanya ke sang Ibu.
Aku tersenyum manis. "Kesya, kalau mau sembuh ayo buka mulut. Biar nanti Bu dokter hempaskan semua kuman nakal di gigi Kesya."
Dia menatapku dengan lekat, seolah mencari pembuktian. Lalu dengan lebih lebar dia membuka mulutnya. Ku sentuh setiap ujung giginya dan memang melihat ada satu giginya harus segera dicabut.
Aku menjauhkan tubuhku darinya yang mengerutkan kedua alis sebagai sebuah ekspresi ketakutan yang dia pendam. Aku memintanya untuk kembali pada sang Ibu. Wanita yang kiranya masih di pertengahan 30 tahun tersebut mengerutkan dahi.
"Kesya sering makan makanan manis ya, Bu?" tanyaku seraya duduk kembali di hadapan mereka.
"Iya, Dok. Susah anaknya dibilangin."
"Giginya bolong karena makanan manis. Sebenarnya giginya bisa dicabut, tapi tidak untuk saat ini. Karena gusinya Kesya sedang bengkak. Untuk sekarang, saya berikan resep pereda nyerinya dulu ya, Bu. Lalu tiga hari lagi datang kemari, kita lihat kalau gusinya masih bengkak, maka kita cari cara lain. Kalau tidak, kita bisa cabut hari itu."
Ibu itu melirik putrinya yang nampak sudah tak betah di ruanganku, aku mewajarinya. Siapa juga anak kecil yang suka ruangan dokter.
"Baik, Dok. Terima kasih, nanti tiga hari lagi saya kemari ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan, Aku.. [END]
Spiritual[Spiritual, Romance 15+] Kisah seorang anak manusia dalam menemukan kisah cintanya. Berliku dan penuh harapan. [Repost Ulang]