《Ribuan malam menatap bintang dan harapan Dan ribuan siang menahan terik penantian Mungkin Tuhan ingin, kita sama-sama tuk mencari, saling merindukan Dalam doa-doa mendekatkan jarak kita》
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
⛔WARNING⛔ Dilarang membaca ini di tempat umum
Mungkin itu akan jadi salah satu siang yang merepotkan. Sejak semalam, Ummi sudah mempersiapkan perlengkapan membuat bolu juga membeli beberapa buah yang katanya untuk dibawa tamu besok. Sebenarnya aku masih tak percaya tentang apa yang akan terjadi esok, seseorang yang teramat asing, datang untuk melamar dan menawarkanku kehidupan pernikahan yang begitu samar.
Aku duduk di kursi meja makan memerhatikan bagaimana Ummi dan Mbak Asri sibuk mengoleskan mentega ke atas loyang untuk dua jenis bolu yang mereka buat. Aku sendiri masih termenung, bingung harus bagaimana. Ucapan Bang Ryan minggu lalu tentang seseorang yang diam-diam menyukaiku, memerhatikan, hingga kini memberanikan diri untuk melamar terus terngiang.
Kepercayaan diriku telah pudar sejak gagal menjalin kasih bersama Jun. Lalu, kini seseorang berusaha membangkitkannya. Namun aku ragu. Bagaimana jika akhirnya sama saja?
"Ini kenapa masih duduk di sini? Ganti baju, terus dandan yang rapi."
Aku tersentak mendengar seruan Ummi yang selalu mengomel, masih kuingat saat taaruf pertama Mbak Asri, Ummu pun mengomel seperti ini. Aku melirik jam.
"Masih dua jam lagi."
"Kamu udah mandi belum?" tanya Mbak Asri membawa loyang yang sudah matang untuk dipotong dan disajikan di atas piring.
"Belum."
"Ih, bukannya mandi dulu! Buruan mandi, dandan, pakai gamis yang bagusan dikit."
Ummi mendorong tubuhku untuk menyingkir dari dapur, dan akhirnya aku menurut meski masih ada dua jam lagi dari sisa waktu untuk pertemuan. Mandiku tidak lama, tidak sampai setengah jam, juga tidak banyak membuang air. Selepas mandi sendiri aku masih bingung memakai gamis apa untuk bertemu keluarga si pelamar.
Lucu juga aku dibuat bingung untuk seseorang yang tak kukenal. Akhirnya aku kenakan gamis yang sempat kupakai di wisudanya Yuni, sudah lama, namun jarang kukenakan. Gamis berwarna cream lembut dengan karet di pinggangnya, ditambah pita kecil untuk membuatnya cantik saja, serta manset warna cream lebih muda yang kukenakan di lengan mengingat lengan gamis ini sering sekali terangkat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.