《Haram, haramkah aku
Bila hatiku jatuh cinta?
Tuhan pegangi hatiku
Biar aku tak jadi melanggar》Setiap suasana biasanya akan selalu meninggalkan kesan. Derap langkah yang terukir akan menjadikan suatu kisah menjadi legenda. Laksana tanah basah tersiram hujan, perihal sesuatu yang datang kadang tak terduga dan selalu meninggalkan jejak. Entah terserap seperti tanah, atau justru jauh mengalir meninggalkan tempatnya.
Aku selalu berkhayal cinta laksana air hujan yang turun, dia selalu memberikan tanda, entah itu mendung ataukah gemuruh yang bersembunyi di balik awan. Setidaknya hujan selalu membawa pertanda bahwa dia akan berkunjung. Itu juga yang selalu kuyakin dalam hubungan asmara, tidak ada kata cinta tanpa suatu pertanda.
Tanpa adanya kias-kias tersirat yang Tuhan ukir di setiap dinding dunia. Pasti ada satu firasat yang Tuhan kirimkan dan membuat kita menjadi yakin, bahwa dialah takdir yang diciptakan.
Aku sendiri meyakini bahwasanya jodoh tidak akan tertukar. Semua akan bertemu dengan siapa, dimana, sesuai dengan yang telah tertulis oleh Sang Khalik di istana-Nya. Setiap manusia selalu diciptakan berpasang-pasangan.
Aku yakin.
Di satu tempat, akan kutemukan orang itu, dan pertandanya. Sebuah tanda jikalau dialah jodoh yang kutunggu dan kuyakini selama ini.
Karena tidak ada asap tanpa api, tentu tidak ada pula cinta, tanpa satu hasrat. Itu juga yang aku pastikan terjadi pada sahabatku yang sebentar lagi akan melepaskan status gadisnya. Di hari Minggu yang cerah, minggu kedua di paruh waktu akhir tahun.
Kami, karena aku tidak datang sendirian. Aku dan Yuni diminta menjadi bridesmaid dari sahabat kami yang paling cantik dan sekaligus mungil tersebut. Seorang teman yang kini namanya dipasang pada hiasan di depan pintu masuk ke dalam acara. Jelas, besar, dihias oleh bunga-bunga.
Aromanya segar. Siapa pun yang melihat acara ini tentu saja menyukai dekorasinya. Bertempat di sebuah halaman gedung yang diubah menjadi latar pelaminan, niatnya hendak meniru artis kenamaan Indonesia. Irish Bella dan Ammar Zoni dengan pernikahan ala dunia mimpi, namun karena dana seadanya (mereka tidak banyak menerima endors) maka tidak semirip itu.
Sekiranya contoh dekorasinya agak merujuk ke sana. Warna acaranya didominasi pale green, dan cokelat agak tua. Aku bahkan diminta mengenakan gamis brokat warna yang mirip dekorasi ini, olive green agar menambah kesan serasi meski sedikit lebih gelap. Kerudungnya agak kucari warna tua seperti forest green atau hijau yang sedikit lebih tua, meski akhirnya aku lebih dapat ke warna abu-abu pudar.
Sesungguhnya hanya aku yang mengenakan gamis di sini, sisanya mengenakan kebaya yang memang disediakan oleh Tarisa, si pengantin perempuan, sahabatku. Aku bukan menolak, namun kebaya biasanya agak sedikit ketat, dan aku tidak terbiasa. Lantas Tarisa yang sudah hapal kebiasaanku memberikan satu jenis model sendiri. Sebuah gamis brokat hijau lemah lembut tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuhan, Aku.. [END]
Espiritual[Spiritual, Romance 15+] Kisah seorang anak manusia dalam menemukan kisah cintanya. Berliku dan penuh harapan. [Repost Ulang]