Prolog

81 12 26
                                    

10 tahun yang lalu.

"Aw!" Aira tersungkur dari sebuah ayunan besi akibat dorongan kuat di punggungnya.

Aira mengangkat kepalanya dan memandang tiga laki-laki yang tak ia kenali namun terlihat seumuran dengannya. Tubuh mereka jauh lebih tinggi dibanding dengan tubuh Aira yang kecil.

"Siapa yang bolehin lo duduk di ayunan ini?!" ucap laki-laki tambun bernama Satria yang berdiri di tengah-tengah kedua temannya sambil bersedekap.

"E-emangnya kenapa? taman ini dibuat untuk semua orang!" balas Aira mencoba memberanikan diri meskipun tubuhnya sudah bergetar.

Satria maju sambil melayangkan tangannya bersiap memukul Aira namun tiba-tiba saja sebuah suara menghentikan aksinya.

"Nggak malu beraninya sama cewek? Main keroyokan lagi."

Seketika semua mata tertuju pada seorang laki-laki yang tengah bersender di batang pohon besar tepat lima langkah di samping mereka.

"Heh, bocah jangan mulai sok pahlawan! Mau caper lo sama nih cewek?"

"Yang pantes dipanggil bocah tuh harusnya kalian!"

"Mulut lo kayaknya harus dikasih pelajaran lagi," Satria mendorong kedua temannya, "Cepat habisin dia!"

Dua orang itu pun langsung maju kemudian melayangkan tinjunya hingga laki-laki itu babak belur tergeletak di tanah.

Sepeninggalan Satria dan kedua temannya, Aira langsung menghampiri laki-laki itu.

"Lo nggak papa?" tanya Aira.

"Nggak papa apanya? Bibir gue berdarah, pipi gue lebam, perut gue sakit, kepala gue puyeng, kaki gue rasanya mau patah!" balas laki-laki itu sambil menyeka bibirnya yang berdarah.

"Y-ya, maaf...lagian salah sendiri, ngapain sok pahlawan gitu?"

"Mending gue yang kena pukul dari pada lo ntar malah langsung masuk rumah sakit,"

"Makasih."

"Ya, lo mesti berterima kasih sama gue. Padahal tadi gue lagi enak-enak tiduran di bawah pohon, eh, malah berujung babak belur begini. Lo baru di sini?

"Iya, gue baru pindah hari ini. T-tapi kenapa lo nggak sopan banget sih? Anak kecil kok ngomongnya lo-gue gitu?!"

"Emang berapa umur lo??" tanya laki-laki itu cepat.

"Empat belas tahun," balas Aira dengan bangga.

Seketika laki-laki itu tertawa keras namun langsung meringis saat bibirnya terasa perih.

"Nama lo siapa?" tanyanya.

"Mabella Aira," jawab Ayra.

Laki-laki itu mendekat lalu berbisik di telinga Aira.

"Tau nggak, Bel? hari ini tepat hari ulang tahun gue ke lima belas tahun, lho," bisiknya dengan senyum mengejek.

Aira mendelik. "Bohong!"

Laki-laki itu mengangkat alisnya. "Yaudah, kalau nggak percaya. Setidaknya ucapin happy birthday, dong!"

Aira masih tidak percaya. Bagaimana mungkin dia lebih muda setahun dari laki-laki yang bahkan tingginya hanya sebahu Aira ini.

"H-happy birthday,"

"Thanks, Bella. Selamat lo adalah orang perdana yang ngucapin gue ulang tahun hari ini," ucap laki-laki itu dengan cengirannya.

"Panggil gue Aira aja."

"Nggak mau, enakan manggil Bella." Aira mendesah pasrah mendengar penolakan laki-laki itu.

The Way I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang