BAB 3 - Love But Fake

55 10 28
                                    

"I said it was fine. I never said it didn't hurt."

~•••~

Aira terbangun oleh suara bel rumah yang berbunyi berkali-kali. Ia tak langsung bangun tetapi melamun untuk beberapa saat, bingung sedang berada di mana. Sekelilingnya tampak asing.

Lalu ia ingat kalau sekarang ia sudah tinggal di rumah Lili, dan ia berada di kamar barunya. Aira meraih ponselnya di atas nakas samping tempat tidur untuk melihat jam. Ternyata sudah jam delapan pagi.

Biasanya pukul tujuh Aira sudah bangun dan bersiap mandi untuk pergi kerja. Namun sekarang ia sudah menjadi pengangguran. Jadi tidak ada alasan ia harus bangun pagi, bukan? Ia bisa saja kembali tidur sampai matahari berganti menjadi bulan lagi.

Tapi ngeri juga kalau bangun-bangun ternyata gue udah dipindahin ke kamar mayat.

Lagi-lagi suara bel menyebalkan itu kembali terdengar. Aira menggeram sambil menutup telinganya dengan bantal. Manusia mana yang kurang kerjaan bertamu sepagi ini?

Aira menghela nafas panjang. Mau tak mau ia turun dari kasur dan keluar dari kamar. Ia berjalan menuju pintu rumah lalu membukanya.

"Ya, ada perlu apa?" tanyanya langsung.

"Siapa lo?" Tamu itu malah balik bertanya.

Aira memandang wanita berwajah blasteran di depannya ini dengan wajah berkerut.

"Kenzie mana? Gue mau ketemu Kenzie, tolong panggilin dia," pinta wanita itu dengan raut tidak suka pada Aira.

Tatapan mata Aira berubah malas. Ternyata salah satu pawangnya si brengsek Kenzie.

"Well, sayangnya gue gak tau dia di mana. Mending lo aja yang panggil sendiri," ucap Aira mempersilahkan wanita itu masuk.

Tiba-tiba sebuah lengan kokoh melingkar di pinggang Aira. Ia terpekik kaget. Ketika menoleh ia langsung mendapati wajah segar Kenzie dengan kemeja abu-abu membalut tubuh tegap laki-laki itu.

"Sorry, ada perlu apa sama gue?" tanya Kenzie kepada wanita itu.

"Who is she?" Wanita itu melirik Aira sinis.

"Oh? Kenalin ini namanya Bella, she's my wife. Bella, kenalin dia namanya--" Kenzie menggantung kalimatnya, "maaf, nama lo siapa?"

Wanita itu melotot tidak percaya. Aira bahkan takut mata wanita itu lepas.

"Kamu lupa nama aku siapa?! And she's your wife?! Are you joking me right now??" seru wanita itu dengan wajah merah menahan amarah.

Kenzie mencengkram pinggang Aira membuat Aira menoleh sebal. Kenzie memberi kode lewat matanya agar Aira membantunya untuk mengusir wanita itu.

Aira mendesah pasrah. Not this shit again!

Sekali lagi, Aira harus masuk ke dalam masalah yang Kenzie perbuat.

Detik selanjutnya, Aira mengarahkan kedua tangannya memeluk leher Kenzie, menghabiskan jarak antara tubuh mereka.

"Aku lapar, sarapan kita apa hari ini?" tanya Aira begitu lembut memasuki telinga Kenzie.

Kenzie terkesan dengan permainan Aira yang selalu mengejutkannya.

You wanna play this game? Okay, let's play.

"Kalau gak ada hal penting lo bisa pergi, karena istri gue udah lapar. Lain kali lo nggak perlu datang lagi," ucap Kenzie lalu menutup pintu rumah begitu saja.

"Kenzie you such a jerk!! Go to hell!" teriak wanita itu dibalik pintu.

Aira segera melepaskan tangannya dengan canggung namun Kenzie tetap merangkul pinggangnya. Ia mendelik marah.

The Way I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang